Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Hamas Palestina Korban Demonologi Barat

Sejarah | Saturday, 11 Mar 2023, 16:52 WIB

Noam Chomsky guru besar dalam bidang linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts dalam salah satu karyanya berjudul Pirates and Emperor International Terrorisme in The Real World (1986) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berjudul Menguak Tabir Terorisme Internasional (1991), menjelaskan demonologi adalah sebuah istilah untuk menjelaskan langkah-langkah sistematis dalam menempatkan individu atau kelompok sosial sebagai ancaman, yang harus dimusuhi, dikucilkan, dan dihancurkan.

sumber : https://www.hops.id, Juru bicara sayap bersenjata Hamas, Abu Ubaida Foto : Haaretz

Tindakan demonologi bisa dilakukan oleh seseorang, kelompok sosial, komunitas, pemerintah atau negara dalam menyederhanakan posisi pihak-pihak tidak disukai, dibenci, atau dimusuhi, dengan tujuan menciptakan opini publik (public opinion) agar memiliki persepsi yang sama, dengan para pembuat narasi demonologi, sehingga segala tindakan dilakukannya mendapatkan legitimasi dari khalayak banyak.

Salah satu pergerakan Islam (harakah Islamiyah) kerap mendapatkan labelisasi negatif dari dunia barat adalah Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (Hamas) arti harfiahnya “Gerakan Perlawanan Islam”. Hamas mendapatkan stigma demonologi sebagai gerakan teroris dan fundamentalis dari negara Israel beserta sekutunya, labelisasi itu disematkan pihak zionis serta dunia barat selama puluhan tahun lamanya, stigma negatif secara sengaja ingin menjadikan Hamas sebagai musuh bersama.

Tulisan ini mengulas Hamas sebagai pergerakan sosial Islam, memiliki cita-cita membebaskan Palestina dari penjajahan zionis-Israel, serta kebijakan negara Israel dan barat dalam melakukan demonologi terhadap Hamas.

Gerakan Sosial

Gerakan sosial adalah aksi kolektif yang melibatkan banyak orang, memiliki seperangkat keyakinan (ideologi), sebagai inspirasi untuk melegitimasi berbagai tindakannya dalam melakukan perubahan sosial. Terdapat tiga faktor yang memicu gerakan sosial, yaitu (1) rasa ketidakadilan, (2) elemen identitas, dan (3) faktor aktor gerakan (Klandermans, 2005).

Dari konsepsi teori itu, maka Gerakan Perlawanan Islam atau Hamas dapat digolongkan sebagai gerakan sosial, perpaduan dari konsep aksi massa (revolusioner) memiliki keyakinan ideologis (Islam), serta memiliki tujuan melepaskan Palestina dari imperialisme zionis-Israel.

Pendirian Hamas oleh aktifis Ikhwanul Muslimin merupakan respon dari ketidakadilan diterima bangsa Palestina, untuk menghentikan kekejaman zionis-Israel, serta merebut kembali tanah Palestina telah di aneksasi kaum penjajah, secara ideologis Hamas menjadikan Islam sebagai elemen pokok identitas perjuangan, serta memaknai perlawanan mereka, sebagai bentuk perjuangan suci kelak mendapatkan kemenangan, keyakinan itu berasal dari ajaran Islam, agama mayoritas yang dipeluk bangsa Palestina.

Pergerakan yang didirikan Sheikh Ahmed Ismail Yassin, memiliki beberapa karakteristik sangat khas.

Pertama, anggota Ikhwanul Muslimin di Palestina secara otomatis menjadi anggota Hamas, memiliki struktur organisasi terbagi ke dalam lima bagian (administrasi, santunan, politik, militer, dan penerangan). Kedua, pergerakan mereka bersifat rahasia, memiliki kode sandi khusus untuk mengenali tokoh-tokoh kuncinya, bahkan sayap militer mereka, yaitu Brigade Izzuddin al-Qassam selalu menggunakan penutup wajah termasuk ketika berperang. Ketiga, untuk menjadi anggota Brigade Izzuddin al-Qassam melalui saringan sangat ketat, mereka harus mengikuti pelatihan khusus, serta memiliki karakteristik muslim ideal, seperti hapal Al-Qur’an (hafiz), menjalankan puasa sunah senin-kamis, dan menghapal hadits dalam Arbaîn Nawawiyah (Faozi, 1996).

Sedangkan keanggotaan Hamas terbagi menjadi dua kelompok, yaitu anggota biasa dan anggota luar bisa. Anggota biasa adalah para kader telah dibina secara khusus dalam jenjang pengkaderan manhaj Ikhwanul Muslimin, keistimewaan dari anggota biasa, mereka berhak menjadi pengurus Hamas, sedangkan anggota luar biasa, karena belum mengikuti serta melewati pengkaderan khusus, mereka tidak berhak menjadi pengurus, hanya bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan Hamas (Kumoro, 2009).

Hamas Dan Pemilu

Semenjak didirikan Hamas menempuh pendekatan non-kooperatif tidak bersedia bekerjasama dengan Israel, serta menutup pintu diplomasi dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina, langkah politik Hamas berbeda dengan PLO (Palestinian Liberation Organization), menempuh langkah moderat membuka perundingan dengan Israel atau menggunakan politik diplomasi.

Hasil dari perundingan PLO dengan Israel pada tahun 1993 menghasilkan Kesepakatan Oslo, beberapa poin dari kesepakatan itu adalah (1) PLO akan menghentikan aksi kekerasan, begitu juga dengan Israel, (2) Israel menarik mundur pasukan dari Jalur Gaza dan Tepi Barat, (3) di bentuk Pemerintahan Otoritas Palestina atau Palestinian National Authority (PNA), sebagai pemerintahan transisi, PNA memiliki duta besarnya, termasuk di Indonesia (Kumoro, 2009).

