Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image V. Laura Marshanda

CHAPPIE Robot Polisi Dengan Teknologi Artificial Intelligence

Teknologi | Sunday, 14 May 2023, 15:43 WIB

Dunia teknologi saat ini sudah berkembang sangat pesat. Berbagai macam jenis robot saat ini banyak digunakan, mulai dari robot sederhana tanpa program hingga robot-robot canggih berbasis Artificial Intelligence (AI). Penggunaan robot saat ini juga mudah ditemukan diberbagai tempat, seperti perusahaan besar, bandara, hingga di jalanan atau tempat umum.

Banyak sekali jenis-jenis robot yang telah beroperasi saat ini, seperti robot humanoid, robot mobile, robot manipulator, robot terbang, dan lain-lain. Dari semua robot itu pernahkah kalian terpikirkan bagaimana jika robot tersebut menggantikan pekerjaan manusia? Hal ini dapat kita prediksi melalui film "Chappie" bagaimana pekerjaan seorang polisi dapat dilakukan oleh sebuah robot, bahkan lebih cerdas dan lebih kuat. Dalam film tersebut karakter Chappie dibuat dengan menggabungkan teknologi AI dalam tubuh robot polisi, sehingga dia bisa diprogram, dilatih dan diajarkan untuk menggunakan senjata, menangkap penjahat, menghentikan tindakan kriminalitas lainnya. Robot-robot itu diciptakan untuk menurunkan jumlah polisi yang tewas dalam memerangi penjahat. Selain membantu polisi, mereka juga bertugas untuk memberikan back up pada polisi ketika melawan para penjahat. Dalam film ini, angka kriminalitas menjadi menurun semenjak menggunakan robot sebagai pembantu dan pengganti kerja polisi.

https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/chappie-robot-berhati-manusia-_150308091758-953.jpg

Namun, dibalik keberhasilan kinerja robot-robot polisi ini, ada hal lain yang bisa menjadi ancaman bagi manusia juga. Dimana diceritakan di dalam film Chappie, karakter Chappie yang rusak, ditanamkan program kecerdasan buatan dalam tubuhnya, dia diambil dan disalahgunakan oleh penjahat. Robot tersebut bersikap seperti anak kecil dengan kecerdasan yang dapat dilatih sesuai dengan apa yang dia terima dan pelajari layaknya manusia. Dalam arti lain, kecerdasan buatan bisa menjadi bumerang apabila disalahgunakan. Ketika ia dilatih untuk melakukan sesuatu yang benar, maka ia dapat membantu pekerjaan manusia. Namun sebaliknya apabila disalahgunakan, justru keberadaan robot dan kecerdasan buatan dapat menjadi ancaman bagi manusia.

Di kehidupan nyata, dilansir dari CNN Indonesia robot polisi pertama berhasil diciptakan di Dubai, Uni Emirates Arab. Namun tidak seperti di film, dimana para robot menangkap penjahat, robot polisi di Dubai ini bertugas untuk berkomunikasi dengan warga, menjadi penghubung antara pihak kepolisian dengan warga, membayar denda atau tilang, melaporkan kejahatan dan banyak lagi. Melansir BBC, kepolisian lebih mudah untuk memantau publik dan warga merasa lebih mudah untuk saling terhubung tanpa harus mengunjungi kantor polisi. Pemerintah mereka mengatakan tujuannya adalah agar 25% dari pasukan menjadi robot pada tahun 2030 tetapi mereka tidak akan menggantikan manusia. “Kami tidak akan mengganti petugas polisi kami dengan alat ini," ungkap Brigjen Khalid Al Razooqi, director general of smart services Dubai Police.

Hal ini berarti robot polisi dianggap sudah bisa membantu tugas polisi secara general, namun belum spesifik kearah kasus kriminal berat. Namun kita tidak tahu bagaimana nanti kedepannya teknologi robot polisi ini. Apakah bisa menggantikan tugas polisi atau hanya membantu kerja polisi secara general saja? Bagaimanapun baik buruknya teknologi Artificial Intelligence (AI) di pikiran banyak orang, kemunculan teknologi kecerdasan buatan ini takkan terelakkan. Kecerdasan buatan menjadi positif apabila kita berpikir untuk menggunakannya dengan tujuan baik dan sebaliknya, akan menjadi negatif apabila digunakan untuk tujuan yang jahat. So bagaimana tanggapanmu?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image