Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gingga Nehru saputra

Berani Berkata Tidak

Gaya Hidup | 2023-05-21 01:54:22

Judul Buku : What`s The Matter With PEOPLE PLEASER

Penulis : Unda Anggita

Penerbit : Buku Bijak, Jogjakarta

Tebal Buku : xiv + 104 halaman

Tahun Terbit : Tahun 2022

“Membantu orang lain dan melihat mereka bahagia memang menyenangkan. Tetapi, selalu ada dinamika dalam kehidupan sosial yang kenyataannya tidak melulu seindah itu.”–Unda Anggita. Santai saja kamu ngga harus menyenangkan semua orang. Unda Anggita adalah seorang ibu yang mempunyai tiga anak. Bakul buku dan editor paruh waktu. Beberapa tulisannya sudah terbit di media cetak dan daring.

Unda Anggita membuat buku yang berjudul “What`s The Matter With PEOPLE PLEASER”. Buku ini dibuat untuk berbagi pengalaman, evaluasi diri, dan belajar meneguhkan diri untuk selalu berprinsip pada self – boundaries. Ia ingin sedikit demi sedikit keberanian dapat mulai terbentuk dan selalu terpelihara. Buku ini ditujukan untuk seorang yang menjadi people pleaser.

People pleasing adalah kemauan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk orang lain walau merasa berat hati dan dapat menyebabkan konsekuensi negatif yang berdampak ke diri sendiri (dorongan untuk menyenangan orang lain). Terdapat ciri – ciri people pleaser : Sering melakukan sesuatu dengan niat mendapat validasi dari orang lain. Merasa tidak nyaman ketika ada orang yang bertentangan dengan kita. Mengubah karakter menyesuaikan dengan lingkungan. Menerima ketia disalahkan (meskipun kita tidak salah). Tidak bisa menolak dengan tegas berkata “enggak”.

Seseorang bisa menjadi people pleaser karena : 1. Sejarah pola asuh Anak yang terbiasa dengan perintah – perintah dari orang tua agar selalu memenuhi ekspetasi mereka dapat tumbuh dewasa menjadi orang yang menganggap kebahagiaan datang karena intervensi dari orang lain. 2. Perspetif kultural ( kondisi budaya) Terdapat pengaruh dari budaya yang mengendalikan bagaimana cara relasi sosial bekerja. Di negara Indonesia terkenal dengan sikap yang sopan, ramah, dan menyenangkan orang lain dianggap norma hidup yang penting. Hal tersebut membuat seseorang menyembunyian hal – hal yang secara sosial dianggap memalukan seperti mengungkapkkan emosi dan mengeluh saat kesulitan. 3. Ekspetasi sosial (lingkar pergaulan) Sesorang akan melakukan segala cara agar diterima dalam sebuah lingkar pergaulan baik dari lingkar keluarga, pertemanan, dan masyarakat. Tetapi sekarang tekanan sosial tidak hanya beredar secara langung tetapi di dunia digital juga membuat manusia mengurasi apa yang ingin ditampilkan di sosial media.

Salah satu cara untuk mengidentifikasi sejauh mana kita mengutamakan orang lain ketika kita mempertimbangkan kepentingan diri sendiri dengan memerisa sikap kita dalam kehidupan sehari – hari. Kita bisa menilai diri sendiri yang bersikap engga enakan pada orang lain. tujuannya untu bersimpati dengan mencoba memposisikan diri kita seperti mereka.

Terdapat efek dari siap people pleasing : 1. Anxiety (cemas) 2. Dimanfaatan orang lain 3. Hilangnya rasa percaya diri 4. Hidup bergantung dengan orang lain 5. Menyebabkan rasa lelah yang berlebihan 6. Kurangnya me time 7. Menafikan diri 8. Gangguan fisik 9. Kesulitan saat beromunikasi.

Seorang yang people pleaser harus berprinsip pada batasan diri adalah interaksi yang kita alami dalam bergaul dapat berpengaruh pada respon serta perilaku kita pada orang lain. Caranya kita harus berhenti memikirkan kebutuhan orang lain dan mulai memprioritaskan diri sendiri. Mungkin terlihat egois tapi itulah batasan diri adalah cerminan relasi yang sehat.

Arahan untuk membangun diri seperti a. Kita tidak akan bisa selalu menyenangkan orang lain b. Orang lain juga tidak akan bisa menyenangkan kita c. Menjaga jarak dengan orang yang bisa merusa psikis, seperti halnya bergaul dengan orang yang bisa menyehatan secara psikis.

Kebanyakan orang yang mempunyai sikap people pleaser adalah para kaum perempuan yang paling merasakan dampak dari tekanannya. Dikebanyakan budaya perempuan diharapkan untuk selalu patuh, rajin, dan sopan. Sikap tersebut membuat karakter perempuan yang pasif dan terbiasa menunggu dan harus menerima apa yang sudah diberi. Perempuan tidak dibiasakan menjadi dirinya sendiri. Dimana segala ukuran daya tarik perempuan ditentukan secara sosial. Perasaan tidak nyaman dengan diri sendiri harus diabaikan demi mendapatkan validasi dari sosial.

Salah satu hubungan yang sehat adalah dengan hadirnya dukungan bukan hanya mengenai apa yang disukai, melainkan juga apa yang tidak disukai. Menerima hal yang menyenangan tentu mudah. Tetapi mengakui dan memberi ruang untuk sesuatu yang tida disukai membutuhkan banyak ruang hati yang lapang.

Jika tetap ingin memberi bantuan sebaiknya hanya memberi petunjuk bukan secara langsung turun tangan. Tidak semua orang paham akan sikap diam sebagai batasan diri. Seringkali diam dikatakan sebagai tak merespon, apabila semakin diam akan semakin ditekan. Pelan – pelan biasakan untuk berani menolak tanpa adanya kontra. “Jangan Takut Bilang Tidak.” Kelebihan buku ini mempunyai cover yang bagus dan judul yang membuat seseorang menarik perhatian ingin membacanya. Bahasanya mudah dipahami dan jelas. Terdapat tips yang mudah untuk dicoba agar bisa melawan rasa tidak enakan pada orang lain. Kelemahan dari buku ini ialah tidak terdapat gambar yang menarik sehingga membuat pembaca bosan karena disajikan hanya tulisan saja.

Oleh : Gingga Nehru Saputra/I Jurusan Manajemen

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image