Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Diana Pungky

Si Kaya dan Si Miskin Jiwa

Lentera | Friday, 14 Apr 2023, 12:10 WIB

Duduk menanti pada bebatuan di bibir pantai, memandang jauh hamparan air sambil mendalami jiwa yang gersang, kering kerontang, terasa iman yang terus keropos diterpa dosa-dosa yang dilakukan setiap kedip mata. siapa yang kaya jiwanya?

Bersihkah jiwamu ?
Bersihkah jiwamu ?

Jiwa adalah harta yang tidak ternilai mahalnya. Kesucian jiwa menyebabkan kejernihan diri, lahir dan bathin itulah yang dimaksud dengan kekayaan sejati. Berapa banyak orang yang kaya harta tapi wajahnya selalu bermuram durja, berapa banyak yang miskin uang, tapi wajahnya sering kali berseri. Sekedar kekuatan dan usaha diri, begitulah tingkatan kesucian yang akan ditempuh oleh jiwanya, sebagaimana dia meletakan sesuatu yang diprioritaskan lebih condong pada keduniawian atau ke akhirat kelak.

Hidup ini adalah medan pertempuran dan perjuangan belaka, karena yang bernama manusia, tidak akan pernah sunyi dari yang namanya kesalahan dan kelemahan. Kalau dari lahir hingga masuk kubur kita tersebut suci dari kesalahan, tentu tidak layak kita jadi manusia, karena karakter itu hanya dimiliki oleh malaikat.

Manusia harus merasakan nikmat istirahat sesudah kerja, kelezatan dalam berhadapan dengan Allah nanti setelah selesai semua pertempuran dengan ranjau-ranjau kehidupan yang pasti ngeri pada hati ini. Banyak sekali orang yang tak tahan, tapi memilih untuk bertahan. Adalagi, orang yang tidak mau bertahan kemudian diperdayakan orang, diperbudak dunia. Itulah sebuah pilihan hidup.

Orang yang takut menghadapi kehidupan dan tidak berani mensucikan batinya, tidak akan pernah mengenal arti ”Lezat” sebab belum ada kekayaan yang dicapai seseorang tanpa menempuh beberapa kesulitan. Seorang pahlawan mencapai title pahlawanya tentu dengan jalan yang sukar, yaitu dengan darah dan pedang. Demikian itu ditempuh untuk mencapai kemuliaan batin.

Jika seseorang mendapatkan kekayaan karena warisan dari orang tuanya, sudah pasti tidak akan merasakan nikmatnya harta sebagaimana orang tuanya dulu karena sudah bergelut dengan usaha sendiri.

Mencari bahagia tidak usah kemana-mana karena bahagia ada dalam diri.

Menggantungkan kebahagiaan dari luar diri sering kali hampa dan palsu. Orang yang mencari kebahagiaan dari luar biasanya adalah orang yang mempunyai sifat banyak ragu, syak, cemburu, putus harapan. Bahagialah dia jika di hujani oleh rahmat, padahal roda kehidupan terus berputar. Sangat kecewa jika ditimpa suatu bahaya dan sengsara hingga melupakan bahwasanya kesenangan terletak diantara dua kesusahan, dan kesusahan terletak dari dua kesenangan.

Atau yang dimaksud itu, dalam kesenangan telah tersimpan kesusahan, dalam kesusahan terdapat unsur kesenangan. Satu paket lengkap yang tidak bisa dipisahkan .

Bertambah banyak kesenangan yang ada diluar diri, bertambah miskin orang yang diperdayakan.

Orang yang paling kaya adalah orang yang paling sedikit keperluanya.dan sebaliknya, orang yang paling misikin adalah orang yang banyak keperluanya.

Sebagai contoh misalnya : pada suatu hari ada seorang gadis yang berpakaian compang-camping sedang menengadah, meminta-minta di tepi jalan. Dihadapanya lewatlah seorang nyonya kaya raya. Gadis itu mencoba meminta belas kasihanya, tak besar yang ia pinta .. hanya seribu atau dua ribu. Tapi respon si nyonya itu nampaknya tidak mengenakan, sambil cemberut risih .. hanya menghina tanpa memberi satu rupiah pun. Kemudian sampailah si nyonya itu di rumahnya dan didapati anak remajanya jatuh sakit. Sekarang nyonya itu miskin, lebih misikin dari si gadis peminta-minta . gadis ditepi jalan itu hanya perlu satu atau dua ribu untuk membeli sebungkus nasi, sementara si nyonya itu perlu banyak untuk kesehatan anak kesayanganya.

Demikianlah halnya orang yang kaya dari ”luar” diri. Sedangkan kekayaan dan kebahagiaan di dalam diri, itulah kekayaan sejati yang tidak akan pernah menemui kata usang, hatinya bertambah murni bercahaya, asal saja pandai menjaga, sebab ia adalah pemberian khaliq yang suci. Kalau kita terus pupuk, uratnya seakan teguh, buahnya akan lezat sehingga kita akan berbalik kasihan melihat seisi dunia. Orang kaya dan orang berpangkat tidak merasa nikmat dengan kelezatan. Inilah kekayaan yang hakiki yang tak lekang mesti di terpa panas, dan tak lapuk diterpa hujan yakni ada dalam diri, kaya hati kaya iman.

Kasihanilah manusia yang mencari kekayaan yang ada diluar diri, dan menghabiskan umurnya untuk sesuatu yang tak kembali pada bathinya. Mencari nikmat yang tersembunyi katanya.. sayangilah manusia yang mencoba hidup fana dan melupakan kehidupan yang kekal, ibalah pada orang yang lupa mencari barang kembaran jasmaniahnya, yaitu rohaninya. Menghabiskan umur mengejar hal yang tidak dibawanya dari perut ibunya. Dan tidak dibawanya pula pulang ke akhirat nanti.

Carilah sesuatu yang dari luar diri itu sekedar untuk memupuk kesempatan yang dari dalam diri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image