Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nadia Anggraini

Kegiatan Ekspor dalam Sektor Industri Tekstil Baju Branded di Kanca Internasional

Bisnis | Saturday, 15 Apr 2023, 01:36 WIB
Sumber: www.mediafashion.com

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu industri utama manufaktur yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Industri ini mengalami pasang surut dan menghadapi beragam tantangan dalam perkembangannya. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi salah satu sektor usaha tertua di Indonesia. Industri ini awalnya dibangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus sebagai subtitusi impor.

Dalam perkembangannya, industri TPT menjadi salah satu primadona ekspor nonmigas andalan Indonesia ke berbagai negara di dunia serta menjadi tumpuan pertumbuhan sektor industri pengolahan. Industri yang meliputi produksi serat, benang, kain, hingga pakaian jadi dan keperluan rumah tangga tersebut, kini telah berkembang luas untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri sehingga mampu memberikan kontribusi penting bagi perekonomian nasional.

Industri ini telah menjadi salah satu penyumbang utama pada sektor industri pengolahan. Produk tekstil memberikan kontribusi nomor tiga dari seluruh komoditas ekspor Indonesia. Selain sebagai sumber penghasil devisa, industri tekstil juga tergolong industri padat karya karena mampu menyerap banyak tenaga kerja, termasuk tenaga kerja berpendidikan rendah. Dalam sejarahnya, industri tekstil pernah mengecap masa kejayaan sebagai komoditas unggulan nasional. Namun seiring berjalannya waktu, industri ini mengalami pasang surut pertumbuhan.

Saat ini industri pakaian memiliki prospek pasar yang menggiurkan. Menurut Kementrian Perindustrian, sektor manufaktur terkait pakaian masih menjadi unggulan. Industri ini menjadi kontribusi terbesar bagi pertumbuhan industri manufaktur yang menyumbang angka ekspor sebesar USD 8,30 miliar atau setara dengan Rp119,2 triliun pada tahun 2019 (kurs hari ini). Untuk itu, industri pakaian jadi merupakan salah satu sektor manufaktur yang perlu didorong untuk tetap bisa produktif dan memiliki daya saing.

Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari manusia selaku makhluk hidup selain makanan dan tempat tinggal. Namun, seiring perkembangan zaman dan status sosial pakaian tidak lagi hanya sebatas kebutuhan primer. Pakaian juga membawa pesan tentang keberadaan seseorang dan mewakili gambaran dari gaya hidup seorang individu atau suatu komunitas tertentu.

Selain itu, perubahan musim dan wilayah juga akan mempengaruhi cara seseorang dalam memilih dan menggunakan pakaian. Lebih jauh lagi, pakaian juga biasa dijadikan sebagai patokan dari status dan kelas sosial di tengah masyarakat seperti pakaian apa yang dipakai, baik dilihat dari segi kualitas, jumlah, model, maupun harganya. Dari sanalah kemudian berkembang menjadi sebuah trend fashion tertentu.

Untuk itu, peluang pasar dalam industri baju branded masih sangat terbuka lebar. Banyak hal yang bisa dikembangkan dalam industri tersebut. Berkecimpung dalam dunia fashion juga berarti berkecimpung di dunia kreatif. Hal tersebut dikarenakan dunia fashion bisa dikategorikan sebagai industri fast moving.

Dimana perubahan model pakaian dan minat konsumen begitu cepat bergerak dari satu trend ke trend yang lainnya seiring dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, dibutuhkan kreatifitas dalam persaingan dan pemasaran produk di pasaran.

Selain itu, industri pakaian juga dinilai sebagai industri yang tidak akan pernah punah. Bahkan, setiap tahunnya akan selalu meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu, peran pemerintah juga sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara supply dan demand akan kebutuhan pakaian jadi yang terjadi di pasar.

Di tahun 2020, industri ini adalah salah satu yang mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19. Meskipun demikian, peluang ekspornya masih terbuka, termasuk dengan adanya permintaan yang cukup tinggi untuk kebutuhan garmen dalam penanganan wabah virus korona tersebut. Menteri Perindustrian menyebutkan jika industri garmen ini memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam penanggulangan COVID-19. Seperti yang dilakukan oleh PT Daehan Global yang berlokasi di beberapa kota, yaitu Sukabumi, Citeureup, Cibinong dan Brebes.

Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi sampai 63,3 juta pieces dengan volume ekspor perusahaan yang mencapai 17,76 juta pieces yang bernilai USD128,7 juta atau setara dengan Rp 1,8 miliar.

Selama pandemi, produk yang banyak dihasilkan pun seperti pembuatan Alat Perlindungan Diri (APD) yang berupa coverall atau protective suit dengan kapasitas 12 juta pieces per bulan dan surgical mask sebanyak 6 juta pieces per bulannya.

