6 PERSIAPAN ORANG TUA: SAAT ANAK KEMBALI MASUK SEKOLAH
Guru Menulis | 2021-12-21 10:22:47Artikel ini saya publikasikan dengan tujuan agar para orang tua memiliki pengetahuan tentang apa yang sebaiknya dilakukan saat anak akan kembali masuk sekolah.
Libur sekolah akhir semester ganjil hanya beberapa pekan saja. Untuk itu, penting bagi para orang tua untuk kembali mempersiapkan segala sesuatunya dari sekarang.
Beragam peristiwa terjadi selama pandemi Covid-19, termasuk peristiwa dalam dunia pendidikan. Dari mulai berubah-ubahnya kebijakan di bidang pendidikan, peristiwa pembulian, tawuran, sampai kepada kekerasan seksual di lembaga pendidikan. Kondisi yang sedemikian itu menimbulkan beragam kekhawatiran dan rendahnya kepercayaan para orang tua terhadap pendidikan. Agar rasa khawatir dan ketidak percayaan itu bisa di atasi maka penting bagi para orang tua untuk memperhatikan beberapa hal berikut ini.
Yang harus dilakukan orang tua saat anak kembali masuk sekolah:
#1. Mendukung kesehatan mental dan emosional
Selama pandemi melanda, ada banyak peristiwa dan informasi yang terekam oleh anak yang dapat mengganggu kesehatan mental dan emosionalnya. Persepsi anak tentang pandemi akan berbeda-beda, dan itu akan tergantung pada informasi yang diterimanya. Dukungan orang tua sangat penting agar anak senantiasa memiliki persepsi positif tentang pandemi dan menghilangkan berbagai persepsi negatif tentangnya. Dengan demikian, anak mampu beradaptasi dengan pandemi. Saat anak mulai kembali ke sekolah diharapkan sudah memiliki seperangkat pemahaman tentang apa pandemi dan bagaimana mengatasinya. Setelahnya, anak akan memiliki kemampuan untuk memproteksi dirinya dari dampak pandemi bagi kesehatan dirinya. Lebih khusus lagi, anak memiliki kesadaran untuk memproteksi dirinya dari ancaman kesehatan baik selama dia berada di sekolah atau di perjalanan selama pulang dan pergi dari sekolah, apalagi apabila anak tinggal di asrama. Hal ini sekaligus akan memunculkan keberanian dalam diri orang tua dan anak untuk menjalani aktivitas seperti biasa.
#2. Dorong agar sekolah tidak abai terhadap kesehatan
Selama pandemi, alarm tentang lingkungan sekolah sebagai tempat tidak aman mungkin masih dirasakan oleh para orang tua. Oleh karenanya, pastikan lembaga pendidikan di mana si anak bersekolah mematuhi perlindungan kesehatan anak. Pastikan bahwa sekolah mengikuti pedoman dari satuan gugus tugas pengendalian dan pencegahan Covid-19. Penting juga agar orang tua untuk terlibat langsung dalam menyusun aturan- aturan disekolah berkenaan dengan perlindungan kesehatan anak tersebut.
#3. Pelajari setiap klausul dengan sekolah bila perlu revisi oleh kedua belah pihak.
Saat orang tua memasukan anaknya ke suatu lembaga pendidikan biasanya akan disodori beberapa klausul kesepakatan. Namun klausul tersebut biasanya hanya berupa item-item aturan sekolah atau pembiayaan sekolah sehingga biasanya berat sebelah dan terasa tidak adil bagi orang tua. Artinya dalam klausul tersebut hanya mengedepankan kewajiban orang tua terhadap sekolah dan kurang diperhatikannya bagaimana kewajiban sekolah terhadap orang tua. Oleh karena itu, memasuki masa sekolah tidak ada salahnya orang tua mempelajari kembali setiap klausul yang pernah disepakati dengan sekolah. Pelajari point-point apa saja yang kira-kira harus ditambahkan. Lakukan musyawarah dengan perhimpunan orang tua di sekolah dalam merumuskannya. Rumuskan point-point di mana sekolah juga harus mampu memberikan perhatian lebih terhadap perlindungan anak.
#4. Dukung semua kebutuhan belajar anak
Dukungan orang tua terhadap kebutuhan belajar anak akan meningkatkan motivasi belajar anak. Oleh karenanya jangan mengabaikan setiap item kebutuhan belajar anak baik yang berkenaan dengan perlengkapan alat tulis, baju sekolah, buku sumber, dll. Untuk hal ini, sebaiknya orang tua berkomunikasi secara hangat dan intens dengan anak. Jangan lupa, Berikan kesempatan kepada anak untuk menginventarsir apa-apa yang dibutuhkannya untuk melakukan aktivitas belajarnya kembali. Berikan juga kemampuan kepada anak untuk mengambil keputusan dengan skala prioritas dan dengan memperhatikan kebermanfaatan dalam pengadaan setiap kebutuhan sekolah baik untuk jangka pendek, menengah atau panjang.
#5. Lakukan orientasi ulang terhadap landscape sekolah
Ini hal yang sangat penting dilakukan oleh orang tua saat anak akan kembali masuk sekolah. Mengenali kembali kondisi lembaga pendidikan tempat anak sekolah akan memberikan gambaran kepada orang tua tentang sejauh mana sekolah itu siap kembali memberikan layanan pendidikan. Kenalilah segala aspek yang berkenaan dengan apa-apa yang ada di sekolah dan perhatikan dengan detail.
Aspek yang dapat direorientasi dapat berupa aspek kurikulum (misal, apakah ada kurikulum produk sekolah yang dicurigai mengarahkan anak pada ideologi tertentu yang di larang negara, program pendoktrinan, dll). Aspek sarana prasarana (misal, sarana prasarana belajar, sarana sumber belajar, sarana pemenuhan kebutuhan pribadi anak seperti toilet, kantin, dll). Aspek Guru dan Tenaga Kependidikan (misal, kompetensi dan kualifikasinya, profesionalismenya, latar belakang sosialnya, jejak digitalnya, dll). Aspek sumber dana (misal, siapa donatur sekolah, transparansi dana, akuntabilitas,dll). Aspek sosial budaya sekolah (misal, pembiasaan terhadap anak, budaya disiplin warga sekolah, dll).
#6. Pahami bahwa pendidikan sebagai tanggung jawab bersama
Biasanya para orang tua beranggapan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab sekolah sepenuhnya. Sehingga para orang tua merasa tidak perlu mengambil peran di dalamnya. Pada saat orang tua acuh tak acuh dengan kondisi pendidikan anaknya maka bisa saja dimanfaatkan oleh pihak lain untuk melakukan hal-hal yang tidak diiginkan oleh para orang tua. Jadi, sering-seringlah berkonsultasi dan berkomunikasi dengan pihak sekolah atau antar orang tua di komite sekolah.
Andri Gunawan
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.