Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Memelihara yang Abadi dalam Jiwa Demi Kebahagiaan hidup yang Abadi

Agama | 2023-04-27 08:50:40

Untuk merambah kehidupan di alam fana ini Allah swt telah membekali kita dengan empat komponen dasar, yakni jasad atau raga, akal, hati, dan roh. Masing-masing dari komponen dasar ini memiliki rezeki, kekuatan, dan wilayah interaksi yang berbeda satu sama lainnya. Disamping itu, masing-masing komponen ini menuntut kebutuhannya secara bersamaan dan proporsional.

Komponen jasad atau raga membutuhkan kebersihan dari beragam kotoran, kesehatan, dan aksesoris yang dapat menghias keindahan raganya. Untuk memenuhi kebutuhan komponen ini diperlukan penyediaan sandang, pangan, papan, dan harta. Kekuatan yang diperlukan untuk memenuhinya adalah kekuatan fisik dan finansial.

Secara sunatullah wilayah interaksi dari jasad atau raga ini adalah alam raya dan hukum alam ciptaan Allah. Dengan kata lain, jasad kita merupakan penghuni alam raya dan yang memakmurkan kehidupan seluruh makhluk, terutama antar sesama manusia.

Akal merupakan komponen dasar berikutnya yang juga harus dipenuhi beragam kebutuhan, interaksi, dan kekuatannya. Pengajaran, pendidikan, ilmu, kecerdasan, dan skill atau keterampilan merupakan kebutuhan utama yang harus dipenuhi agar akal kita dapat berfungsi secara maksimal.

Jika kebutuhan tersebut terpenuhi, seseorang kemungkinan besar akalnya akan bersih dari pikiran kotor dan sehat dalam berpola pikir. Kekuatan yang diperlukan akal berbeda dengan kekuatan raga yang berupa kekuatan fisik, wilayah kekuatan akal adalah kekuatan intelektual yang wilayah interaksinya adalah menafakuri, memikirkan, mengeksplorasi, dan memanfaatkan alam raya untuk kemaslahatan hidup.

Sementara bersih dari akhlak madzmumah, akhlak tercela seperti iri, hasud, dengki, berburuk sangka merupakan beberapa hal yang dibutuhkan hati. Jika hati seseorang terbebas dari akhlak madzmumah, ia akan memperoleh hati yang bersih yang menjadikan kehidupannya tenteram. Untuk memperoleh hati yang bersih, seseorang harus melatih kekuatan hatinya dengan keimanan dan ketakwaan. Untuk memperolehnya ia harus senantiasa mujahadah, berlatih sungguh-sungguh berinteraksi dan berkomunikasi dengan Allah melalui beragam zikir, ibadah, dan ketaatan lainnya.

Sedangkan untuk komponen terakhir, yakni roh memerlukan kebersihan dari perbuatan nista dan dosa. Untuk keselamatan roh, kita memerlukan pahala, ampunan, dan derajat yang mulia dari Allah. Untuk memperolehnya adalah senantiasa meningkatkan taqarrub dan taubat setiap saat.

Jika kita telusuri, dari keempat komponen dasar yang ada pada jiwa kita, akal, hati, dan roh akan bersifat abadi, sedangkan jasad atau raga akan hancur seiring dengan penguburan raga kita setelah meninggal. Raga kita tidak akan melanjutkan kehidupannya, sementara akal, hati, dan roh akan melanjutkann kehidupannya di alam ghaib, salah satunya alam barzakh.

Kalau kita merenungi diri kita masing-masing, terkadang kita tidak proporsional dalam memelihara komponen-komponen dasar kehidupan. Jujur harus kita akui, kita lebih banyak mengeluarkan dana dan meluangkan waktu untuk memelihara komponen raga. Perasaan takut terkena penyakit, tidak dipandang orang, atau tidak bergaya karena tidak memakai beragam aksesoris sering menjadi pikiran. Benar, hal itu pun penting, namun kita jangan melupakan untuk meluangkan waktu bahkan jangan sungkan-sungkan mengeluarkan dana untuk memelihara tiga komponen yang akan abadi. Bagaimanapun tiga komponen abadi tersebut akan menjadi wasilah keselamatan dan kebahagiaan kita di alam yang abadi.

Seseorang yang akan mulia di hadapan Allah kelak di alam keabadian adalah mereka yang datang menghadap kepada Allah dengan membawa hati yang bersih. Karenanya, orang yang akan bahagia adalah mereka yang berusaha membersihkan hatinya dari beragam akhlak madzmumah.

“Janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak, kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (Q. S. Asy-Syu'ara : 87-89).

Demikian pula halnya dengan roh dan akal kita. Jika roh kita kaya dengan pahala, ampunan, dan derajat mulia, akal kita sarat dengan ilmu yang tidak bertentangan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka kehidupan kita di alam barzakh akan tenteram. Roh, hati, dan akal kita akan tinggal di tempat tertinggi dan mulia illiyun yang tempatnya tepat dibawah ‘Arasy Allah.

“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya catatan orang-orang yang berbakti benar-benar tersimpan dalam ‘Illiyyīn. Tahukah engkau apakah ‘Illiyyīn itu? (Itulah) kitab yang berisi catatan (amal), yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah)” (Al- Muthaffifin :18-21)

Sebaliknya jika roh kita miskin dari pahala, ampunan, dan derajat mulia, hati kita dilumuri dengan kotoran akhlak madzmumah, dan akal kita nihil dari ilmu-ilmu yang bermanfaat, kalau pun ada ilmu di akalnya malah menjauhkan dirinya dari ketaatan kepada Allah, maka kehidupan orang seperti ini akan penuh derita berselimut kesengsaraan dan siksaan di alam barzakh. Langit, bumi, dan seluruh makhluk Allah enggan menangisi mereka.

Tempat mereka berada di tempat yang hina, gentayangan di alam Sijjin. “Jangan sekali-kali begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar (tersimpan) dalam Sijjīn. Tahukah engkau apakah Sijjīn itu? Ia adalah) kitab yang berisi catatan (amal). Celakalah pada hari itu bagi para pendusta”(Al-Muthaffifin : 7-10).

Kita harus yakin, cepat atau lambat kehidupan kita akan beralih dari alam fana ini menuju keabadian alam akhirat yang sebelumnya kita singgah dahulu di alam barzakh setelah melalui proses kematian. Bekal hidup bahagia di alam keabadian bukanlah harta yang berwujud materi, namun ketaatan sosial dan spiritual kita dalam menggunakan harta selama hidup. Selain itu, mujahadah dan taqarrub kita kepada Allah dalam memelihara akal, hati, dan roh kita akan mengantarkan kebahagiaan hidup di alam keabadian.

Ilustrasi : menuju alam barzakh (sumber gambar : republika.co.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image