Sampai akhirnya pada tahun 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor industri apparel di Indonesia mencapai USD 7,64 miliar atau setara dengan Rp 109,7 triliun pada periode Januari-November 2021. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 19,59% dibanding dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Dengan rincian nilai ekspor baju branded dari tekstil tumbuh sebesar 15,42% menjadi USD 6,12 miliar (Rp 87,9 triliun) pada periode Januari – November 2021. Di sisi lain, ekspor baju branded yang berkaitan dengan hasil rajutan tumbuh sebesar 44,06% menjadi USD 1,16 miliar (Rp 16,6 triliun).

Sedangkan, untuk perlengkapan pakaian dari tekstil tumbuh sebesar 20,98% menjadi USD 205,24 juta (Rp 2,9 triliun). Bahkan, untuk jenis kaos kaki rajutan dan sejenisnya tumbuh sebesar 12,91% menjadi USD110,75 juta (Rp 1,6 triliun). Kemudian, pakaian jadi dan perlengkapannya yang terbuat dari kulit pun mengalami kenaikan sebesar sebesar 319,8 9% menjadi USD 39,43 juta (Rp 566 miliar).

Permasalahan Industri Tekstil Yang Perlu Di Tuntaskan

Pemerintah terus mendorong pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Tanah Air. Industri TPT merupakan sektor padat karya dan berorientasi ekspor yang juga mampu menghadapi gangguan akibat pandemi Covid-19.

Agar terus tumbuh, pemerintah terus berupaya menyelesaikan masalah di internal industri TPT di hulu hingga hilir. "Kami meyakini peningkatan investasi industri TPT di Tanah Air mampu mengakselerasi pertumbuhan subsektor ini secara harmonis, dari hulu ke hilir," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, di Jakarta.

Terkait tantangan tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengidentifikasi industri TPT saat ini menghadapi persoalan terkait keterhubungan rantai pasok hulu dan hilir. Pasalnya, subsektor industri TPT telah memiliki struktur industri hulu hingga hilir yang lengkap, namun belum saling terhubung, sehingga terjadi ketimpangan produktivitas.

Selain itu, tantangan bagi industri TPT akan makin besar dengan adanya kesepakatan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan kebijakan Belt and Road Initiative (BRI). Karena itu, industri perlu meningkatkan daya saing dan efisiensinya serta mempersiapkan diri menghadapi penerapan pajak karbon.

Untuk mengatasi semua tantangan tersebut, Kemenperin menjalankan berbagai upaya peningkatan daya saing, antara lain melalui promosi dan fasilitasi penggunaan Teknologi Industri 4.0 untuk meningkatkan produktivitas, pendampingan dan advokasi bagi industri yang mengalami injury akibat implementasi FTA, dumping, dan lainnya, serta perlindungan pasar dalam negeri melalui peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), pembuatan e-katalog, dan promosi sandang ke dalam dan luar negeri.

Data dan tabel industri pakaian jadi dan tekstil

Produk domestik regional bruto (PDB) industri pakaian jadi dan tekstil atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp180,22 triliun pada 2021.Jika diukur menurut PDB atas dasar harga konstan (2010), industri pakaian jadi dan tekstil nasional kembali mengalami kontraksi sedalam 4,08% pada tahun lalu dibanding tahun sebelumnya. Kontraksi tersebut merupakan yang kedua kalinya dalam 2 tahun secara beruntun. Kontraksi tersebut selaras dengan pengeluaran konsumsi masyarakat untuk pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya yang mengalami pertumbuhan minus 0,06% pada tahun lalu. (Baca: Pengolahan Non-Migas, Industri Alat Angkutan Tumbuh Tertinggi pada 2021)Konsumsi masyarakat pada tahun lalu lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan restoran dan hotel (tumbuh 3,87%), kemudian transportasi dan komunikasi (tumbuh 2,62%), serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga (tumbuh 2,19%).

Industri pakaian jadi dan tekstil domestik masih terpuruk terimbas oleh perubahan pola konsumsi masyarakat di masa pandemi Covid-19 tersebut. Namun, permintaan ekspor pakaian jadi dan tekstil Indonesia justru meningkat. Hal ini yang membuat kontraksi yang dialami industri pakaian jadi dan tekstil pada 2021 tidak sedalam tahun sebelumnya. (Baca: Tumbuh 3,67%, Industri Non-Migas Belum Mampu Gerakkan Ekonomi Domestik) Sebagai informasi, ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia tumbuh 17,74% menjadi US$6,9 juta pada 2021 dibanding tahun sebelumnya yang hanya US$5,85 miliar. Amerika Serikat masih menjadi pangsa pasar utama ekspor tekstil dan pakaian jadi nasional denga nilai US$3,87 miliar atau sekitar 56,13% dari total ekspor.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Indusrtri Tekstil Baju Branded Yang Berhasil Go Internasional

