Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Diana Rahayu

Jangan Nodai Ramadhanmu

Agama | 2023-03-14 21:11:14

Tak ada satupun umat Islam yang tak bahagia menyambut datangnya bulan Ramadhan. Bulan yang begitu dimuliakan dan disucikan. Di dalamnya Allah SWT telah menjanjikan bonus pahala berlipat ganda. Jika di luar Ramadhan Allah SWT gandakan 1 hasanat dengan pahala 10 hingga 700 kali, maka pahala puasa akan diberikan langsung oleh Allah SWT. Dari Abu Hurairah Ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” (Bukhari-Muslim)

Tak cukup itu, Allah SWT juga menyiapkan satu malam yang sangat mulia yaitu lailatul qadar. Malam itu malam yang lebih baik dari seribu bulan, dimana malaikat Jibril dan malaikat-malaikat Allah SWT turun untuk mengatur seluruh urusan. Pahala ibadah di malam tersebut sebanding dengan ibadah seribu bulan. Artinya, siapa yang mendapatkan malam lailatul qadar, maka ibadah dia pada hari itu setara dengan ibadah selama 83,33 tahun. Amazing.

Semua kemuliaan dan pahala tertinggi yang Allah SWT berikan pada hambaNya pada bulan Ramadhan, karena mereka mampu meninggalkan syahwat dan makan minum karena Allah SWt semata. Hal yang semula mubah/boleh dilakukan seperti makan dan minum, mampu ditinggalkan di bulan Ramadhan karena Allah SWT. Begitupun memenuhi syahwat terhadap istri di siang hari, jika di luar Ramadhan boleh bahkan berpahala, tetapi saat Ramadhan mampu ditinggalkan semata karena Rabbnya.

Saking besarnya apresiasi Allah SWT terhadap amalan para ahlu shaum atau ahli puasa, Allah SWT siapkan sebuah pintu khusus di Surga yang disebtut dengan Ar Rayyan. Pintu itu kelak hanya akan memanggil mereka para ahli puasa, dan akan menutup ketika ahli puasa sudah masuk. Tidak ada selain ahli puasa yang dibolehkan masuk melalui pintu Ar Royyan ini. Masyaa Allah.

Maka bermacam aktifitas yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat dalam menyambut bulan mulia ini adalah sesuatu yang memang seharusnya dilakukan. Salah satunya adalah razia miras yang rutin digelar setiap menghadapi Ramadhan oleh aparat. Satu sisi, patut diapresiasi upaya menjaga syahwat selama Ramadhan, dengan menghilangkan sumber godaan syahwat tersebut. Sebab, hilangnya keberadaan miras di warung-warung, setidaknya akan menjaga masyarakat dari meminum minuman haram tersebut di bulan mulia.

Namun di sisi lain makin jelas menguatkan dan membuktikan, bahwa kehidupan sekulerisme tengah berlangsung di negeri ini. Sudut pandang agama kerap hanya dijalankan sebatas ibadah saja. Salah satunya miras yang haram, hanya ditertibkan saat menjelang Ramadhan. Itupun hanya di warung rumahan, yang dianggap sebagai tempat yang tidak mendapatkan ijin untuk menjual miras. Sedang di tempat lain semisal hotel bintang 4 dan 5 tetap dibolehkan. Karena dalam UU minol disebutkan bahwa miras masih boleh dijual di tempat tertentu sesuai dengan aturan UU.

Padahal dalam QS. Al-Ma'idah Ayat 90, Allah SWT menyampaikan bahwa minuman keras (khamr) termasuk perbuatan setan dan wajib dijauhi/diringgalkan. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Begitupun Rasulullah SAW juga mengingatkan bahwa miras merupakan induk kejahatan.

Khamr adalah induk dari kekejian dan dosa yang paling besar, barang siapa meminumnya, ia bisa berzina dengan ibunya, saudari ibunya, dan saudari ayahnya.” (HR ath-Thabrani)

Fakta ini real adanya. Betapa banyak kejahatan lahir dari miras. Kasus tewasnya 3 pemuda di Makasar Sulawesi Selatan setelah pesta miras bersama teman di kamar kos, dengan rekaman video pemukulan pada salah satu orang, menjadi bukti bahwa miras merupakan induk kejahatan.

Lantas cukupkah penertiban miras yang dilakukan di bulan Ramadhan, akan mampu membuat bulan suci ini tidak ternoda? Tentu tidak. Ibarat anak kecil yang dilarang main gadget di rumah dengan tidak dibelikan smartphone oleh ortunya. Di sisi lain, semua teman-temannya dibolehkan, bahkan difasilitasi oleh ortu masing-masing untuk memiliki dan mengakses HP dengan bebas. Sangat bisa ditebak, si anak yang dilarang dan tidak punya smartphone, akan sangat mudah mengakses HP melalui teman-temannya.

Begitupun dengan miras. Meski di warung rumahan sudah dirazia, tetapi di hotel bintang 4-5 boleh ada, maka dapat dipastikan aktifitas mabuk akan tetap bisa dilakukan. Ini jelas kontra produktif terhadap upaya pemberantasan miras yang haram dalam Islam. Bahkan tak mungkin mampu memberantas secara tuntas manakala pabriknya masih tegak berdiri. Meskipun dengan dalih bisnis miras sangat menguntungkan dan menyedot banyak tenaga kerja. Tapi perlu diingat bahwa miras adalah induk/sumber kejahatan. Selain haram dan membahayakan Kesehatan, miras juga menimbulkan masalah social.

Maka, jika ingin benar-benar Ramadhan kita tak ternoda, hapuskan semua sumber kemaksiatan secara tuntas. Tak boleh tetap mempertahankannya hanya karena alasan mendatangkan manfaat duniawi. Hadirkan ketaatan sempurna untuk menghamba secara kaffah terhadap semua aturan Allah SWT.

Wallahu’alam bishowab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image