Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Eka Fitriani Larasati

Seniman Ilustrator Digital dan Kebutuhan Internet Cepat

Pendidikan dan Literasi | Friday, 10 Mar 2023, 22:56 WIB
Ilustrasi dokumen pribadi

Teknologi internet yang berkembang begitu pesat telah mengubah pola hidup dan aktivitas di berbagai aspek termasuk profesi ilustrator. Digitalisasi telah merubah cara kerja seniman ilustrator menjadi lebih efisien dan efektif dimana sebelumnya seni ilustrasi dibuat secara konvensional menggunakan kertas dan alat gambar ( spidol, cat air, akrilik dan lain sebagainya).

Komputer, tablet grafis dan device berteknologi digitalisasi lainnya yang dilengkapi dengan perangkat lunak khusus untuk desain dan ilustrasi telah mendukung pekerjaan ilustrator saat ini sehingga munculah istilah ilustrator digital. Seperti apa perkembangan seniman digital ilustrator di Indonesia dan apa korelasinya dengan kebutuhan internet cepat? Berikut pemaparannya.

Sejarah Ilustrasi Digital

Kapan pertama kali muncul ilustrasi digital? Setelah perang dunia dan berkembang pesat serta menemukan awal kejayaannya pada tahun 1962. Tahun 1962, A. Michaell Noll seorang insinyur Amerika sekaligus profesor emeritus di Annenberg School for Communication and Journalism di University of Southern California, menggunakan komputer untuk membuat karya ilustrasi digital menggunakan pola algoritma. Tidak banyak yang tahu kalau A. Michaell Noll merupakan pelopor seni komputer digital dan animasi 3D serta komunikasi.

Lalu pada 1980-an, ilustrasi digital semakin berkembang pesat dengan lahirnya software komputer Adobe Photoshop dan diikuti software Corel Draw dan Paint. Bertahun - tahun kemudian, ilustrasi digital mengalami perkembangan yang semakin pesat dan mengadopsi berbagai perkembangan teknologi berkat internet cepat.

Perkembangan Ilustrator Digital Saat ini

Dengan adanya akses Internet internet cepat, penggunaan ilustrasi menggunakan perangkat lunak dan hardware berbasis komputer lebih banyak digunakan pada saat ini dibandingkan penggunaan ilustrasi konvensional.

Memasuki gerbang revolusi 3.0 dimana era digital mulai berkembang yang ditandi dengan kehadiran aplikasi serta platform desain grafis dan ilustrasi seperti Canva, Ibis Paint, Medibang, Sketchbook Autodesk, Procreate, dan Krita turut mengindikasikan pesatnya perkembangan profesi ilustrator digital. Perkembangan film animasi pun turut mengembangkan profesi ilustrator digital.

Ilustrasi digital bahkan digunakan sebagai media digital marketing yang terbukti dengan banyaknya perusahaan produk jasa, minuman, makanan, peralatan rumah tangga, perbankan, hingga kecantikan bahkan platform belajar online dengan sengaja meng-hire tenaga ahli ilustrator digital untuk membuat karya ilustrasi yang digunakan sebagai bagian dari kampanye produk mereka yang bertujuan membangun identitas perusahaan dan brand awareness.

Untuk memangkas biaya produksi, beberapa perusahaan bahkan memiliki divisi desain grafis untuk kebutuhan brand awareness, iklan, dan kampanye produk mereka.

Salah satu kegiatan digital marketing sebuah yang tengah hype saat ini adalah, hadirnya berbagai macam lomba ilustrasi untuk packaging produk, kemasan box, kemasan label hingga logo, maskot, dan poster. Perusahaan bahkan menggaet ilustrator yang berpengaruh untuk mendongkrak kampanye sehingga tidak hanya ilustrator digital yang terhipnotis dengan kampanye brand awareness tetapi juga netizen.

Seperti Wacom yang kerap menggaet ilustrator influencer Aprilia, Scarlett Whitening yang menggaet ilustrator kenamaan Diela Maharani hingga Nike yang berkolaborasi dengan Ykha Amelz. Peranan illustrator influencer tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kampanye brand awareness.

Ilustrator digital pun semakin “dimanjakan” dengan hadirnya berbagai macam teknologi device tablet grafis keluaran apple, Asus, Lenovo, Advan, Huawei hingga Hp dan Microsoft.

