Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Universitas Ahmad Dahlan

Menciptakan Benih Kentang Unggul dari Teknik Kultur Jaringan

Teknologi | Friday, 31 Mar 2023, 09:20 WIB
Adhi Nurcholis, S.Pd., M.Sc. narasumber kuliah umum tentang kultur jaringan pada benih kentang yang diselenggarakan Program Studi Biologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Ummi Hasanah)

Program Studi Biologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan kuliah umum dengan menghadirkan narasumber pakar kultur jaringan tumbuhan kentang yakni Adhi Nurcholis, S.Pd., M.Sc. Acara berlangsung pada Sabtu, 18 Maret 2023 di Islamic Center Kampus IV UAD. Adhi menyampaikan topik “Produksi Kentang Berkualitas dengan Teknik Kultur Jaringan untuk Mencapai Kemandirian Pangan” sebagai materi utama dalam kuliah umum tersebut.

Ia membuka pembahasan dengan memaparkan awal mula munculnya ide untuk menghasilkan benih kentang yang berkualitas. “Semua berawal dari penelitian tesis yang pernah saya lakukan, yakni mengenai fusi protoplas kentang. Fusi protoplas merupakan salah satu aplikasi dari teknik kultur jaringan atau lanjutan dari kultur jaringan,” jelas Adhi.

Selama melakukan penelitian tersebut, ia mulai mengetahui berbagai permasalahan pertanian khususnya komoditas kentang di dataran tinggi Dieng. “Banyak kendala yang dialami petani di antaranya tidak adanya benih yang berkualitas, mahalnya harga benih di pasaran, harga sayur yang tidak stabil, dan tanaman yang mudah terserang penyakit,” jelasnya.

Melihat permasalahan tersebut, Adhi justru menjadikannya sebagai peluang usaha yang menjanjikan. Ia menawarkan solusi dengan membantu menyediakan benih berkualitas mulai dari kelas benih sumber sampai benih sebar.

Pentingnya Benih dalam Pertanian Kentang

Pemilihan jenis benih kentang sangat penting guna menunjang hasil panen yang maksimal dan berkualitas. Menurut Adhi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari tanaman kentang. “Benih kentang yang ditanam berasal dari bagian vegetatif tanaman yaitu umbi. Selain nutrisi hasil fotosintesis, umbi juga akan menampung penyakit bagi tanaman. Oleh karena itu, tanaman kentang akan mudah rusak,” tuturnya.

Selain itu, makin lama generasi umbi yang ditanam, maka kandungan penyakit akan makin banyak. Ketika ditanam, benih yang terserang penyakit akan mati sebelum waktunya dan menyebabkan hasil panen tidak maksimal. “Ini merupakan alasan mengapa tanaman kentang perlu diperbaiki kualitas benihnya menggunakan teknik kultur jaringan,” ungkap Adhi.

Kultur Jaringan

Kultur jaringan adalah metode mengisolasi bagian tanaman seperti sel, jaringan atau organ (daun, akar, batang, tunas) serta membudidayakannya dalam lingkungan yang aseptik sehingga dapat beregenerasi menjadi tanaman lengkap.

Kultur jaringan disebut juga sebagai teknik memperbanyak tanaman tetapi hanya mengambil sebagian saja. “Teknik ini harus dilakukan dalam kondisi lingkungan yang steril dengan menggunakan alat-alat yang steril pula dan tidak boleh ada mikroba atau organisme lainnya,” ujarnya.

Teknik kultur jaringan dipilih karena memiliki beberapa manfaat untuk pengembangan pembenihan, di antaranya memperbanyak benih unggul hasil pemuliaan secara massal, menyediakan benih tanaman yang bebas penyakit dan pertumbuhannya seragam, serta menyediakan benih atau bibit tanaman yang tidak tergantung musim dalam jumlah yang tidak terbatas.

Menurut Adhi, teknik kultur jaringan memerlukan biaya produksi yang tinggi, sehingga tidak disarankan untuk produksi benih tanaman yang memiliki nilai ekonomi rendah. “Kultur jaringan cocok digunakan pada benih tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan membutuhkan benih dalam jumlah yang banyak,” terangnya. Selain itu, teknik ini dapat digunakan pada tanaman yang sulit dikembangbiakkan dan tanaman yang terancam punah. (umk)

uad.ac.id

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image