Untuk membentuk PNA dilaksanakan pemilu di Palestina, pemilu pertama dilaksanakan pada tahun 1996, terdapat dua faksi perlawanan Palestina memutuskan tidak berpartisipasi, yaitu Hamas dan Jihad Islam, dengan argumentasi pemilu bagian dari Kesepakatan Oslo yang melibatkan Israel, sedangkan dua kelompok perlawanan itu, terang-terangan tidak mengakui negara zionis tersebut.

Tetapi di Pemilu Legislatif 2006, Hamas akhirnya memutuskan melibatkan diri dalam mekanisme demokrasi di Palestina, mereka ikut berkontestasi sebagai peserta pemilu, keputusan Hamas mengundang polemik tidak saja di dalam negeri, juga ditingkat dunia internasional.

Keputusan Hamas terlibat dalam Pemilu 2006 adalah rasa tanggungjawab Hamas sebagai bagian dari bangsa Palestina, ingin memberikan kontribusi agar dapat meringankan penderitaan rakyat, melindungi pemerintahan dari praktek korupsi dan kolusi, serta harapan terciptanya persatuan nasional diantara faksi-faksi perlawanan (Kumoro, 2009).

Hasil Pemilu 2006, Hamas mendapatkan 74 kursi dari 132 kursi yang diperebutan, sementara rival politiknya Fatah (PLO) memperoleh 45 kursi, kemenangan Hamas ini ditunjang keberhasilan mereka bergerak di akar rumput, melalui lembaga amal, dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Demonologi Terhadap Hamas

Kemenangan Hamas dalam Pemilu 2006 membuat Israel dan sekutunya khawatir, kepentingan mereka akan mendapat batu ganjalan atau mengalami ganguan besar, Israel dan sekutunya membuat kampanye jahat, bahwa Hamas tidak memiliki kredibilitas di dalam pemerintahan otoritas Palestina, Hamas kerap diposisikan sebagai kelompok teroris, tidak hanya melakukan kampanye hitam, mereka melakukan berbagai tindakan untuk melemahkan pemerintahan Hamas.

Pertama, Israel dan Amerika Serikat memotong jalur ekspor serta aliran dana terhadap pemerintahan baru terbentuk, tidak cukup sampai disana mereka membuat propaganda kepada berbagai negara di dunia untuk menstop bantuan kepada Palestina. Kedua, Amerika Serikat menarik bantuan 60 juta dollar AS, sebelumnya memang ditunjukan membantu operasional pemerintah Palestina. Ketiga, Israel tiba-tiba membekukan transfer bulanan sebesar 50 juta dollar AS, dari pajak barang impor melalui wilayah Israel ke Palestina, dana tersebut biasa digunakan untuk membayar gaji pegawai pemeritahan otoritas Palestina setiap bulannya (Kumoro, 2009).

Standar Ganda Barat

Kebijakan ditempuh barat menunjukan standar ganda demokrasi, tidak hanya Hamas mengalami dampak dari standar ganda demokrasi itu, sebelumnya beberapa gerakan Islam politik dibeberapa negara mengalami nasib serupa dengan Hamas.

Di Al-Jazair kelompok FIS (Front Islamique du Salut) memenangkan Pemilu 1991, tetapi kemenangan mereka tidak mendapat pengakuan dari rezim militer, bahkan pihak militer melakukan kudeta, melakukan penangkapan terhadap anggota FIS, serta melarang semua aktifitas politik FIS, dunia barat saat itu bukam atas tindakan kesewenang-wenangan rezim militer Al-Jazair (Wiktorowicz, 2012).

Di Turki kelompok Islam politik Partai Refah memenangkan Pemilu Nasional 1995, kemenangan membuat cemas militer sekuler dan dunia barat, kemenangan kelompok Ikhwan Turki (Millî Görüş) sangat mengagetkan, disaat semua pihak memiliki asumsi Islam politik sudah terkubur bersama runtuhnya Khilafah Turki Utsmani pada 1924, ternyata asumsi mereka keliru, masyarakat Turki memberikan kesempatan kelompok Islam politik kembali tampil, tetapi sayangnya kesempatan itu lenyap seketika, ketika akhirnya kelompok sekuler dengan bantuan militer terus menerus menekan pemerintahan Partai Refah, sampai terguling, Partai Refah sendiri kemudian dibubarkan (Romli, 2000).

Dari artikel ini kita bisa memahami, bahwa kekuatan Islam politik diberbagai negara Islam, terutama Hamas di Palestina tidak mudah mereka berkiprah di panggung politik, banyak sekali rintangan dan hambatan, yang berusaha menghentikan langkah perjuangan politik, semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah sejarah politik ini.

Sumber Referensi.

1. Chomsky, Noam. 1991. Menguak Tabir Terorisme Internasional. (Mizan, Bandung).

2. Faozi, Ahmad. 1996. Gerakan Hamas Dalam Perjuangan Kemerdekaan Palestina. (Studia Press, Jakarta).

3. Klandermans, Bert. 2005. Protes Dalam Kajian Psikologi Sosial. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar).

4. Kumoro, Bawono. 2009. Hamas Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel. (Mizan, Bandung).

5. Romli, Asep Syamsul. 2000. Demonologi Islam : Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam. (Jakarta : Gema Insani Press).

6. Wiktorowicz, Quintan. 2012. Gerakan Sosial Islam : Teori, Pendekatan dan Studi Kasus. (Yogyakarta : Penerbit Gading Publishing dan Paramadina).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image