Pemanfaatan Buku Fiksi Sebagai Media Pengembangan Minat Baca Masyarakat
Pendidikan dan Literasi | 2023-05-18 13:47:13Di sekolah, mulai SD hingga SMA sebagai pelajar kita terus menerus diingatkan dan disuruh untuk belajar, belajar, dan belajar. Dari yang awalnya belajar, belajar, dan belajar itu, tanpa disadari kita sudah terbiasa melakukan kegiatan membaca sejak lama. Mulanya dari pengerjaan PR lalu kita mencari jawaban dengan membaca catatan materi atau buku pelajaran. Walaupun dilakukan dengan terpaksa dan tanpa sadar tetapi karena itulah kita sudah terbiasa membaca sejak kecil.
Jika diamati dari hal tersebut, maka seharusnya minat baca masyarakat Indonesia terbilang tinggi karena dari mulai sekolah dasar mereka sudah terbiasa untuk membaca. Tetapi sayangnya justru sebaliknya. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Maksudnya adalah dari 1000 orang yang ada di Indonesia, hanya 1 orang yang suka membaca. Ini menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangatlah rendah.
Dalam hal ini masyarakat menganggap membaca sebagai kegiatan membosankan dan membuat ngantuk sehingga membayangkannya saja sudah membuat malas dan lelah. Ini bisa jadi terkait dengan mindset yang sudah tertanam semenjak di bangku sekolah bahwa membaca identik dengan buku pelajaran dan sesuatu yang menguras otak. Karena itulah banyak yang menghindari membaca dan enggan melakukannya. Padahal sejatinya tidak seperti itu.
Membaca tidak melulu terkait dengan materi pelajaran atau sesuatu yang menekan dan menguras energi. Jenis-jenis buku bacaan yang bisa digunakan dalam kegitan membaca justru ada banyak. Contohnya seperti buku fiksi yaitu novel, cerpen, komik, dan masih banyak lagi. Menurut Nurgiyantoro (2005:3) fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan “model-model” kehidupan sebagaimana yang diididealkan oleh pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan.
Membaca karya fiksi bisa dijadikan sebagai langkah awal memancing minat baca seseorang. Hal ini dikarenakan buku fiksi memiliki banyak tema yang bisa dipilih untuk dibaca sesuai selera dan minat. Contohnya seperti persahabatan, percintaan, keluarga, dan lain sebagainya. Sebagian buku fiksi juga cenderung mudah dipahami dan memainkan imajinasi pembaca sehingga tidak membuat bosan dan mengantuk. Tentunya hal tersebut dapat meningkatkan minat baca masyarakat yang rendah.
Dengan memanfaatkan buku-buku fiksi yang tersebar banyak di Indonesia seperti di perpustakaan, toko buku offline dan online, taman baca masyarakat serta masih banyak lagi dapat menjadi tahapan awal dalam pengembangan minat baca masyarakat. Awalnya mungkin yang dibaca adalah buku-buku fiksi sesuai selera yang mudah dipahami dan memancing imajinasi, tetapi semakin lama dan banyak buku fiksi yang dibaca maka tingkat keterbiasaan seseorang dalam hal membaca juga akan meningkat. Jika sudah terbiasa oleh bacaan yang mudah dipahami, secara tanpa sadar diri kita akan merasa bosan dan mencari tingkat bacaan dengan level yang lebih tinggi. Dengan demikian otomatis secara bertahap entah disadari atau tidak akan terjadi pengembangan diri dalam hal minat baca masyarakat yang dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dari orang lain.
*Ditulis oleh Intan Nur Anggeraini, mahasiswi Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Universitas Airlangga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.