Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Naila Haliza

Jangan Sampai Kita Terjerumus dalam Toxic Relationship

Gaya Hidup | Sunday, 19 Dec 2021, 15:34 WIB

Banyak dari kalangan remaja saat ini tidak sadar dengan hubungan yang dijalani bersama pasangannya. Seperti kasus-kasus yang terjadi belakangan ini, tidak sedikit remaja yang memulai hubungan cinta memikirkan kesiapan mental dan fisiknya. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif ketika remaja mulai mencintai pasangannya secara berlebihan.

Perasaan yang dominan oleh salah satunya membuat ia mudah dimanipulasi. Oleh karena itu, ketika pasangan memaksa melakukan sesuatu, bertindak tanpa berpikir, bahkan melakukan kekerasan secara fisik dan verbal demi mempertahankan hubungan, ia tidak merasa tersakiti. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai toxic relationship. Yuk, simak lebih lanjut mengenai hal ini!

Sumber: Unspalsh

Hubungan yang toxic ditandai dengan adanya kekerasan di dalamnya. Kekerasan yang diperoleh dalam toxic relationship tidak serta-merta dalam bentuk kekerasan fisik (physical abuse ) seperti dipukul dengan tangan ataupun benda-benda lainnya. Namun, dapat juga dilakukan dalam bentuk kekerasan verbal (emotional abuse), contohnya dimaki, dicaci, dihina, dan dilontarkan perkataan-perkataan kasar (Murray, 2009).

Perilaku ini berbanding terbalik dengan cinta yang sesungguhnya di mana biasanya kalau kita cinta dengan seseorang kita akan merasa tertarik dengan orang tersebut dan muncul perasaan bahwa kita selalu ingin bersama, menyayangi pasangan, mendukung hal-hal positif yang dilakukan pasangan, dan menjaga pasangan. Kalau justru kita malah mengekang pasangan berarti kita tidak memberi dukungan yang baik dan menjalani nya membuat pasangan tidak nyaman bahkan muncul rasa tidak bahagia. Padahal, tujuan berhubungan dengan pasangan kita adalah mencari kebahagian bersama.

Mengenal Ciri-Ciri Toxic Relationship

Toxic relationship ini selalu ditandai dengan sikap seseorang yang menimbulkan rasa tidak nyaman secara psikologis kepada pasangannya. Kita perlu mengontrol diri dalam berhubungan. Kita tidak bisa mengatur dan membatasi seseorang tanpa memikirkan kepentingan atau urusan orang lain. Orang-orang yang berada di lingkaran toxic relationship ini biasanya menolak perasaan mereka bahwa mereka terlihat tidak merasa terbebani atau tidak menerima perasaan tersebut. Jika ini terjadi terus-menerus orang tersebut akan merasa stres bahkan depresi karena menyadari hubungan tersebut tidak sehat untuk dirinya. Berikut ciri-ciri bahwa hubunganmu mulai toxic:

1. Rasa Marah berlebihan

Seseorang mudah marah bahkan dengan hal-hal kecil dengan pasangannya.

2. Pengekangan terhadap pasangan

Pasangan dibatasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

3. Rasa Ketidakbahagiaan

Pasangan tidak lagi merasa bahagia dalam menjalani hubungannya.

Langkah-langkah Menghindari Toxic Relationship

Toxic relationship, tentu saja tidak baik dan tidak sehat untuk diri sendiri dan orang lain. Dalam hal ini, pasangan tidak lagi merasakan hubungan yang romantis dan harmonis. Tentunya setiap orang tidak ingin merasakan hal tersebut, berikut langkah-langkah agar tidak terjerumus dalam toxic relationship:

1. Milikilah harga diri

2. Jangan membuat diri kita terpaku dengan masa lalu

3. Perlakukan pasangan kita dengan penuh kasih sayang

4. Miliki perasaan bahwa dirimu juga dicintai banyak orang

5. Berlatih menjalin komunikasi dengan cara yang sehat

6. Memiliki rasa tanggung jawab

7. Saling memberi ruang untuk melakukan perubahan yang lebih baik

Dari situlah kita perlu mencari jalan keluar yang membuat kita terhindar dari lingkaran toxic. Perlunya melakukan perubahan besar untuk diri kita karena yang akan menolong dari segala bentuk masalah adalah diri kita sendiri. Biarpun kehilangan seseorang yang kita sayangi, hal terpentingnya adalah prioritaskan diri kita untuk berhak mendapatkan rasa bahagia, aman, dan nyaman.

Referensi

Julianto, V., Cahayani, R. A., Sukmawati, S., & Aji, E. S. (2020). Hubungan Antara Harapan Dan Harga Diri TERHADAP Kebahagiaan Pada orang yang Mengalami toxic relationship Dengan Kesehatan Psikologis. Jurnal Psikologi Integratif, 8(1), 103. https://doi.org/10.14421/jpsi.v8i1.2016

Yani, D. I., Radde, H. A., & Gunawan, A. H. Z. (n.d.). Analisis perbedaan komponen Cinta berdasarkan tingkat toxic relationship. Jurnal Psikologi Karakter. Retrieved December 17, 2021, from https://journal.unibos.ac.id/jpk/article/view/1096

Tedjo, J. A. T., Luik, J. E., & Aritonang, A. I. (n.d.). Representasi Toxic Relationship dalam film story of kale: When someone's in Love. Jurnal e-Komunikasi. Retrieved December 17, 2021, from http://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/11551

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image