Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Reyhan Ahimsa

Smart Factories dan Circular Economy: Mengurangi Limbah dan Emisi di Bidang Manufaktur

Teknologi | Sunday, 14 May 2023, 22:15 WIB
Pekerja merakit mesin mobil Esemka di pabrik PT Solo Manufaktur Kreasi, di Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019)./JIBI - Bisnis/Chamdan Purwoko

Smart factories, atau pabrik pintar, merupakan konsep industri yang menggabungkan teknologi cyber-physical system (CPS), internet of things (IoT), dan artificial intelligence (AI) untuk mengoptimalkan produksi secara otomatis. Konsep pabrik pintar menggunakan teknologi sensor, analitika data, serta otomasi data. Apabila konsep ini digabungkan dengan konsep ekonomi sirkular atau circular economy maka dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pengurangan limbah dan emisi di bidang manufaktur. Penerapan prinsip ekonomi sirkular menjadi sebuah kerangka kerja penting untuk mencapai tujuan ini.

Ekonomi sirkular merupakan pendekatan bisnis yang berfokus pada penggunaan sumber daya secara efisien dan bertanggung jawab. Prinsip utama dari ekonomi sirkular adalah mempertahankan sumber daya selama mungkin, dengan cara memperpanjang masa pakai produk dan bahan, serta meminimalkan limbah. Konsep ini didasarkan pada prinsip 3R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memanfaatkan kembali), dan recycle (mendaur ulang). Dalam konteks manufaktur, penerapan konsep ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya, serta meminimalkan limbah dan emisi yang dihasilkan.

Salah satu contoh penerapan prinsip ekonomi sirkular di pabrik pintar adalah dengan menggunakan teknologi sensor untuk memonitor kualitas bahan baku. Dengan memantau kualitas bahan baku secara real-time, pabrik dapat memastikan bahwa bahan yang digunakan sesuai dengan standar kualitas yang diperlukan untuk memproduksi produk yang berkualitas. Hal ini dapat mengurangi limbah dan kebutuhan untuk membuang bahan yang tidak memenuhi standar.

Pabrik pintar juga dapat memanfaatkan teknologi analitika data untuk mengoptimalkan penggunaan energi. Misalnya, dengan memprediksi permintaan energi di pabrik, sistem dapat mengatur penggunaan energi secara lebih efisien dan menghindari penggunaan energi yang berlebihan. Hal ini dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pabrik.

Teknologi otomasi juga dapat membantu mengurangi limbah dan emisi di pabrik pintar. Dengan mengotomatisasi proses produksi, pabrik dapat mengurangi risiko kesalahan manusia yang dapat menghasilkan limbah dan emisi yang tidak perlu. Selain itu, teknologi otomasi juga dapat membantu mengoptimalkan penggunaan bahan dan energi dengan mengurangi jumlah bahan dan energi yang digunakan secara berlebihan.

Penerapan konsep circular economy juga dapat membuat limbah dan emisi yang dihasilkan dapat diolah kembali menjadi bahan baku baru atau produk yang memiliki nilai tambah. Misalnya, dengan mendaur ulang limbah plastik menjadi serat atau bahan baku plastik yang dapat digunakan kembali untuk produksi produk baru.

Beberapa contoh implementasi konsep smart factories dan circular economy di industri manufaktur antara lain:

 

  1. Coca-Cola menggunakan sistem otomatisasi untuk mengoptimalkan penggunaan energi dan air di pabrik mereka, serta mengurangi limbah yang dihasilkan melalui sistem pengolahan air limbah yang efisien.
  2. BMW mengembangkan proses produksi kendaraan yang lebih efisien dan ramah lingkungan dengan menerapkan konsep circular economy, seperti penggunaan bahan daur ulang dan pengolahan limbah menjadi sumber energi.
  3. Philips menggunakan sensor dan analisis data untuk mengoptimalkan penggunaan energi dan bahan baku di pabrik mereka, serta mendaur ulang limbah elektronik menjadi bahan baku baru.

Selain manfaat lingkungan yang besar, penerapan konsep smart factories dan circular economy juga dapat memberikan manfaat bisnis, seperti pengurangan biaya operasional, peningkatan efisiensi produksi, dan peningkatan kualitas produk.

Dalam upaya mengurangi limbah dan emisi di bidang manufaktur, penerapan konsep smart factories dan circular economy dapat memberikan manfaat besar bagi lingkungan dan bisnis. Namun, implementasi konsep ini juga memerlukan kerja sama antara produsen, pengguna, dan pemerintah. Produsen perlu mengadopsi teknologi pintar dan prinsip ekonomi sirkular dalam proses produksinya. Pengguna perlu membeli produk yang ramah lingkungan dan memiliki masa pakai yang panjang. Pemerintah perlu mendorong penggunaan teknologi pintar dan mendukung penerapan prinsip ekonomi sirkular melalui kebijakan dan regulasi yang sesuai.

Referensi:

 

  1. Geissdoerfer, M., Savaget, P., Bocken, N. M., & Hultink, E. J. (2017). The Circular Economy–A new sustainability paradigm?. Journal of cleaner production, 143, 757-768.
  2. Sivaprasad, S., Dharani, S., & Babu, S. S. (2019). Smart factory: a review. Journal of Intelligent Manufacturing, 30(5), 1635-1646.
  3. Chen, H., Li, W., Li, Y., Guo, H., & Zhang, J. (2020). Industrial internet of things (IIOT) and smart factory: A review of literature and future directions. Journal of Cleaner Production, 261, 121056.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image