Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Chatrin Tiara Salma Azzawa

Program Beasiswa dan Pengaruhnya Terhadap Brain Drain

Pendidikan dan Literasi | Thursday, 11 May 2023, 14:23 WIB

Brain Drain merupakan suatu fenomena yang telah menjadi permasalahan bagi suatu negara terutama negara berkembang. Program beasiswa yang diberikan oleh pemerintah telah disalahgunakan oleh penerima beasiswa sehingga mendorong munculnya Brain Drain. Sumber: Kompasiana.com 2019.

Haloo sobat pejuang beasiswa...bisa kuliah di universitas bergengsi di luar negeri tentunya menjadi impian banyak orang. Mendapat pengalaman baru, teman dari berbagai negara, hingga dapat mengenyam baiknya kualitas pendidikan di luar negeri khususnya negara-negara di Amerika dan Eropa menjadi daya tarik tersendiri yang mendorong banyak orang untuk dapat melanjutkan pendidikan di luar negeri. Namun, adanya keterbatasan biaya menjadi salah satu kendala untuk bisa melanjutkan pendidikan di universitas luar negeri.

Eitss jangan khawatir, pemerintah Indonesia menyediakan banyak beasiswa bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan di luar negeri. Bahkan pemerintah tidak tanggung-tanggung dalam mengeluarkan dana untuk program beasiswa yang diberikan. Mengutip dari CNBC Indonesia, Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) menyatakan dana abadi yang dikeluarkan hingga akhir tahun 2022 mencapai Rp 119,107 triliun. Jumlah tersebut merupakan total akumulasi dana sejak tahun 2010. LPDP mengungkapkan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk program beasiswa, peningkatan kompetensi dan pendanaan riset.

Dengan diadakannya program beasiswa yang dikeluarkan oleh pemerintah, tentunya pemerintah Indonesia sangat berharap agar para pelajar Indonesia dapat mengenyam bagusnya mutu pendidikan di negara-negara maju serta memiliki kualitas pendidikan yang bagus pada diri mereka. Pemerintah Indonesia juga berharap dengan program beasiswa akan semakin meningkatkan kualitas penduduk Indonesia terutama pada kalangan muda. Prediksi bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2045, tentunya harus dipersiapkan sedini mungkin agar kita dapat merasakan kejayaan Indonesia emas.

Meningkatnya kualitas pendidikan pelajar Indonesia tentunya sangat diharapkan agar dapat membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi dan menuju Indonesia sebagai negara maju. BJ Habibie menjadi salah contoh pelajar Indonesia yang mengenyam pendidikan di luar negeri dan kembali ke Indonesia dengan kontribusi besarnya dalam bidang sosial dan teknologi salah satunya yaitu dalam pengembangan pesat. Kontribusi yang besar ini tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi negara Indonesia dalam memajukan kualitas negara.

Namun sayangnya, tidak semua pelajar Indonesia yang mendapat program beasiswa di luar negeri ingin kembali ke tanah air untuk berkontribusi terhadap negaranya atas keahlian yang telah mereka miliki. Menurut Direktur Utama LPDP Andin Hadiyanto, setidaknya sekitar 413 alumni penerima beasiswa LPDP belum kembali ke Indonesia setelah menempuh studi di luar negeri. Padahal, salah satu syarat yang harus ditanggung oleh penerima beasiswa yaitu alumni wajib berada di Indonesia selambat-lambatnya 90 hari setelah tanggal kelulusan penerima beasiswa dari perguruan tinggi yang dituju.

Permasalahan ini tentunya menjadi polemik di berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Alasan para alumni tidak ingin pulang ke Indonesia diantaranya yaitu kurangnya apresiasi dan ada atau tidaknya peluang kerja di Indonesia atas kapasitas yang mereka miliki. Dalam beberapa kondisi mungkin alasan tersebut memang benar. Namun mereka sebagai warga Indonesia, kembali ke tanah air setidaknya untuk berkontribusi terhadap negara. Kontribusi atas tingkat pengetahuan yang mereka miliki tentunya memiliki peran besar dalam memajukan negara Indonesia.

Apabila kondisi ini terus-menerus terjadi, maka Indonesia akan mengalami brain drain dimana terkurasnya keterampilan dengan banyaknya perpindahan orang-orang pintar dan terdidik ke negara lain untuk mencari kondisi kerja yang lebih baik. Akibatnya, negara asal akan kekurangan orang-orang dengan otak terampil. Kita tahu bahwa Indonesia tergolong sebagai negara berkembang yang terus berusaha untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), salah satunya yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan pada warga negaranya. Jika warga negara yang terdidik dan terampil terus berpindah ke negara lain, tentu akan terhambatnya pembangunan menuju Indonesia Emas 2045.

Adanya program beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Indonesia, harapannya dapat membantu dalam memajukan Indonesia dengan semakin bertambahnya warga negara dengan keterampilan yang tinggi. Namun, program beasiswa tersebut justru memicu terjadinya permasalahan brain drain yang terjadi di Indonesia. Program yang seharusnya dapat memudahkan para pelajar untuk mengakses pendidikan di luar negeri justru dimanfaatkan oleh segelintir orang hanya untuk keuntungan mereka semata. Padahal pemerintah dan kita semua tentunya sangat berharap kepada mereka untuk dapat berkontribusi dalam memajukan Indonesia menghadapi bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image