Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adhitya Yoga Pratama

Mudik Adalah Perjalanan Spiritual

Khazanah | Wednesday, 26 Apr 2023, 21:56 WIB

Mudik adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menggambarkan perjalanan pulang kampung pada saat menjelang hari raya idul fitri. Mudik menjadi sebuah tradisi yang telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak lama, dan menjadi salah satu momen paling dinantikan setiap tahunnya.

Bagi sebagian besar dari kita, mudik adalah perjalanan spiritual yang sangat berarti. Selama perjalanan mudik, kita akan melewati berbagai rintangan dan tantangan, seperti kemacetan lalu lintas, kelelahan, dan kekurangan fasilitas. Namun, semua itu tak mengurangi kebahagiaan dan sukacita kita untuk bisa pulang ke kampung halaman.

Meskipun ada beberapa kendala dalam perjalanan mudik, namun masih banyak orang masih semangat untuk melakukan perjalanan ini. Hal ini disebabkan oleh keinginan untuk bersatu kembali dengan keluarga, merayakan idul fitri bersama-sama, dan juga menumbuhkan rasa kembali ke akar serta masa lalu yang selalu dirindukan.

Selain itu, mudik juga menjadi ajang untuk saling memaafkan dan mempererat tali silaturahmi. Terutama bagi mereka yang sudah lama tidak bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman. Kita bisa berbincang-bincang tentang kehidupan, mengenang masa lalu, dan juga berbagi cerita serta pengalaman semasa kita merantau.

Namun, kita juga harus menyadari bahwa perjalanan mudik juga menyimpan bahaya. Ada berbagai resiko yang selalu mengintai, seperti kecelakaan, penipuan, dan juga kekerasan. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dan waspada selama perjalanan ini berlangsung.

Hal-hal ini tidak mengurangi arti penting perjalanan mudik bagi kita. Kita harus tetap mengapresiasi tradisi ini, dan menjadikannya sebagai momen yang berkesan dalam hidup kita. Bagi sebagian orang, mudik bukan hanya sebuah perjalanan, namun juga sebuah perjalanan spiritual untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup.

Pengenalan Diri

Mengingat mudik adalah pulang ke kampung halaman yang selama bertahun-tahun hidup di kota, menghalangi pengenalan dirinya sendiri yang ditimbulkan kecenderungan nafsu dunia yang tak terkendali, yang biasanya bergabung dengan tipuan unsur jiwa manusia yang mendorong kepada kejahatan.

Di sinilah praktik-praktik mudik baik disertai dengan spiritualitas ataupun tidak, mampu menaklukkan seluruh kecenderungan nafsu dunia serta jiwa amarah dan tipuan-tipuan setan. Tanpa menarik kesimpulan cepat, pemudik selama perjalanan biasanya istirahat di masjid, pom bensin, alfamart, indomart, atau rest area berbagai wilayah yang dilalui untuk melepas dahaga, penat, lelah, dan rasa kantuk demi kampung halaman yang dirindukan.

Pejalan spiritual juga menjalani stasiun (maqam) taubat di antara berbagai stasiun (maqamat), yang antara lain mencakup sabar, tawakal, rela, dan sebagainya, demi membersihkan dosa-dosanya yang lampau. Cukup menarik dalam hal mudik, jika kota memang benar-benar merupakan penghalang bagi perkembangan spiritual karena jenis-jenis kejahatan marak terjadi.

Tercatat dari berbagai data yang dihimpun baik dari pemerintah maupun swasta, kota mencegah manusia memperoleh pengetahuan sejati. Terdapat tiga jenis (akar kejahatan) yang dalam pandangan manusia merupakan kejahatan terbesar yang menghancurkan jiwa, yang mana akar atau sumber kejahatan itu berasal dari kota.

Akar pertama adalah “ketiadaan pengetahuan mengenai diri, yang merupakan pengetahuan tentang realitas diri manusia”. Akar kedua adalah “kecintaan kepada kekayaan, kekuasaan, nafsu, dan kenikmatan (seksual). Dan yang ketiga adalah dorongan jiwa yang mendorong kepada kejahatan, sehingga menganggap kejahatan sebagai kebajikan dan kebajikan sebagai kejahatan.

Oleh sebab itu hanya dengan cara mudik sebagai perjalanan spiritual, seseorang dapat mengenal dirinya sendiri dan mengetahui asal muasal segala kebijaksanaan. Persaksian ini dapat dirujuk sampai ke sabda Nabi Muhammad Saw yang terkenal, “Orang yang mengenal dirinya, mengenal Tuhannya”. Dan kita tahu semua tujuan akhir perjalanan mudik adalah memahami kehadiran manusia bagi dirinya sendiri. Wallahu a’lam bi shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image