Mental Health : Gen Z Cenderung Mudah Depresi ?
Eduaksi | 2023-05-04 20:51:35Generasi Z atau biasa disebut Gen Z adalah sebutan untuk anak yang lahir pada kisaran tahun 1997 sampai dengan 2012. Kesehatan mental sering kali dikaitkan dengan gen z. Mengapa? karena paradigma yang telah melekat dalam budaya masyarakat yang mengatakan jika gen z cenderung sensitif ( mudah baper) .
Dilansir dari penelitian yang dilakukan di India untuk kesehatan mental anak dan remaja , mengatakan jika Gen Z cenderung memperhatikan pendapat. Gen Z yang dengan terang-terangan mengatakan hal yang dirasa. Suka atau tidak suka , sesuai keinginan atau tidak. Gen Z cenderung ingin orang lain memahami perasaan mereka. Secara tidak langsung sikap memberontak yang sering kali ditemukan adalah bentuk pencarian perhatian yang dilakukan.
Lalu apa hubungannya dengan maraknya kasus kesehatan mental yang dikaitkan dengan Gen Z ?
Sering ditemui jika orang tua seringkali menekan signifikansinya, dan tak jarang salah satu dari mereka membandingkan generasi z dengan generasi boomer(1946-1964). kalimat perbandingan seringkali menjadi sebuah imbuhan yang menjadi kebiasaan tanpa sadar dalam sebuah percakapan.Membandingkan kehidupan di zaman mereka. Karena hal ini seringkali anak cenderung takut untuk berbagi cerita dengan orang tua. Dikarenakan ketika anak ingin mencoba mengkomunikasikan suatu hal tak jarang orang tua akan menyelanya terlebih dahulu.
Dalam banyak kasus orang tua sering mengatakan jika “saya telah bekerja keras dan memberikan fasilitas terbaik dan semua yang anak saya minta saya usahakan, maka setidaknya anak saya harus berusaha untuk unggul dalam segala hal.”
Dari perkataan ini dapat disimpulkan bahwa orang tua memiliki harapan yang tinggi pada anak mereka, dan hal tersebut memicu perilaku mengontrol secara psikologis untuk mendorong pencapaian. Kebanyakan orang tua berperspektif jika mereka harus turun tangan dalam mengatur pilihan hidup anak . Hal ini bisa dipandang baik juga bisa dipandang buruk. Mengapa ? . Baik karena tak perlu diragukan orang tua memiliki jauh lebih banyak pengalaman daripada anaknya, Buruk karena sifat kolot orangtua yang awalnya hanya memberi nasihat, lama kelamaan akan menjadi tuas kontrol. Sikap Gen Z yang memperhatikan perkataan dan cenderung terus-terang bisa saja perkataan orangtua mereka akan mereka pahami sebagai bentuk tekanan. Layaknya kalimat perintah ‘Semua harus berhasil.’
Gen Z yang pada dasarnya memiliki kemampuan mudah mempelajari sesuatu,dalam contoh kasus penguasaan teknologi AI (media sosial) maka tak jarang Gen Z bersikeras bahwa ia lebih unggul daripada orang tuanya.Sehingga memicu timbulnya sikap keras kepala.
Media sosial akan menjadi alternatif pilihan untuk berbagi cerita. Padahal, pada kenyataannya dunia maya adalah kejam. Social support yang didapatkan dalam media sosia juga cenderung tidak efisien. Kecenderungan social support yang didapat berupa toxic positivity. Toxic positivity tersebut cenderung memicu seseorang memikirkan banyak hal untuk menekan emosi yang berakibat menimbulkan stress. Stress inilah yang menyebabkan Gen Z cenderung mengalami gangguan kesehatan mental.
Lalu apakah semua Gen Z mengalami gangguan kesehatan mental? jawabannya tentu tidak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.