Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Reka Nawli Anindya

Satu Kata Meruah Makna: Kenalan dengan Ketupat sebagai Makanan Khas Lebaran

Kuliner | Tuesday, 09 May 2023, 10:21 WIB

Indonesia dikenal dengan multikultural yakni negara dengan beraagam suku, ras, budaya, bahasa dan agama dari Sabang sampai Merauke. Melansir dari laman World Population Review, Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan pemeluk agama Islam di dunia dengan jumlah sebesar 231 juta orang. Selain itu juga, Indonesia terkenal akan kearifan lokal yang menjadi ciri khas tersendiri.

Dalam agama Islam terdapat berbagai kebudayaan yang berasal dari nenek moyang terdahulu. Wujud kebudayaan tersebut dapat berupa perilaku, benda maupun gagasan Salah satu wujud budaya yang masih kental dikalangan masyarakat dan dilaksanakan setahun sekali adalah tradisi membuat ketupat di Hari Raya Idul Fitri. Sebagian besar tradisi ini dilakukan oleh masyarakat di Pulau Jawa. Tradisi ini berlamgsung seminggu setelah Idul Fitri atau satu Syawal.

Pada tahun ini, masayarakat muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri yang ke 1444 Hijriyah. Tahun ini kembali seperti semula sebab pelaksanaan mudik yang kembali dibuka setelah pandemi Covid-19 sehingga banyak sanak saudara yang berkumpul untuk memeriahkan hari besar tersebut. Dalam memeriahkan momen tersebut, banyak masyarakat Jawa tidak lupa untuk mengadakan tradisi kupatan. Faktanya banyak ditemuinya orang-orang berjualan janur kuning sebagai bahan membuat ketupat maupun ketupat yang sudah jadi.

Sebenarnya Apa Sih Ketupat Itu?

Ketupat merupakan makanan dari bahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur). Ketupat memiliki bentuk seperti belah ketupat yang bersudut enam atau tujuh dengan alur anyaman berbeda arah. Selain bentuknya yang unik, ketupat memiliki sejarah dan makna tersendiri. Sejak masuknya Islam di Indonesia tepatnya pada abad ke-15, ketupat sudah dikenalkan pada era Kerajaan Demak. Berdasarkan Science Direct yang dalam penelitiannya berjudul “Ketupat as Traditional Food of Indonesia” karya Angelina Rianti bahwa tradisi ini dikembangkan oleh salah satu Wali Songo yaitu Sunan Kalijaga dengan nama Bakda Lebaran atau Bakda Kupat. Sunan Kalijaga membaurkan budaya Hindu dengan budaya Islam dimana agama Hindu sudah ada budaya membuat beras dengan bungkus anyaman. Hal tersebut dapat dilihat dari masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu yang menggunakan ketupat sebagai benda dalam menjalankan ritual. Tetapi masyarakat Bali menyebut ketupat dengan istilah tipat.

Mengapa Masyarakat Menyebutnya Ketupat Bukannya Tipat?

Masyarakat Jawa dan Sunda sering menyebut ketupat dengan kupat yang berasal dari kata ngaku lepat atau dalam bahasa Indonesia adalah mengaku kesalahan. Seperti halnya pada Hari Raya Idul Fitri dimana banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk meminta maaf satu sama lain. Maka dari itu pelaksanaan tradisi kupatan ini seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, ketupat atau kupat memiliki makna lain yakni laku papat yang memiliki arti empat perilaku yang mencerminkan sisi-sisi ketupat. Sisi-sisi yang dimaksud adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan dengan makna yang berbeda-beda.

· Lebaran yang berasal dari kata “lebar” artinya terbukanya pintu ampunan (minta maaf) untuk orang lain.

· Luberan yang bersal dari kata “luber” artinya dengan rezeki melimpah maka sebagian rezeki disedekahkan kepada orang-orang yang membutuhkan.

· Leburan yang berasal dari kata “lebur” artinya meleburkan segala dosa-dosa yang dilakukan selama satu tahun.

· Laburan yang bersinonim dengan kata “kapur” artinya menyucikan diri menjadi bersih dan putih.

Kenapa Ketupat Identik Memakai Daun Kelapa?

Sering sekali kita melihat ketupat dibungkus dengan daun kelapa muda yang dalam bahasa Jawa disebut janur. Ternyata janur ini memiliki makna yang dalam dimana akronim dari “Jannah” dan “Nur yang artinya “Cahaya Surga”. Janur sendiri merupakan singkatan dari “Jatining Nur” yang memiliki makna “Hati Nurani”. Namun, ketupat dapat dibungkus dengan daun palma karena struktur dan bentuknya yang hampir sama dengan daun kelapa. Terdapat dua bentuk ketupat yang diantaranya kepal bersudut tujuh dan jajar genjang bersudut enam dengan alur anyaman berbeda-beda. Masyarakat umumnya menggunakan ketupat berbentuk kubur yang menyeruoai keranjang anyaman kecil.

Biasanya ketupat dihidangkan dengan opor sebagai makanan khas lebaran. Opor dibuat menggunakan santan yang pelafalannya sama dengan pangapunten. Dalam Bahasa Indonesia, pangapunten memiliki makna permintaan maaf. Maka dari itu, opor sebagai teman makan ketupat sebagai simbolis mengakui kesalahan selama ini dan dilanjutkan permintaan maaf yang tulus. Selain opor, ketupat akan enak apabila disajikan dengan rendang, sayur lodeh, gulai kambing, dan masih banyak lagi.

Sebagai generasi milenial alangkah baiknya kita tetap melestarikan budaya yang sudah ada. Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi yang dapat menjadi tantangan. Selain itu ketupat tidak hanya dijadikan budaya tetapi memiliki pengaruh besar pada aspek lainnya seperti ekonomi dimana adanya kegiatan jual beli daun kelapa muda sebagai bahan pembungkus ketupat maupun makanan ketupat yang sudah jadi. Maka dari itu, pentingnya memperkenalkan budaya kepada anak cucu agar tidak luntur dan menjadi ciri khas tersendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image