Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Harliantara

Kesehatan Jiwa Remaja dan Faktor Komunikasi

Eduaksi | Tuesday, 21 Mar 2023, 13:26 WIB
Konten kesehatan jiwa dalam platform radio Noice

Maraknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh kaum remaja menimbulkan keresahan masyarakat. Kekerasan berkorelasi dengan keehatan jiwa kaum milenial. Apalagi penanganan para penderita gangguan jiwa pada saat ini kurang optimal. Jumlah penderita sakit jiwa terus meningkat, dilain pihak kapasitas rumah sakit dan tenaga medis masih kurang.

Dibutuhkan peran serta masyarakat untuk menanganai penderita gangguan jiwa. Masalah gangguan kejiwaan semakin banyak. Bahkan sekitar 20 persen warga Jakarta mengalami gangguan jiwa. Sehingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus mengantisipasi dan terus sosialisasi terkait hal itu.

Agar efektif didirikan lembaga berupa pusat kajian masalah kejiwaan, Jakarta Institute for Mental Health. Lembaga tersebut dikelola oleh dokter ahli jiwa dan mengedepankan aspek komunikasi dalam kiprahnya. Lembaga itu dipimpin oleh Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa DKI Jakarta Nova Riyanti Yusuf (Noriyu).

Untuk mengatasi gelembung depresi masyarakat yang semakin membesar perlu program antisipasi yang berbasis komunikasi kesehatan jiwa lewat platform media. Peran media seperti radio siaran maupun radio komunitas dalam mengatasi gelembung depresi masyarakat sangat penting. Kini rumah sakit tengah mengembangkan platform atau format radio menjadi master radio kesehatan. Platform tersebut merupakan sinergi pengelola rumah sakit dengan radio siaran berbasis komunikasi kesehatan.

Di negara lain media berbasis komunikasi kesehatan jiwa dengan sistem hotline service cukup efektif untuk pencegahan gangguan jiwa hingga kasus bunuh diri. Media seperti itu sudah menjadi solusi berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hong Kong, dan Filipina. Kementerian Kesehatan RI sebenarnya telah membentuk layanan hotline. Namun sejak 2014 layanan tersebut dihentikan karena tidak efektif menjaring publik yang terkena depresi. Platform diatas kurang populer lantaran kurang memperhatikan aspek komunikasi publik yang memiliki daya tarik. Layanan Kemkes tersebut ditutup lantaran terjadi ketidakefektifan antara biaya sumber daya yang disediakan dengan jumlah penelpon, semakin lama semakin menurun alias sepi peminat.

Masalah depresi dan penyakit kejiwaan lainnya makin sering terjadi. Baik yang dilakukan oleh orang biasa hingga selebriti. Agenda penting bangsa adalah antisipasi ledakan depresi. Perlu media sebagai prasarana kelompok sasaran. Praktisi radio siaran dan radio komunitas perlu mendapatkan konten tentang kesehatan jiwa dan nara sumber yang berkompeten. Indonesia merupakan salah satu negara yang diberi catatan khusus oleh WHO bahwa ledakan depresi diprediksi bakal terjadi. Tentunya ini sangat serius. Karena dampak depresi bisa menghancurkan bangsa karena kualitas hidup masyarakat merosot dan produktivitas masyarakat bisa terpuruk.

Para praktisi lintas profesi dan entitas keluarga sudah saatnya memberi perhatian serius terhadap masalah gangguan mental. Fasilitas Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dan jumlah psikiater harus segera dibenahi. Dibutuhkan penerangan kesehatan jiwa yang lebih efektif terhadap masyarakat. Selain usaha pencegahan penyakit kejiwaan, aspek layanan psikiatrik yang disajikan oleh pemerintah daerah juga harus memadai. Pelatihan dokter dan perawat di Puskesmas perlu segera dilakukan untuk atasi gelembung depresi. Apalagi sekitar 30 persen pengunjung Puskesmas selama lima tahun terakhir menunjukkan gejala gangguan kejiwaan.

Tingkat pelayanan psikiatrik disuatu negara juga bisa dilihat dari rasio jumlah psikiater dengan penduduk. Hanya negara maju seperti Amerika Serikat , Australia , dan sebagian negara Eropa yang memiliki perbandingan sepuluh psikiater per 100 ribu penduduk. Sedang negara-negara di Asia dan Afrika umumnya hanya memiliki satu psikiater per 100 ribu penduduknya. Rekomendasi WHO menyatakan bahwa untuk perawatan gangguan mental pada pelayanan kesehatan jiwa tingkat dasar harus didukung pasokan obat psikotropika yang memadai, perbaikan kebijakan dan program, serta memantau kesehatan mental rakyat secara akurat lewat media berbasis komunikasi kesehatan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image