Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Artanti Fatimah

Tekan Angka Stunting, Puskesmas Cibungbulang Lakukan Berbagai Program dan Inovasi

Edukasi | 2023-03-13 19:58:53
Bersama Muktari, Kepala Tata Usaha (KTU) Puskesmas Cibungbulang, Kab. Bogor (3/3/2023)
Bersama Muktari, Kepala Tata Usaha (KTU) Puskesmas Cibungbulang, Kab. Bogor (3/3/2023)

Bogor, 3 Maret 2023 - Desa Cibungbulang yang terletak di bagian barat Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang angka stuntingnya masih terhitung sangat tinggi. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi akut sehingga memberi dampak pada anak berupa tinggi badan yang terlalu pendek untuk usianya. Tak hanya itu, stunting juga dapat mengganggu perkembangan otak pada anak yang tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan, produktivitas, dan kreativitas di usia-usia produktif. Dampak stunting baru nampak setelah bayi berusia dua tahun.

Faktor Terjadinya Stunting pada Anak.

Stunting disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya seperti gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, kesiapan calon ibu saat masa kehamilan, edukasi tentang parenting yang masih minim, asupan nutrisi yang tidak terpenuhi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan pada anak, masalah sanitasi, hingga faktor genetik dari orang tua. Pada dasarnya stunting pada balita tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dilakukan upaya untuk perbaikan gizi guna meningkatkan kualitas hidupnya. Pencegahan stunting harus dilakukan sejak dini, bahkan sejak masa kehamilan. Pencegahan yang paling menentukan untuk dapat mengurangi kemungkinan stunting ada pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.

Program dan Solusi Penanganan Stunting.

Melihat angka stunting di wilayah Cibungbulang saat ini, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cibungbulang mengembangkan program inovasi dengan istilah “TOMATS” (Tangani Kelola Masyarakat Stunting) untuk menekan angka stunting yang masih sangat tinggi. Inovasi ini dipilih agar mudah dikenal dan dilaksanakan oleh masyarakat. Metode yang digunakan Puskesmas Cibungbulang dalam pencegahan stunting dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan sensitif dan spesifik. Pendekatan spesifik ini lebih kepada kegiatan penyuluhan, pemberian makanan tambahan serta kunjungan dari rumah ke rumah.

“Metodenya ada beberapa, bisa penyuluhan, sosialisasi, dengan upaya spesifik dengan penyuluhan kemudian dengan pemberian makanan tambahan seperti kita sempat memberikan program makan telur bersama sebagai bentuk perbaikan gizi seimbang, pemenuhan protein, kemudian kita juga ada kunjungan dari rumah ke rumah itu aja,” ujar Muktari, Kepala Tata Usaha (KTU) Puskesmas Cibungbulang.

Ada pula program lain yang dilakukan guna mencegah terjadinya stunting, yaitu dengan memberikan edukasi yang diberikan oleh staff Puskesmas Cibungbulang ke Posyandu, Balai Desa, Puskesmas, Kecamatan, maupun di sekolah melalui program UKS dan Dokter Kecil, yang dilakukan secara rutin dan berkala.

“Agar masyarakat mengetahui tentang pentingnya kesehatan dan gizi seimbang maka dilakukanlah kegiatan itu. Kegiatannya dimulai dari rematri, kespro, kelas ibu hamil “KIAN IMBANG”, ibu nifas dengan IMD, ASI eklusif, pemantauan pertumbuhan dengan istilah “MAKLUMATZI” yaitu pemberian makanan tambahan (PMT) kepada ibu hamil dan balita,” pungkas Muktari.

Kebijakan Puskesmas Cibungbulang dalam pencegahan dan penanganan stunting sudah melakukan yang terbaik dengan melibatkan beberapa lintas program yang ada di Puskesmas Cibungbulang. Seluruh komponen dan struktur di Puskesmas Cibungbulang dalam penanganan dan pencegahan stunting sudah bekerjasama dengan baik. Implementasi mengenai tugas dan tanggung jawab petugas kesehatan dalam penanganan dan pencegahan stunting juga sudah maksimal dalam menjalankan tugasnya. Hal ini tentu merupakan elemen penting dalam pencegahan dan penanganan stunting guna menjadikan wilayah Cibungbulang terbebas dari stunting.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image