Apakah Childfree Pilihan yang Tepat? Yuk Kenali Dampak dan Faktornya!
Gaya Hidup | 2023-05-19 23:05:47Childfree adalah suatu kondisi dimana seseorang atau pasangan suami istri memutuskan untuk tidak memiliki anak (keturunan) sesuai dengan kehendak dan pandangan yang telah mereka sepakati. Fenomena childfree telah banyak terjadi di berbagai negara pada era modernisasi ini. Di Indonesia sendiri, mulai berkembang pemikiran dalam pernikahan untuk membentuk keluarga tanpa kehadiran seorang anak. Muncul berbagai pertentangan terkait isu tersebut. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak yang percaya apabila childfree dapat memberikan beberapa manfaat. Berikut ini adalah dampak dalam keputusan childfree yang tersebar dalam pemikiran umum:
1. Bertolak belakang dengan norma masyarakat pada umumnya. Seseorang yang memilih childfree terutama wanita akan dipandang buruk dalam masyarakat, mereka dianggap egois dan menyimpang. Akan banyak larangan yang terjadi dari pihak senior dan agama dalam menentang keputusan ini.
2. Tidak memiliki penerus di masa tua. Manusia pada umumnya memiliki warisan atau heritage baik berupa ilmu, material, dan sebagainya kepada keturunan mereka selanjutnya. Hal tersebut tidak dapat berlanjut dan diteruskan pada anak cucu mereka apabila memutuskan untuk melakukan childfree. Kecemasan dalam kondisi masa tua terkait “siapa yang akan menjaga saya kelak” juga menjadi suatu alasan untuk tidak melakukannya.
Menurut saya pribadi childfree memberikan dampak positif. Tidak semua stigma hidup tanpa anak adalah keegoisan dan kesengsaraan. Childfree akan dipandang “lebih normal” beberapa tahun kedepan dengan melihat bagaimana opsi untuk melakukannya meningkat di kalangan anak muda saat ini. Gaya hidup bebas anak menjadi alasan bagi generasi milenial dan Gen Z untuk tidak memiliki hasrat dan keinginan menjadi orang tua. Keputusan childfree bukanlah keputusan instan. Perlu tahapan proses untuk melakukan komitmen tersebut.
Childfree merupakan sebuah pilihan kehidupan bagi sebagian orang agar terhindar dari penyesalan di masa depan. Keputusan childfree bisa didasari oleh beberapa faktor, mulai dari finansial yang kurang memadai, gaya hidup yang berfokus pada pekerjaan, ketidakmampuan untuk bertanggung jawab dan mengurus anak (misalnya akibat kondisi mental tertentu), kondisi lingkungan sosial yang tidak mendukung, kesehatan reproduksi individu, hingga trauma masa kecil yang terjadi pada latar belakang keluarga. Beberapa hal tersebut menjadi tekanan dan hambatan untuk seseorang memiliki seorang anak.
Terdapat ungkapan yang sering kita dengar mengenai “Banyak anak, banyak rezeki”. Masyarakat seringkali memandang seolah-olah memiliki anak adalah sebuah keharusan, padahal tidak semua orang menginginkan atau dapat melakukan hal itu. Kita tidak akan pernah mengetahui kapan seseorang akan memiliki kesiapan untuk berkeluarga secara utuh. Keputusan childfree perlu direnungkan dan dikomunikasikan pada orang terdekat khususnya pada pasangan terkait kapan waktu yang tepat dan antisipasinya. Terkadang keinginan tidak sejalan dengan kenyataan. Setiap individu dapat berubah keyakinan karena berbagai situasi.
Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. Ini akan berlangsung seumur hidup dengan kesiapan segala aspek. Banyak beban dan tanggung jawab yang akan ditanggung. Definisi “keluarga” dapat dibangun tanpa harus memiliki seorang anak. Kebahagiaan dan kebebasan seseorang tidak dapat dibatasi hanya dengan pemikiran umum saja. Apabila tidak sanggup menjadi target yang negatif di kalangan masyarakat mereka akan mudah terbawa arus. Memposisikan anak sebagai asuransi hidup bukan suatu kesalahan, namun kita tidak dapat menaruh ekspetasi yang besar pada masa depan kita kelak.
Childfree sendiri bukanlah sesuatu yang statis tetapi harus disikapi dengan pendekatan yang dinamis. Childfree masuk ke dalam bagian dari persepsi yang beragam terhadap konsep hak individu. Sehingga hal ini tidak dibutuhkan sebagai bentuk pemenuhan kewajiban individu atas standar norma masyarakat. Namun, terlepas dari itu perlu disadari bahwa yang paling penting adalah mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, Hal ini tentunya memerlukan dukungan semua aspek baik ekonomi, sosial, politik dan lain-lain. Oleh karena itu, melahirkan dan membesarkan seorang anak perlu kesiapan yang matang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.