Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image salsabila rahmadina

Problematika HIV/AIDS di Indonesia?

Eduaksi | Friday, 05 May 2023, 15:33 WIB

HIV/AIDS menjadi penyakit yang saat ini dipandang sebagai masalah serius oleh pemerintah. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus menular yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh, sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi dimana HIV berada pada tahap akhir infeksi. Ketika seseorang telah mencapai stadium AIDS, tubuhnya tidak lagi mampu melawan infeksi yang ditimbulkan.

HIV/AIDS juga merupakan isu yang cukup sensitif. Pasalnya, penyebaran kasus ini sangat ekstrim dan tidak dapat diprediksi. Data terbaru mencatat orang yang terinfeksi HIV/AIDS atau ODHA di Indonesia mencapai 519.158 orang pada Juni 2022. Sekitar 1.188 anak di Indonesia positif HIV/AIDS berdasarkan catatan laporan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa laki-laki lebih banyak terinfeksi HIV/AIDS daripada perempuan dan banyak dialami oleh orang dengan usia produktif.

Virus HIV/AIDS merupakan risiko bagi semua orang tanpa kecuali. HIV/AIDS dapat ditularkan melalui dua jalur yaitu cairan kelamin dan darah. Biasanya, penyebab HIV/AIDS berhubungan dengan kedua hal tersebut antara lain sering berganti pasangan, melakukan hubungan seksual yang beresiko baik homoseksual maupun heteroseksual, menggunakan jarum suntik narkoba secara bersamaan, serta penularan dari ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS melalui plasenta ke janin.

Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa antiretroviral (ARV) yang bekerja untuk mencegah virus HIV menggandakan diri dan menghancurkan sel CD4. Pengobatan ini dapat digunakan untuk ibu hamil agar mencegah penularan HIV ke janin. Namun perlu diingat bahwa pengobatan ini harus dilakukan rutin dan diminum sesuai jadwal, di waktu yang sama setiap hari agar perkembangan virus dapat dikendalikan. Penularan HIV/AIDS sendiri dapat dicegah melalui beberapa langkah seperti :

•Saling setia dan hindari berganti-ganti pasangan

•Menggunakan kondom saat berhubungan seksual

•Menghindari penggunaan narkoba dan jarum suntik yang tidak steril

•Mencari dan memperluas informasi terkait HIV/AIDS yang benar dan akurat

Meningkatnya penyebaran HIV/AIDS dikarenakan kurangnya perhatian maupun edukasi dalam masyarakat yang melakukan pergaulan bebas atau hubungan seksual yang tidak aman di lingkungannya. Dalam hal ini pemerintah dan masyarakat harus lebih banyak meningkatkan kesadaran untuk mengurangi intensitas pergaulan bebas dan penyebaran virus HIV/AIDS. Sosialisasi mengenai Sex dan HIV/AIDS dari mulai sekolah, universitas, pedesaan/perkotaan dan masyarakat sangat diperlukan serta diterapkan. Dengan upaya ini kemungkinan intensitas penyebaran virus HIV/AIDS akan berkurang. Berdasarkan strategi pemerintah pusat menurut Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS (“Permenkes 21/2013”) menyatakan bahwa strategi yang dipergunakan dalam melakukan kegiatan penganggulangan HIV dan AIDS meliputi:

a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan HIV dan AIDS melalui kerja sama nasional, regional, dan global dalam aspek legal, organisasi, pembiayaan, fasilitas pelayanan Kesehatan dan sumber daya manusia.

b. Memprioritaskan komitemen nasional dan internasional.

c. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan mengembangkan kapasitas.

d. Meningkatkan upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang merata, terjangkau, bermutu, dan berkeadilan serta berbasis bukti, dengan mengutamakan pada upaya preventif dan promotif.

e. Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat berisiko tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta bermasalah keluarga.

f. Meningkatkan pembiayaan penanggulangan HIV dan AIDS.

g. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia yang merata dan bermutu dalam penanggulangan HIV dan AIDS.

h. Meningkatnya ketersediaan, dan keterjangkauan pengobatan, pemeriksaan penunjang HIV dan AIDS serta menjamin keamanan, kemanfaatan, dan mutu sediaan obat dan bahan/alat yang diperlukan dalam penanggulangan HIV dan AIDS.

i. Meningkatkan manajemen penanggulangan HIV dan AIDS yang akuntabel, transparent, berdaya guna dan berhasil berguna.

Tingginya kasus HIV dan AIDS saat ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, salah satuya sudut pandang Kesehatan. Infeksi virus HIV dan AIDS melewati perjalanan hingga berkisar 10 tahun. Mereka yang terinfeksi virus terlihat seperti orang sehat, namun di dalam tubuhnya terdapat virus HIV yang bisa menular ke orang lain dan ke orang yang belum memiliki gejala apapun. Sehingga orang yang berpelaku berisiko tinggi tidak menyadari, mereka telah menybarkan virus tersebut pada orang lain, termasuk pasangannya. Sejak Covid-19 jadi pandemi dunia, HIV/AIDS pun seakan tenggelam padahal penyebarannya tetap terjadi, terutama melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah dengan pengidap HIV/AIDS dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom. Selain itu faktor risiko lain adalah transfusi darah yang tidak diskrining HIV, jarum suntik yang dipakai bergiliran seperti pada penyalahguna narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya), serta melalui air susu ibu (ASI) perempuan yang mengidap HIV/AIDS.

Penyakit yang menakutkan ini merupakan ancaman yang serius di negara kita, bila akar permasalahan terjangkitnya virus ini tidak ditangani dengan cepat secara bersama, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk menghasilakan generasi yang berkualitas. Remaja merupakan kelompok usia yang sangat rentan terhadap resiko triad (tiga masalah pokok) kesehatan reproduksi remaja, yakni, seksualitas (pergaulan seks bebas), HIV/AIDS, dan penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang, Indonesia mempunyai banyak potensi untuk mengedukasi anak remaja dengan program yang positif dan produktif. Masyarakat Indonesia sering dikejutkan dengan maraknya protistusi online, adanya komunitas LGBT dan penyimpangan seksualitas lainnya, kejahatan penyalahgunaan narkoba, yang semua itu berpotensi terhadap Penularan HIV/AIDS dan merusak generasi muda dengan berbagai macam modus yang digunakan dari pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini.

Stigma yang beredar pada kalangan anak-anak membuat mereka sulit untuk mengatasi penyakit mematikan ini. Dengan mningkatnya angka kematian di kalangan orang dewasa, beban untuk merawat anak mereka sering diambil alih oleh kakek dan nenek merka, yang mungkin tidak lagi bisa memiliki kemampuan fisik dan finansial. Hal ini menjadikan banyak anak yatim piatu karena AIDS tumbuh dalam kondisi miskin dan beberapa akan menjadi tunawisma dan dipaksa tinggal di jalanan. Penyakit HIV dan AIDS merupakan dampak besar bagi ekonomi masyarakat Indonesia yang terjangkit virus HIV dan AIDS dalam kondisi ini masyarakat terhambat oleh menurunya prodiktivitas kerja, membebani system jaminan sosial dan Kesehatan, penghasilan dikeluarga berkurang yang mengakibatkan angka kemiskinan bertambah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image