Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Qory Masasya Zulbaiba Az Zahra

3,5 Tahun atau 4 Tahun?

Pendidikan dan Literasi | Sunday, 14 May 2023, 23:45 WIB

Kelulusan menjadi sesuatu yang paling ditunggu oleh mahasiswa Strata 1 semester akhir. Mereka yang sudah berkutik panjang dengan tugas akhir mulai menanti saat-saat bahagia itu. Berbagai pernyataaan juga diungkapkan sebagai alasan mereka ingin segera mengakhiri bangku S1, seperti melanjutkan pendidikan berikutnya entah itu profesi atau S2, segera menikah dan memiliki keluarga kecil yang bahagia, bahkan alasan yang cukup sederhana karena tidak betah terus ditanya dan dibandingkan dengan teman lainnya yang sudah lulus sebelumnya.

Sumber: instagram.com/dindapermaata

Pengerjaan skripsi merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap waktu tempuh studi mahasiswa. Lamanya pengerjaan juga dipengaruhi oleh kegiatan dari mahasiswa itu sendiri. Ada yang berpegang teguh pada konsep "let it flow, hidup sudah diatur", sehingga skripsi dikerjakan dengan amat sangat santai bahkan untuk konsultasi saja ditunda tunda, adapula yang menggebu-gebu ingin cepat selesai, ada juga yang dikerjakan sewajarnya, tidak terburu-buru dan tidak terlalu santai.

Tetapi, diluar itu semua, berapa lama waktu yang ideal untuk lulus S1? Sebagian mahasiswa menginginkan lulus 3,5 tahun dan menganggap itu adalah sesuatu yang "keren" karena dapat menyelesaikan studinya lebih cepat dengan berbagai alasan seperti yang disebutkan sebelumnya. Memang patut dibanggakan karena tidak mudah untuk mencapainya. Mereka harus mempertahankan Indeks Prestasi berada di predikat baik supaya lancar mengambil mata kuliah bersyarat di semester berikutnya, rutin mengikuti semester pendek atau sebagai gantinya mengikuti berbagai lomba nasional untuk konversi mata kuliah bahkan konversi KKN dan skripsi, ditambah dengan kegiatan lain yang dapat mengasah soft skill dan pengalaman bagi mereka yang mau.

Disisi lain, lulus 4 tahun juga bukan hal yang buruk. Bahkan bisa dikatakan, lebih dari 4 tahun pun juga bukan sesuatu yang buruk pula jika memang harus seperti itu. Setiap orang mempunyai pilihan dalam hidupnya masing-masing dan adanya alasan yang dapat diterima menjadi alasan juga mengapa penulis mengatakan hal itu. Tetapi rata-rata dari mereka memang tidak ingin disebut sebagai mahasiswa abadi, ditambah dengan pembayaran uang kuliah tunggal yang cukup menguras kantong.

"Menjadi mahasiswa adalah sebuah previlage, keistimewaan yang tak semua pemuda diberkahi kesempatan", begitu kata Najwa Shihab dalam kanal YouTube-nya. Kalimat itu mewakili seluruh jawaban mengapa mahasiswa lainnya memilih lulus 4 tahun. Penulis sempat bertanya kepada salah satu rekannya. "Mengapa tidak 3,5 tahun seperti keinginan mahasiswa pada umumnya?" dan mendapatkan jawaban yang sangat masuk akal, "Karena dengan status mahasiswa, kita masih bisa ikut sesuatu yang bisa diikuti dengan status mahasiswa itu, sayang aja kalo ngga dimanfaatin, kan lumayan tuh 1 semester". Memang benar, volunteer, organisasi di luar kampus, bahkan sekedar webinar dengan syarat audience mahasiswa aktif pun materi yang dibawakan tidak kalah berbobot. Kesempatan itu bisa dimanfaatkan sebagai pengembangan soft skill dan pola pikir serta menambah pengalaman untuk mempercantik CV dan LinkedIn.

Penulis: Qory Masasya Zulbaiba Az Zahra (Mahasiswa Akuntansi Universitas Airlangga)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image