Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image 549_Rachel Maulia

Sempurna Bukan Segalanya

Eduaksi | Saturday, 20 May 2023, 19:11 WIB

 

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Tak Masalah Menjadi Tak Sempurna

Penulis : @nyalakebaikan

Penerbit : Bright Publisher

Tahun Terbit : 14 Januari 2022

Ketebalan Buku : 143 Halaman

ISBN : 978-623-7778-90-5

Harga Buku : 69.000

Peresensi : Rachel Maulia

Buku setebal 143 halaman ini menekankan bahwa menjadi tidak sempurna bukan berarti kegagalan. Di dalamnya termuat pembahasan mengenai perfeksionisme, kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mengatasinya, hingga beragam quotes menarik seputar perfeksionisme dan penerimaan diri.

Kebanyakan orang menganggap bahwa memiliki standar tinggi itu baik. Memang tidak sepenuhnya salah, karena hal itu akan membuat kita berusaha lebih dari yang kita bisa. Akan menjadi masalah kalau diri kita menjadi sosok yang sangat perfeksionis.

Orang yang perfeksionis menganggap kegagalan adalah bencana besar atau malapetaka. Jika ini sampai melukai diri sendiri, maka akibatnya akan sangat buruk. Buku ini memberi pemahaman kalau tidak masalah menjadi tidak sempurna. Sebab, kegagalan juga akan membentuk kita menjadi lebih baik dan kuat.

Buku yang dibuat oleh Tim Nyala Kebaikan bukan hanya tentang sosok perfeksionis saja. Tapi menjelaskan bagaimana perasaan manusia tentang kehidupan, hanya porsi yang berbeda dari yang lain. Kita pasti juga pernah mengalami kegagalan yang pada akhirnya membuat kita merasa tidak berbakat, tidak berguna, bahkan kita membandingkan diri terhadap kesuksesan orang lain. Sedangkan pada kenyataannya , setiap manusia pasti mengalami kegagalan dan kekurangan. Hal ini bukanlah suatu hal buruk yang perlu disesali secara terus menerus. Melalui bukunya, penulis menyadarkan manusia bahwa manusia tidak sempurna, dan harus bisa menjadi apa adanya.

Buku ini juga menyebutkan bahwa kita harus belajar menerima diri sendiri dan mencintai diri sendiri agar bisa hidup bahagia. Bahwa menjadi tidak sempurna bukanlah benar-benar hal yang buruk, kita tidak perlu khawatir apa yang orang lain lakukan terhadap diri kita. Untuk dapat menerima ketidaksempurnaan dan menjalani hidup secara utuh, seseorang harus mulai dari diri sendiri.

Menurut hasil penelitian Duke University, Amerika Serikat, alam bawah sadar manusia menciptakan pola perilaku atau kebiasaan yang mencakup 45% dari kehidupan mereka. Perfeksionis adalah cara berpikir sistematis yang mengatakan "sempurna itu cukup". Dapat dilihat masalahnya dengan persamaan "sempurna" dan "memadai" tidak seharusnya setara. jika sempurna adalah versi memadai, maka hidup tidak akan pernah tampak memadai, apalagi baik.

Dalam bukunya, the willpower instinc, Kelly McGonical mengatakan "penelitian menjukkan bahwa semakin anda berusaha menekan pikiran negatif, kemungkinan besar anda menjadi depresi". Memang menjalankan kehidupan dengan sepenuh hati sebenarnya bukanlah sebuah pilihan yang bisa dilakukan dalam satu waktu, karena dibutuhkan sebuah proses dan perjalanan yang cukup panjang. Dalam perjalanan itu, ada banyak hal yang perlu dilakukan seperti misalnya menumbuhkan keberanian, yang nantinya dapat membantu untuk membangun kepercayaan diri.

Seusai membaca buku karangan Tim Nyala Kebaikan "Tak Masalah Menjadi Tak Sempurna", saya merasa disadarkan bahwa pada dasarnya tiap manusia memiliki kerentanan, kerapuhan, dan perasaan malu. Namun, hal itu bukanlah penghalang. Karena kita dapat memilih untuk menghadapinya dan mengendalikannya, bukan lari maupun menyangkalnya.

pertama secara fisik, cover bukunya yang menarik dengan dominasi warna hijau dan biru yang cantik. Tidak terlalu mencolok terutama pada cover depannya terdapat ilustrasi seorang laki-laki yang selalu menggunakan topeng menggambarkan bahwa perjalanan hidup seseorang yang selalu tampil perfeksionis dimana itu semua menggambarkan isi dari buku ini. Di cover belakang, ada harga, genre, nama penerbit dan tentunya sinopsis buku ini.

Kedua, secara visual buku ini terdapat banyak ilustrasi yang keren, permainan warna disetiap halaman dengan layout yang berbeda menjadikan buku tersebut enak dipandang mata dan bikin buku ini jadi lebih menarik.

Ketiga, buku ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan menjadikan isi buku ini menarik bagi pembaca. Dibuku ini juga terdapat makna filosofi dan quotes di dalamnya dan menurut saya ini keren karena bisa sambil belajar dan memotivasi diri agar jauh lebih baik untuk kedepannya. Quotes favorit saya yaitu :

"confusion between purpose and perfection of means, in my opinion, characterizes our time"

Albert Einstein

Quotes tersebut benar sekali, terkadang kita terlalu fokus dengan omongan orang lain, sampai kita lupa pada kesiapan diri sendiri.

Sebenarnya kekurangan buku ini tidak banyak, hanya saja buku ini menggunakan kata-kata remaja zaman sekarang. Jadi mungkin beberapa orang dewasa tidak paham akan hal tersebut.

Buku ini sangat dibutuhkan oleh para remaja bahkan orang dewasa sekalipun. Buku ini mengajarkan para remaja bahwa menurunkan standar bukan berarti tidak mimiliki standar. Tujuannya adalah jangan pernah membuat diri anda menjadi ceroboh dalam hidup dan tampil buruk sepanjang waktu dengan standar realistis yang benar-benar dapat membantu anda melakukan yang terbaik tanpa mengorbankan hal-hal yang penting bagi anda, seperti kehidupan keluarga, kesehatan fisik dan mental, serta waktu senggang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image