Subsektor fashion tidak bisa dianggap sebelah mata. Tidak hanya laris di pasar domestik, merek-merek fashion lokal Indonesia juga telah berhasil melebarkan sayapnya hingga menembus pasar internasional. Kesuksesan fashion lokal Indonesia tentunya membuktikan bahwa subsektor ini memang layak disebut sebagai tulang punggung ekspor dalam industri kreatif di Indonesia. Brand fashoin lokal merambah kancah internasional yaitu:

Erigo Apparel

Merek ini didirikan oleh Muhammad Sadad dan awalnya bernama “Selected and Co”, dengan mengusung konsep batik ikat. Seiring berjalannya waktu, merek ini melakukan re-branding dengan nama Erigo pada 2014. Dari situlah konsep pakaiannya berubah menjadi street style dan travelling yang lebih kasual.

Erigo memiliki berbagai macam koleksi: mulai dari t-shirt, hoodie, tas, celana, dan aksesoris lainnya dengan mengincar pasar untuk milenial. Pada 2015, Erigo berhasil meraup omzet hingga Rp22 miliar. Kemudian pada 2020 Erigo mengalami peningkatan pesanan lebih dari 10 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Menariknya, belum lama ini Erigo mengumumkan siap berekspansi dengan merambah pasar internasional. Hal ini ditandai dengan “penampakan” Erigo Apparel di salah satu videotron di Times Square New York dengan merilis beberapa koleksi terbarunya di Amerika mengusung campaign.

Produk apparel masih menjadi andalan ekspor dari Indonesia selain produk migas. Pada tahun 2018, nilai ekspor di industri ini memiliki nilai sebesar USD 6,28 miliar (Rp 90 triliun). Angka tersebut merupakan ketiga terbesar setelah batu bara sebesar USD 20,63 miliar (Rp 296,2 triliun) dan minyak sawit sebesar USD 17,89 miliar (Rp 256,9 triliun). (Katadata). Berikut adalah beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor produk industri tekstil dari Indonesia.

1. Amerika Serikat (USA) merupakan pasar terbesar bagi ekspor industri pakaian dari Indonesia. Pada tahun 2018, nilai ekspor apparel ke USA mencapai USD 3,78 miliar (Rp 52,87 triliun). Nilai tersebut setara dengan 51% dari total ekspor apparel dari Indonesia yang senilai USD 7,33 miliar (Rp 105,2 triliun), sedangkan di tahun 2021, nilai ekspor ke USA mengalami penurunan menjadi sebesar USD 3,39 miliar (Rp 48,6 triliun). Meskipun angka ini mengalami penurunan, akan tetapi USA masih menempati urutan pertama untuk tujuan ekspor produk apparel dari Indonesia. Selain itu nilai apparel di tahun 2021 yang berupa rajutan sebesar USD 832,97 juta (Rp 11,96 triliun) dan apparel beserta perlengkapan lainnya yang terbuat dari kulit sebesar USD 26,31 juta (Rp 377,8 miliar).

2. Jepang menjadi negara kedua untuk tujuan ekspor di industri apparel dengan nilai USD 740,9 juta (Rp 10,64 triliun)

3. Jerman menjadi pasar ekspor terbesar selanjutnya pada dengan nilai ekspor USD 372,48 juta (Rp 5,35 triliun) pada tahun 2018. Sedangkan, produk tekstil yang berupa kaos kaki rajutan dan sejenisnya memiliki nilai ekspor sebesar USD 36,49 juta di tahun 2021.

4. Korea Selatan memiliki nilai ekspor apparel sebesar USD 347,2 juta (Rp 4,9 triliun). Angka tersebut menyumbang 5,5% dari total ekspor produk apparel di tahun 2018.

5. Tiongkok memiliki nilai ekspor apparel sebesar USD 264,6 juta (Rp 3,5 triliun). Angka tersebut menyumbang 4,2% dari total ekspor produk apparel di tahun 2018.

6. Australia memiliki nilai ekspor apparel sebesar USD 180,3 juta (Rp 2,58 triliun). Angka tersebut menyumbang 2,8% dari total ekspor produk apparel di tahun 2018.

7. Kanada memiliki nilai ekspor apparel sebesar USD 178,8 juta (Rp 2,56 triliun). Angka tersebut menyumbang 2,8% dari total ekspor produk apparel di tahun 2018.

