Karena Rasa Kemanusiaan, Nyawa Siap Menjadi Taruhan
Edukasi | 2023-04-13 21:14:25Retizen berkesempatan mewawancarai tiga petugas pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana di kota bandung pada Senin (10/04/23). Mengenai apa motivasi terkuat mereka menjadi petugas Damkar? Berikut ulasan selengkapnya.
Menurut Bapak Egi Wardani Iqbal salah satu damkar yang bertugas di Dinas Kebakaran Dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung pada awalnya menjadi pemadam kebakaran bukanlah cita-citanya, namun karena kesenangan bersosial dan menolong orang lain jiwa-jiwa tersebut mengantarkan Bapak Egi menjadi seorang Damkar.
"Mungkin sudah takdirnya saya disini, harus menolong orangnya lewat pemadam, dan disitulah ada jiwa menolong, lebih suka dan sudah menjiwai tentang pemadam," ujar Pak Egi.
Didukung dengan lingkungan keluarga serta pengalaman bergabung di komunitas sosial, Bapak Egi akhirnya menjadi seorang Damkar di Kota Bandung.
"Saya senang melihat orang yang butuh pertolongan saya, saya tolong karena agama juga mengajarkan kita harus saling tolong menolong." Tambahnya.
Beranjak ke narasumber kedua yaitu dengan Bapak Ari, menurut beliau hal paling menarik menjadi pemadam kebakaran adalah ketika kita harus bertaruh nyawa.
"Paling menarik, ya nyawa taruhannya," kata Pak Ari.
Meskipun demikian semoga pemadam kebakaran ini tidak harus sampai merelakan nyawanya untuk membantu sesama.
Kemudian menurut narasumber ketiga yaitu Bapak Ade Hidayat, yang sudah menjadi seorang Damkar selama 28 tahun.
Kegagalan yang menjadi penyesalan pribadinya adalah ketika harus ada korban sampai meninggal dunia.
"Saya selaku petugas selalu merasa bersalah kenapa tidak datang dari awal, kenapa tidak datang lebih cepat, kenapa informasinya telat pada kita," ujarnya.
Kegagalan ini bisa disebabkan berbagai faktor salah satunya ketika informasi bencana yang telat sampai.
"Pandangan mereka itu, kalau nelpon pemadam itu ditakutkan harus bayar," terangnya kemudian.
Padahal pada nyatanya pemanggil pemadam kebakaran ini tidak dipungut biaya apapun.
"Ini gambaran saya ya, mungkin padamkan dulu sama masyarakat, kalau telpon langsung harus bayar. Padahal tidak, mau berapa hari, berapa puluh tangki tidak usah dibayar, gratis." Tutupnya.
Dengan pengalaman 28 tahunnya menjadi Damkar Bapak Ade kembali menghimbau masyarakat untuk segera telepon Damkar jika terjadi suatu bencana.
Agar Damkar ini dapat segera bergerak dan membantu, karena Damkar tidak akan tahu apa yang sedang terjadi di masyarakat jika tidak ada yang melaporkan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.