Generasi Sandwich: Bagaimana Tantangan Berbeda Memengaruhi Kondisi Psikologis
Parenting | 2023-05-12 15:49:33Generasi sandwich merupakan istilah yang merujuk pada kelompok orang yang berada di antara dua generasi yang berbeda, seperti orang yang merawat orang tua mereka yang lebih tua sambil juga merawat anak-anak mereka sendiri. Istilah ini juga dapat mencakup orang-orang yang berada di tengah-tengah perjalanan karir mereka, mengalami tekanan untuk sukses di tempat kerja sambil mengurus keluarga dan tanggung jawab lainnya.
Generasi sandwich menghadapi tantangan dalam hal waktu dan keuangan. Anak-anak harus menghabiskan banyak waktu dan energi untuk merawat orang tua mereka dan juga mengurus anak-anak mereka sendiri. Hal ini dapat menyebabkan stres dan kelelahan fisik dan emosional.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 10 juta orang dewasa yang merawat orang tua mereka sendiri, dan 1 dari 3 orang dewasa yang merawat orang tua mereka juga memiliki anak-anak yang tinggal bersama mereka. Ini dapat menciptakan situasi yang sangat menuntut dan membingungkan, yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka.
FAKTOR ADANYA GEN SANDWICH
Banyaknya generasi sandwich di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Tradisi Keluarga
Tradisi keluarga di Indonesia mengajarkan bahwa anak-anak memiliki tanggung jawab untuk merawat orang tua mereka pada saat tua. Sebagai hasilnya, anak-anak biasanya merawat orang tua mereka di rumah, daripada menempatkan mereka di lembaga perawatan.
2. Gaya Hidup Modern
Meskipun tradisi keluarga masih dihargai di Indonesia, gaya hidup modern telah membuat orang tua bekerja dan anak-anak sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Hal ini membuat generasi sandwich semakin umum terjadi, di mana anak-anak harus merawat orang tua mereka yang lebih tua sambil juga merawat anak-anak mereka sendiri.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga di Indonesia juga memengaruhi banyaknya generasi sandwich. Banyak keluarga yang tinggal bersama-sama dalam satu rumah atau dekat satu sama lain, sehingga lebih mudah bagi anak-anak untuk merawat orang tua mereka dan juga mengurus anak-anak mereka.
4. Peran Gender
Di Indonesia, generasi sandwich terdiri terutama dari anak perempuan. Hal ini disebabkan oleh budaya patriarki yang masih mendominasi di Indonesia dan menempatkan perempuan sebagai pengurus rumah tangga dan perawat keluarga. Anak perempuan sering kali diberi tanggung jawab untuk merawat orang tua mereka dan juga mengurus anak-anak mereka sendiri.
5. Kurangnya Pusat Perawatan
Di Indonesia, pusat perawatan untuk orang tua yang lebih tua masih terbatas, dan perawatan kesehatan mental juga masih kurang tersedia. Hal ini membuat anak-anak harus merawat orang tua mereka sendiri dan tidak memiliki banyak dukungan atau sumber daya untuk membantu mereka dalam merawat orang tua mereka.
PENGARUH PADA EFEK PSIKOLOGIS
Anak-anak generasi sandwich seringkali merasakan efek psikologis yang signifikan akibat situasi keluarga yang kompleks ini. Generasi sandwich sering mengalami stres dan kelelahan karena tuntutan dari kedua sisi yang berbeda. Mereka mungkin merasa terjebak dalam peran perawatan, merasa terisolasi karena mereka tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau rekreasi seperti sebelumnya, dan sering kali mengorbankan waktu dan energi mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Sebagai contoh, anak-anak generasi sandwich mungkin merasa terlalu bertanggung jawab karena mereka merasa harus membantu merawat orang tua mereka dan adik-adik mereka. Hal ini dapat membuat mereka merasa tertekan dan tidak punya banyak waktu untuk kegiatan lain, seperti bermain atau menghabiskan waktu dengan teman sebaya mereka. Anak-anak generasi sandwich kebanyakan merasa tidak memiliki kontrol atas situasi keluarga mereka dan merasa tidak memiliki pilihan.
Anak-anak generasi sandwich juga mungkin merasa kesepian atau terisolasi karena mereka tidak memiliki banyak waktu untuk kegiatan sosial atau keluar bersama teman sebaya mereka. Hal ini dapat menyebabkan masalah emosional dan sosial, seperti kecemasan, depresi, atau masalah perilaku.
Selain itu, anak-anak generasi sandwich seringkali merasa tidak nyaman dengan peran perawatan yang mereka pilih untuk diambil pada usia yang lebih muda daripada anak-anak lainnya. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak dihargai dan merasa mereka kehilangan masa kecil mereka.
SOLUSI
Untuk membantu mengurangi stres dan kelelahan yang dialami oleh generasi sandwich, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah mencari dukungan dan bantuan dari keluarga dan teman-teman, atau mencari bantuan professional, seperti konselor atau pekerja sosial. Mereka juga dapat mencoba mengatur waktu mereka dengan lebih efektif dan memprioritaskan kebutuhan mereka sendiri untuk menjaga keseimbangan antara tuntutan dari kedua sisi.
Selain itu, untuk membantu anak-anak generasi sandwich, orang tua mereka harus memastikan bahwa mereka merasa didengar dan dihargai. Orang tua harus mengembangkan hubungan yang terbuka dengan anak-anak mereka sehingga anak-anak merasa nyaman berbicara tentang masalah mereka.
Dalam masyarakat yang lebih luas, penting untuk menyadari keberadaan anak-anak generasi sandwich dan untuk menyediakan dukungan dan sumber daya bagi mereka. Sekolah dan komunitas dapat menyediakan program yang mendukung anak-anak generasi sandwich, termasuk klub dan kegiatan sosial yang dirancang untuk membantu anak-anak merasa dihargai dan terhubung dengan orang lain.
Dalam kesimpulannya, menjadi anak generasi sandwich memiliki efek psikologis yang signifikan pada anak-anak. Orang tua dan masyarakat secara keseluruhan harus mengakui tantangan yang dihadapi anak-anak generasi sandwich dan memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan begitu, kita dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih ramah dan peduli bagi semua orang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.