Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Gen Z dan Slow Living

Gaya Hidup | Tuesday, 16 May 2023, 09:37 WIB

GEN Z & SLOW LIVING

Akhir-akhir ini, terdapat banyak sekali konten-konten media sosial yang merujuk kepada gaya hidup slow living dan meromantisasi hidup. Tak jarang, berbagai influencer di seluruh penjuru dunia menunjukkan melalui versinya masing-masing tentang gaya hidup slow living di negaranya. Sebenarnya, gaya hidup slow living pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an oleh Carlo Petrini melalui slow food yang bertujuan sebagai penangkalan terhadap makanan cepat saji. Slow food membantu menjelaskan gerakan makan lambat yang lama-kelamaan menjadi semakin luas dengan seluruh gerakan gaya hidup lambat. Saat ini, konsep hidup slow living banyak menarik perhatian, terutama gen Z yang terkenal sebagai anggota termuda dari dunia pekerjaan.

Secara garis besar, slow living berarti menjalani hidup dengan lebih santai dan tetap menerapkan mindfulness terhadap hal-hal yang kita kerjakan sehari-hari. Slow living juga berarti tidak terburu-buru dan melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin, bukan secepat mungkin. Gaya hidup slow living mengadopsi mindset yang berpegang pada keseimbangan. Dalam hal ini, kehidupan dinikmati secara lebih fokus, mendalam, dan perhatian. Konsep yang sering terdengar mengenai slow living melalui media sosial adalah work-life balance, mindfulness, ataupun meromantisasi hidup.

Lalu, mengapa gerakan slow living sangat menarik bagi banyak orang saat ini?

https://pin.it/5taqm8F

Ada banyak sekali faktor yang mengakibatkan konsep slow living menjadi sangat menarik. Pertama, era pandemi memaksa kehidupan banyak orang untuk berubah menjadi lebih terisolasi. Gerakan meromantisasi hidup mulai banyak bermunculan karena memberikan ketenangan secara sosial dan emosional akan terbatasnya interaksi antar manusia. Lalu, fokus kepada hal-hal kecil yang memberi kebahagiaan menjadi perhatian utama bagi banyak kehidupan agar tetap bertahan. Kedua, hustle culture yang membuat banyak orang menjadi tidak menikmati hidup dan jauh dari keseimbangan. Hustle culture mempromosikan ide bahwa setiap orang harus terus bekerja untuk mencapai apa yang diinginkan atau biasa disebut juga dengan budaya gila kerja. Kecenderungan hustle culture ini banyak membuat orang menjadi stress dan tidak bahagia. Konsep ‘serba cepat’ yang diusung oleh hustle culture membuat banyak orang, terutama para pekerja korporat menjadi mendambakan slow living yang lebih tenang dan bahagia.

Bagaimana cara merealisasikan slow living di tengah kehidupan sehari-hari ala gen Z?

Slow living memiliki versi yang berbeda-beda bagi setiap orang dan tidak terdapat panduan yang menjadi fiksasi di dalamnya. Akan tetapi, terdapat beberapa tips dari gen Z untuk dapat merealisasikan gaya hidup slow living ini, di antaranya:

1. Membuat rutinitas harian dengan ikut menjadwalkan waktu untuk beristirahat

Konsep hidup slow living memandang waktu untuk beristirahat sama pentingnya dengan waktu yang digunakan untuk bekerja. Maka dari itu, sebagai langkah awal dari memulai penerapan slow living dapat dilakukan dengan menambahkan waktu untuk beristirahat pada jadwal harian.

2. Explore hobi atau kegiatan baru di tengah waktu senggang

Mindfulness merupakan salah satu pilar konsep dari penerapan slow living. Waktu senggang yang dimiliki dapat digunakan untuk memilih dengan baik kegiatan yang dapat dilakukan. Selain sebagai penerapan slow living, melakukan kegiatan yang disukai, seperti hobi dalam keseharian juga mampu memberikan produktivitas yang lebih setelahnya.

3. Fokus pada satu kegiatan di satu waktu

Salah satu cara untuk menerapkan mindfulness dalam slow living adalah menghindari multitasking. Meskipun hal ini sulit untuk dilakukan, akan tetapi fokus pada satu kegiatan pada satu waktu mampu meningkatkan produktivitas dan menghindari burn out.

Slow living dengan berbagai definisi dan penerapannya dapat menjadi opsi bagi setiap orang untuk mulai menikmati hidup dengan pelan-pelan. Pada akhirnya, setiap orang memiliki fase hidupnya masing-masing untuk mencapai sesuatu dan gaya hidup slow living dapat mendukung hal itu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image