8. Inggris memiliki nilai ekspor apparel sebesar USD 168,7 juta (Rp 2,42 triliun). Angka tersebut menyumbang 2,6% dari total ekspor produk apparel di tahun 2018.

9. Belgia memiliki nilai ekspor apparel sebesar USD 146,5 juta (Rp 2,1 triliun). Angka tersebut menyumbang 2,3% dari total ekspor produk apparel di tahun 2018.

10. Malaysia memiliki nilai ekspor apparel sebesar USD 77,6 juta (Rp 1,1 triliun). Angka tersebut menyumbang 1,2% dari total ekspor produk apparel di tahun 2018

Major Minor

Melihat keindahan produknya, tak salah jika banyak orang beranggapan kalau Major Minor adalah produk luar negeri. Faktanya Major Minor merupakan fashion brand lokal asal Indonesia yang berdiri sejak 2011 silam.

Produk lokal ini diinisiasi oleh pasangan Ari dan Sari Seputra, serta dua desainer muda Inneke Margarethe dan Ambar Pratiwi, yang menawarkan outfit ready to wear bagi wanita muda yang dinamis, mandiri, dan punya banyak minat.

Minimal

Berdiri sejak 2002, Minimal merupakan produk fashion lokal asal Indonesia yang sudah dikenal di pasaran mancanegara. Sesuai dengan namanya, Minimal memiliki desain minimalis, klasik, namun tetap chic dan elegan yang cocok untuk kelas menengah.

Setiap desainnya juga mengikuti selera global. Sehingga bisa dibilang setiap desain fashion yang dibuat Minimal merujuk empat musim di luar negeri, seperti spring, summer, fall, dan winter.

Adapun menurut para ahli tentang sektor industri tekstil go internasional

1. Agus Gumiwang Kartasasmita selaku Menteri perindustrian (Menprin) mengungkapkan berdasarkan peta jalan Making Indonesia, industri tekstil dan pakaian sebagai satu dari lima sektor manufaktur yang menjadi prioritas dalam pengembangannya. Terutama dalam kesiapan memasuki era industri, karena dengan pemanfaatan teknologi industri, akan mendorong peningkatan produktivitas sektor industri secara lebih efisien.

2. Airlangga Hartanto selaku menteri koordinator bidang perekonomian menegaskan dari segi ekspor, kinerja Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) juga mengalami pertumbuhan cukup baik dan berkontribusi sebesar 5.6% dari total ekspor.

3. Ernovian G. Ismy selaku Seketaris Jenderal Asosiasi (API) menyatakan dalam industri tekstil dan produk (TPT), industri pakaian jadi mencatatkan nilai ekspor paling besar.

Kesimpulan

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu industri utama manufaktur yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Industri ini mengalami pasang surut dan menghadapi beragam tantangan dalam perkembangannya. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi salah satu sektor usaha tertua di Indonesia. Industri ini awalnya dibangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus sebagai subtitusi impor.

Dalam perkembangannya, industri TPT menjadi salah satu primadona ekspor nonmigas andalan Indonesia ke berbagai negara di dunia serta menjadi tumpuan pertumbuhan sektor industri pengolahan. Industri yang meliputi produksi serat, benang, kain, hingga pakaian jadi dan keperluan rumah tangga tersebut, kini telah berkembang luas untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri sehingga mampu memberikan kontribusi penting bagi perekonomian nasional.

Industri TPT juga dihadapkan pada tantangan baik yang datangnya dari luar negeri maupun hambatan domestik. Oleh karena itu, industri TPT nasional diharapkan mampu meningkatkan daya saing serta memperluas akses pasar ekspor untuk meningkatkan peranan industri TPT indonesia di pasar global.

Penulis: Nadia Anggraini, Putri Silvia Andini, Syafira Andhini Hasibuan, Sabilla Maisassya

Refrensi:

Badan Pusat Statistik (BPS). Statistik industri tekstil 2021

https://kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/5-Brand-Fashion-Lokal-Merambah-Kancah-Internasional

https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/potensi-ekspor-produk-apparel

https://kemenperin.go.id/artikel/21492/Sepanjang-2019,-SektorIndustri-Unggulan-Tumbuh-Melesat

https://ekon.go.id/publikasi/detail/3750/restrukturisasi-kredit-bagi-industri-tpt-untuk-tingkatkan-penyerapan-tenaga-kerja

https://kemenperin.go.id/artikel/20641/Industri-Pakaian-Jadi-Catatkan-Pertumbuhan-Paling-Tinggi

https://koran-jakarta.com/permasalahan-di-industri-tekstil-perlu-dituntaskan?page=all

https://www.kompas.id/baca/paparan-topik/2022/05/09/industri-tekstil-dan-produk-tekstil-sejarah-potret-tantangan-dan-kebijakan

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image