Dilema Wanita Karier atau Ibu Rumah Tangga, Lebih Penting Mana?
Parenting | 2023-05-16 19:19:39Kesetaraan gender di Indonesia terus menunjukkan kemajuan dari tahun ke tahun. Perempuan dapat mengakses tingkat pendidikan yang sama dengan laki-laki, dan ini mendorong mereka untuk lebih berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja. Menurut Ardiansa (2016), peningkatan angkatan kerja perempuan disebabkan oleh peningkatan penawaran, seperti pemerataan pendidikan yang lebih baik, dan permintaan, seperti peningkatan angkatan kerja perempuan. Selain itu, pendidikan tinggi juga memotivasi perempuan untuk menempati posisi pekerjaan yang lebih menentukan dan penting. Peningkatan kesetaraan gender di Indonesia telah meningkatkan jumlah angkatan kerja perempuan dan memotivasi pengembangan karier bagi perempuan. Meski terlihat kemajuan, banyak perempuan yang masih berjuang untuk menempati posisi pekerjaan penting karena mereka sering menghadapi dilema antara karier dan keluarga. Menurut Rosalina dan Hapsari (2014), dilema tersebut terjadi karena perempuan memiliki peran ganda secara alamiah sebagai ibu, mengurus anak dan kegiatan rumah tangga, dan sebagai pekerja perempuan untuk mencari uang. Selain itu, salah satu hambatan yang menghambat pengembangan karier adalah kewajiban keluarga.
Kewajiban keluarga dianggap sebagai faktor yang menghambat pengembangan karier seseorang dalam keluarga karena kewajiban umumnya ditentukan oleh masyarakat. Terlepas dari itu, kewajiban keluarga terkait dengan alokasi energi untuk bekerja dan keunggulan komparatif dari kegiatan khusus. Laki-laki dan perempuan secara intrinsik memiliki keunggulan komparatif yang berbeda tidak hanya dalam menghasilkan anak, tetapi juga dalam kontribusi mereka terhadap pengasuhan anak dan dalam aktivitas lainnya. Karena keunggulan komparatif bagi suami dan istri berbeda, kewajiban keluarga diberikan antara suami dan istri dengan cara dan porsi yang berbeda. Pekerjaan rumah tangga, seperti mengasuh anak, menjadi kewajiban perempuan karena wanita mengalokasikan energi utamanya untuk pekerjaan rumah tangga, mereka memiliki lebih sedikit energi untuk dialokasikan ke pekerjaannya dan dengan demikian menyebabkan produktivitas kerja yang lebih rendah. Sejalan dengan itu, pendapat suami, apakah dia mendukung atau mengabaikannya, juga sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan perempuan. Ketegangan tuntutan karier memberikan kontribusi besar terhadap gangguan perkawinan, di mana tuntutan kariernya bertentangan dengan definisi peran keluarga dari suaminya. Menurut Wibowo (2017), di mata masyarakat, laki-laki harus memiliki bagian pendapatan yang dominan, dan jika perbandingan sosial penting untuk utilitas laki-laki, maka pendapatan perempuan yang lebih tinggi dapat menyebabkan kebahagiaan laki-laki yang lebih rendah, oleh karena itu, memengaruhi distribusi kebahagiaan pernikahan. Kerja sama dan komunikasi antara suami dan istri sangat penting untuk mencapai kesepakatan dalam pernikahan, terutama dalam hal karier dan keluarga.
Keputusan perempuan antara karier dan keluarga tidak hanya didasarkan pada faktor-faktor yang dibahas sebelumnya, tetapi juga pada pertimbangan pribadi dan kecenderungan perilaku untuk setiap pilihan. Dalam pengembangan karier bagi perempuan, trade-off yang dibahas biasanya antara pekerjaan dan keluarga. Ketika seorang wanita memutuskan untuk melakukan pekerjaan dan keluarga, seseorang cenderung kewalahan karena mengasuh anak dan pekerjaan rumah tangga lainnya melelahkan dan membatasi akses ke pekerjaan yang membutuhkan perjalanan atau jam kerja yang tidak biasa. Namun terdapat manfaat ibu bekerja meliputi keuntungan pribadi seperti hakekat keperempuanan, kemandirian finansial yang memberikan rasa berdaya, dan penghasilan tambahan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga. Di sisi lain, anak dengan ibu rumah tangga memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan anak dengan ibu bekerja. Mereka juga menyebutkan bahwa pengasuhan orang tua tidak mudah tergantikan untuk membuktikan bahwa peran ibu dalam pendidikan anak sangat penting. Hal ini dapat dianggap sebagai keuntungan jangka panjang bagi ibu karena kebanggaan seorang ibu atas keberhasilan anaknya merupakan keinginan bersama. Namun demikian, mungkin sedikit berbeda untuk setiap wanita sesuai dengan kendala masing-masing.
Perempuan akan menghindari pilihan yang memiliki label afektif terkait dengan kepentingan diri (atau keegoisan) lebih kuat daripada laki-laki. Perbedaan gender dalam pengambilan keputusan memiliki arti penting bagi ketidaksetaraan dalam perilaku dan hasil. Kecenderungan alami perempuan lebih mengarah pada dilema karier dan keluarga daripada laki-laki. Pelabelan atau stereotip juga berperan dalam proses pengambilan keputusan perempuan karena perempuan berusaha untuk menunjukkan citra diri mereka yang pantas dan dapat diterima masyarakat, membuat mereka memilih apa yang pantas daripada apa yang mereka inginkan.
Kemajuan kesetaraan gender di Indonesia telah memotivasi perempuan untuk mengembangkan karier mereka, namun masih banyak yang berjuang menghadapi dilema keluarga dan karier. Keunggulan komparatif memotivasi laki-laki dan perempuan untuk memilih kegiatan mereka sendiri, tetapi perempuan diasumsikan memilih untuk mengesampingkan keunggulan komparatif saat melakukan pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu, kewajiban keluarga sebagai salah satu faktor yang dibahas mempengaruhi produktivitas perempuan dalam bekerja karena sebagian besar energi dihabiskan untuk kegiatan pekerjaan rumah tangga. Ketidakseimbangan alokasi energi kemudian mengarah pada tindakan trade-off dengan pertimbangan untung-rugi. Terlepas dari biaya dan manfaat yang disebutkan, setiap wanita mungkin memiliki pertimbangannya sendiri sesuai dengan kendala masing-masing.
Pada akhirnya, setiap perempuan memiliki pertimbangan pribadinya masing-masing terkait pengembangan karier dengan dilema karier dan keluarga. Tulisan ini hanya menguraikan faktor-faktor umum dengan hasil penelitian yang ada sedangkan faktor-faktor lain yang tidak disebutkan juga dapat mempengaruhi keputusan perempuan. Setiap pasangan suami istri memiliki pandangan mereka sendiri tentang dilema tersebut, dan mereka semua memiliki kebebasan untuk membuat keputusan apapun yang mereka inginkan, baik sebagai pasangan maupun sebagai individu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.