Di komunitas ilustrator sendiri, sangat sedikit sekali membahas terkait penggunaan media gambar seperti marker, cat air atau akrilik. Anggota komunitas lebih banyak membahas terkait menggunakan aplikasi apa? Tablet grafis apa yang bagus? Stylus Pen apa yang sensitivitasnya bagus dan bagaimana dengan palm rejectionnya?

Walaupun terdapat pembahasan mengenai teknik menggambar, kebanyakan komunitas dengan sengaja membuka kelas drawing baik itu fundamental maupun bagaimana menggambar ilustrasi digital.

Kehadiran platform seperti Mosela, Behance, Etsy hingga artiknesia yang mendukung “marketing” karya ilustrator digital telah membuktikan betapa pesatnya perkembangan profesi ilustrasi digital dan penggunaan ilustrasi digital saat ini.

Untuk mendukung lahirnya ilustrator digital profesional, banyak universitas yang bahkan menyediakan fakultas jurusan seni dan desain atau DKV baik universitas negeri maupun swasta.

Tidak berhenti disitu saja, munculnya tren NFT semakin melejitkan profesi ilustrator digital. NFT yang pada dasarnya bekerja dalam jaringan internet tentu saja erat kaitannya dengan digitalisasi. Sehingga NFT’s artist lantas menjadi profesi baru yang menjadi kebanggan tersendiri bagi ilustrator digital. Terlebih jika sang ilustrator digital kerap berhasil menghasilkan pundi-pundi crypto melalui penjualan karya NFTnya.

Peranan Internet Cepat Terhadap Profesi Ilustrasi Digital

Lantas, internet cepat menjadi kebutuhan primer bagi ilustrator digital. Mengapa tidak? Sejak awal perkembangannya pada tahun 1960 hingga saat ini, berkat akses internet cepat, profesi ilustrator digital berkembang dengan sangat cepat, massive dan menjamur seperti miselium di banyak kalangan masyarakat.

Bahkan, digitalisasi sudah menjadi kebutuhan primer ilustrator digital sehari-hari. Mulai dari menggunakan aplikasi dan software menggambar, transfer gambar atau file melalui e-mail atau Google drive/Foto hingga berkirim kabar melalui platform social media.

Tidak sedikit ilustrator digital saat ini yang memanfaatkan sosial media sebagai transportasi marketing karya mereka. Tidak hanya pamer karya, tetapi juga mengunggah video ketika membuat karya, tips hingga inspirasi menggambar digital di platform instagram dan tiktok. Sehingga banyak netizen yang tertarik yang berdampak pada bertambahnya jumlah like dan follower akun sosial media sang ilustrator digital.

Hal ini tentu berdampak positif terhadap perkembangan karir ilustrator digital, dengan semakin dikenalnya seorang ilustrator digital di dunia maya maka peluang dilirik agensi atau perusahaan desain grafis hingga perusahaan yang ingin berkolaborasi semakin besar.

Semua aktivitas digital tersebut dilakukan secara digitalisasi melalui akses internet cepat. Mengapa harus internet cepat? Coba bayangkanlah jika akses lambat, kemungkinan gagal kirim file bisa saja terjadi. Parahnya, gagal simpan karya yang sedang dikerjakan di aplikasi juga bisa terjadi hanya karena jaringan internet yang lambat.Berbagai macam kelas daring seperti yang saya sebutkan diatas juga semakin marak diselenggarakan baik oleh platform pendidikan seperti Qubisa ataupun komunitas.

Dengan demikian, kebutuhan akses internet cepat semakin meningkat bukan?Dengan banyaknya pilihan provider internet, yang manakah yang terbaik? Semua provider tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Saya sarankan pilihlah provider yang sesuai dengan kebutuhan penggunaan internet anda, sesuai budget dan provider tersebut stabil digunakan dimana anda bekerja seperti indiHome dari Telkom Indonesia.

Digitalisasi pada dasarnya telah merubah wajah kehidupan manusia secara keseluruhan tidak terkecuali aspek profesi dan industri terutama ilustrasi. Hadirnya profesi ilustrasi digital menjadi fenomena tersendiri yang cukup unik terlebih bagi mereka yang memang menyukai seni ilustrasi. Seperti yang dikatakan oleh Clement Mok,

"Desain, dalam arti luasnya, adalah penggerak era digital - ini adalah proses yang menciptakan keteraturan dari kekacauan, yang menjadikan teknologi dapat digunakan untuk bisnis. Desain berarti menjadi baik, bukan hanya terlihat baik. "

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image