Mengatasi Stigma Terhadap Kesehatan Mental: Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
Edukasi | 2023-04-19 14:56:59Kesehatan mental adalah kondisi di mana individu merasakan kesejahteraan dalam dirinya, mampu menyadari potensi-potensi dalam dirinya, serta mampu mengatasi tekanan hidup dan menerima kekurangannya sehingga mereka dapat berkontribusi secara efektif di lingkungannya. Kesehatan mental yang baik dapat memberikan pikiran yang lebih positif sehingga dapat membantu seseorang untuk membangun pola hubungan yang sehat dalam lingkungannya.
Namun, di Indonesia sendiri masih banyak orang orang yang memiliki gangguan kesehatan mental. Beberapa bulan lalu atau tepatnya sekitar bulan Oktober 2022, Pemerintah indonesia telah mengungkapkan hasil penelitian dari The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada, bahwa 2,45 juta remaja di Indonesia telah didiagnosis mengalami gangguan jiwa dalam 1 tahun terakhir. Meningkatnya angka kasus penyakit gangguan kesehatan mental setiap tahunnya membuat kesehatan mental telah lama menjadi isu serius yang belum terselesaikan di Indonesia.
Belakangan ini, kesadaran masyarakat mengenai isu kesehatan mental kembali meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya organisasi, komunitas, kampanye, bahkan karya film dan lagu yang membahas mengenai isu kesehatan mental. Meski sudah banyak dibicarakan, masalah kesehatan mental masih dianggap sebagai hal yang tabu di Indonesia, sehingga gangguan kesehatan mental seringkali dipandang sebagai sesuatu yang memalukan atau aib. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya stigma yang beradar di masyarakat luas mengenai orang pengidap gangguan kesehatan mental.
Stigma merupakan label negatif yang diberikan kepada seseorang yang biasanya memiliki karakteristik tertentu. Stigma pada orang gangguan mental biasanya dilakukan dengan memberikan sebutan, 'orang gila' 'kurang iman' 'ngga normal' 'jauh dari tuhan' dan lain sebagainya. Pemberian sebutan ini tentunya akan membuat orang yang mengalami gangguan kesehatan mental menjadi merasa berbeda, terisolasi, terasingkan, atau bahkan malu dan takut untuk mencari pertolongan ke pihak professional sehingga banyak dari mereka memilih untuk menarik diri dari lingkungan yang pada akhirnya menghambat pertolongan mereka dan bahkan berujung pada self-harm dan bunuh diri.
Masih tingginya stigma masyarakat juga terlihat dari beberapa kasus bunuh diri yang disebabkan oleh tekanan psikologis yang baru-baru ini sempat menghebohkan media sosial terutama Twitter. Beberapa korban bahkan sempat meminta pertolongan melalui story media sosial mereka. Namun, sangat disayangkan, dalam kolom komentar, netizen bukannya memberikan simpati dan dukungan, melainkan beberapa netizen malah memberikan kata-kata negatif seperti 'tidak guna', 'hanya cari perhatian', dan lain sebagainya. Jika stigma ini terus dibiarkan, maka tidak menutup kemungkinan kasus kasus seperti ini terulang kembali.
Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan mental. kita harus mengubah stigma negatif tersebut menjadi stigma positif. kita harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan memberikan dukungan pada orang orang yang membutuhkan pertolongan. Selain itu, penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran bahwa gangguan kesehatan mental merupakan penyakit yang sama pentingnya dengan gangguan fisik lainnya sehingga membutuhkan perhatian dan perawatan yang sama.
Langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah meningkatkan edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental dan mengatasi stigma yang ada. Edukasi mengenai kesadaran kesehatan mental ini dapat dimulai dari keluarga dan sekolah.
Keluarga dapat memperkenalkan konsep kesehatan mental sejak dini kepada anak anak, dengan memberikan pemahaman mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental dan bagaimana cara cara menjaga kesehatan mental seperti meditasi, olahraga, atau kegiatan lainnya yang dapat menenangkan pikiran. Selain itu, keluarga juga dapat memberikan dukungan atau perhatian kepada anggota keluarga lainnya. jika dirasa ada yang mengalami gangguan kesehatan mental, sebaiknya mereka membantunya mencari bantuan ke pihak professional.
Sementara itu, sekolah bisa memberikan edukasi melalui kurikulum atau kegiatan-kegiatan sekolah. Hal ini dapat membantu siswa untuk memahami pentingnya menjaga kesehatan mental sehingga nantinya dapat mengurangi stigma yang ada.
Selain edukasi melalui keluarga dan sekolah, pemerintah juga diharapkan dapat memberikan dukungan melalui penyediaan fasilitas kesehatan mental yang mudah diakses, seperti klinik kesehatan mental dan konselling online, sehingga individu yang mengalami masalah kesehatan mental dapat dengan cepat memperoleh bantuan dan efektif.
Mengatasi masalah kesehatan mental tidak bisa dilakukan sendirian. Jadi, mari kita semua berperan aktif dalam mempromosikan kesadaran kesehatan mental dan membantu mereka yang membutuhkan bantuan dalam mengatasi permasalahan kesehatan mental. Dengan melakukan upaya ini, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mental dan memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.