AI Menyebabkan Pengangguran? Korelasi AI dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Teknologi | 2023-05-20 14:20:19
Artificial Intelligent atau yang kerap disebut AI, kini menjadi fenomena yang marak diperbincangkan di Indonesia. salah satunya adalah ChatGPT AI yang kini sedang popular popularnya. Kecerdasan dari AI bukanlah lagi sebuah rahasia, kemampuannya untuk meniru tingkah laku dan pola pikir manusia kian hari kian mengejutkan. bisa dilihat bahwa AI sendiri “lebih cerdas” dalam hal pengumpulan data dengan ketepatan data yang akurat. Banyak perusahaan kini mulai menggunakan teknologi AI untuk meraup lebih banyak keuntungan.
Sayangnya, dengan segala keuntungan dan kehebatan yang disebutkan tadi, AI tidak berbuat banyak untuk menumbuhkan ekonomi. Sebaliknya, AI justru mengakibatkan ketimpangan pendapatan menjadi lebih buruk. Dengan berkembangnya AI, distribusi pendapatan justru semakin memperbesar Indeks Gini atau “inequality gap” yang berarti semakin menjauhi distribusi pendapatan yang merata.
Berkembangnya AI otomatis mengakibatkan pekerjaan keterampilan rendah dan menengah menjadi menurun. Penurunan ini mengakibatkan semakin tingginya tingkat pengangguran yang akhirnya menimbulkan jurang yang semakin besar antara tenaga kerja terampil tingkat tinggi dan tingkat rendah. Terlebih, Indonesia adalah negara yang berkembang, dimana ketimpangan yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan negara-negara maju.
Mengapa hal itu bisa terjadi? obsesi untuk meniru kecerdasan manusia telah menyebabkan AI terlalu sering menggantikan tugas manusia daripada memperluas kemampuan manusia dan memungkinkan orang melakukan tugas baru. Banyak tenaga kerja manusia yang kini kehilangan eksistensinya karena maraknya AI, contohnya adalah pekerjaan front desk office yang kini sebagian besar telah dikuasai AI. Baru baru ini juga muncul reporter dengan teknologi AI. Selain kedua pekerjaan tersebut, masih banyak pekerjaan yang diprediksi akan tergantikan oleh AI seiring berjalannya waktu. Perusahaan kini menganggap kegiatan pembukuan dalam akuntansi lebih mudah dan lebih low costing dibandingkan dengan memakai tenaga akuntan.
Sejauh mana AI akan berkembang? Nyatanya perkembangan AI kini lebih pesat dibandingkan perkembangan manusia. Kini persepsi mengenai “AI memudahkan pekerjaan manusia” justru perlahan berganti menjadi “AI menggantikan pekerjaan manusia”. Jika hal ini terus berlanjut, ketimpangan akan semakin besar dan dunia ini dapat didominasi oleh beberapa kelompok orang saja.
Memang, tidak semua pekerjaan dapat digantikan AI, saat inipun pekerjaan yang dapat digantikan AI secara penuh masih relative rendah, tetapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya ekspansi tenaga kerja AI akan menjadi lebih besar daripada yang dapat kita bayangkan.
Untuk itu, tidak sepatutnya kita terlalu bergantung pada teknologi kecerdasan buatan. Diharapkan AI dapat membantu pekerjaan manusia, bukan malah mengurangi produktifitas manusia. Sehingga manusia lah yang akhirnya menguasai AI, bukan manusia yang terlena dan dikuasai AI. Dengan disebutkannya kelebihan dan kekurangan AI tersebut, diharapkan manusia bisa lebih mengoptimalkan dampak positif penggunaan AI dan berusaha untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
