Flexing, Pemancing dan Ramadhan
Agama | 2023-04-06 17:24:35Dikisahkan seorang pemancing yang sedang menikmati hari-harinya di tepian danau untuk mencari ikan untuk kebutuhan sehari-hari. Tiba-tiba sang pemancing tersenyum bahagia karena kailnya menarik ikan yang cukup besar dan ternyata dia telah mendapatkannya beberapa kali. Di tengah kebahagaiaan pesta ikannya, datanglah seorang pemuda kota yang kebetulan hari itu juga menikmati keindahan danau meskipun dengan cara yang berbeda. Pemancing dengan kailnya dan pemuda kota dengan mobil mewahnya.
Sang pemuda kota menghampiri sang pemancing dengan mengatakan,"Wow sepertinya anda mendapatkan ikan banyak hari ini" kata pemuda kota. Sang pemancing menjawab dengan bahagia, "Iya Insya Allah cukup untuk makan hari ini."
"Apakah anda melakukan ini setiap hari untuk makan?" tanya pemuda kota
"Iya, inilah pekerjaanku setiap hari, selain bertani di sawah"
"Kenapa anda tidak bekerja ke kota, mencari pekerjaan yang lebih layak agar berpenghasilan lebih baik ?"
Sang pemancing menjawab sambil memainkan kailnya, "Apa yang saya dapatkan setelah penghasilanku lebih baik?"
"Ya kamu akan bisa makan enak seperti kami, membangun rumah, menabung, membeli kendaraan, mengajak keluargamu berlibur dan masa depan lebih cerah" jawab pemuda kota
"lalu, setelah itu?"
"Ya..dengan uang melimpah kamu bisa membeli yang lain seperti tanah misalnya, atau perahu untuk nanti dinikmati ketika pensiun"
"Setelah pensiun, apa yang harus saya lakukan" tanya lagi dari sang pemancing.
"Ya apa saja bisa dilakukan seperti berlibur, menikmati uang yang kita hasilkan selama bekerja, berkebun, berladang bahkan memancing dengan perahumu"
Sang pemancing berhenti sejenak menurunkan kailnya dan menjawab kepada pemuda kota, "Tanpa menunggu pensiun aku sudah menikmati semua yang kamu katakan. Berkebun, memancing dengan bahagia bahkan tanpa susah payah bertahun-tahun mengumpulkan uang seperti yang kamu katakan"
Dan Akhirnya sang pemancing meninggalkan pemuda kota yang terheran-heran.
Persepsi kebahagiaan tentang bagaimana memandang kebahagiaan dari sudut harta dan kekayaan sering terjadi di tengah masyarakat kita, bahkan sebagai tolak ukur utama. Seperti fenomena flexing para pejabat dan keluarganya telah memberikan bukti telak bahwa kebahagiaan menurut mereka hanya bisa diukur dari seberapa mewah mereka dapat tampil di muka publik. Semakin mereka banyak sanjungan dan penghormatan di tengah masyarakat maka semakin sukses dan bahagia keluarga mereka. Maka tidaklah heran jika orang-orang lewat media sosial, mereka pamer harta dan apapun yang mereka miliki agar mendapatkan status yang sama padahal itu semua adalah kebahagiaan semu. Tidakkah mereka menyadari bahwa Allah SWT mengatakan bahwa dunia ini hanyalah permainan dan tipu daya. Dan Allah akibat berperilaku flexing.
Firman Allah Ta'ala :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Al-Hadîd: 20).
Allah SWT memberikan kebahagiaan dan perasaan penuh syukur tanpa syarat apapun kepada hambanya yang menyadari. Seperti yang dilakukan oleh sang pemancing yang setiap hari mencari rejeki dengan mengail ikan, penuh bahagia dan syukur, ditemani pemandangan danau yang indah serta tertawa bahagia yang begitu lepas setelah Allah SWT memberikan beberapa ikan untuk perut keluarganya. Tanpa menunggu menumpuk harta, menerima gratifikasi, pamer untuk mendapatkan kehormatan bahkan sang pemancing mendapatkan semua fasilitas hidup yang diterima dengan gratis dan bahagia tanpa beban apapun.
Ramadan adalah momen yang tepat bagaimana semua umat Islam merasakan perasaan yang sama, yaitu, lapar. Bagaimana Allah SWT mendidik kita dalam posisi lapar selama satu bulan? timbul rasa kuatir, tanpa makanan, badan lemas, semangat berkuang dan justru di saat seperti inilah rasa dekat kepada Allah SWT timbul bahwa pasrah adalah kenikmatan tertinggi bagi seorang hamba.
Perasaan lapar yang sering dirasakan kaum marjinal dan miskin papa ini agar kita rasakan bersama sebagai hamba Allah SWT yang sudah selaiknya saling menjaga perasaan, tidak saling menyakiti baik fisik maupun jiwa. Lebih dekat lagi untuk saling membantu dalam hal ekonomi dan bisa dilakukan tertawa bersama mereka untuk saling berbagi menuju msa depan mereka yang lebih baik. Bukan malah pamer harta, mobil mewah, rumah bak istana, tas branded yang akhirnya membawa celaka. Bukankah pamer harta juga sangat menyakitkan bagi saudara kita yang belum sempat menikmatinya?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.