Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Menghapus Jejak Digital Gaya Hidup Mewah Pejabat

Gaya Hidup | Friday, 03 Mar 2023, 00:23 WIB

"Orang kaya memang begitu. Tengil. Kayak duit bapaknya halal aja." - Sanwani dalam "Gengsi Dong"

Kalimat di atas viral di jagat Maya setelah ramai kasus penganiayaan oleh anak pejabat pajak. Gaya hidup mewah, mobil Rubicon, motor Harley Davidson yang di posting di beranda media sosial tersangka, membuat publik mengelus dada.

Gaya Hidup Mewah

Mario Dandy, anak Rafael Alun Trisambodo yang merupakan pejabat eselon III Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Selatan II. Setelah viral kasus kekerasannya, publik mencari tahu tentang Mario Dandy dan terdiam dengan gaya hidup mewahnya. Ayahnya yang merupakan pejabat pajak pun ikut tersorot. Harta kekayaannya mencapai Rp 56,1 Miliar.

Dilansir dari laman Republika.co.id (2/3/2023), Sosiolog UGM, Andreas Budi Widyanta menilai, gaya hidup mewah yang ditunjukkan para pejabat pajak tersebut seperti fenomena gunung es. Sebab, praktek-praktek serupa diduga masih terjadi di kalangan pejabat lainnya.

Tak lama dari mencuatnya kekayaan yang mencengangkan Rafael Alun sebagai pegawai pajak, Viral bea cukai hedon di Twitter. Kepala Kantor Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto jadi sorotan publik karena kerap flexing harta dan hidup hedon, termasuk kendaraan-kendaraan mewah miliknya.

Publik hanya bisa diam terpaku melihat kekayaan para pejabat yang melimpah ruah, flexing harta, barang branded, dan hidup hedon. Wajar rakyat sakit hati, di tengah sulitnya kehidupan saat ini mereka tega memamerkan hartanya yang entah halal atau tidak.

Menghapus Jejak Digital

Walau sadar posisi sebagai wong cilik, tapi publik masih berusaha meminta keadilan. Meminta pihak KPK, Kemenkeu memeriksa harta para pejabat hedon. Anehnya, postingan di media sosial yang memamerkan kendaraan mewah, barang branded hilang dari akun mereka. Bahkan, akun sang kepala kantor bea cukai Yogyakarta kini tak bisa diakses. Padahal, pekan lalu masih bisa diakses.

Penghilangan jejak digital memang biasa dilakukan jika pelaku sadar apa yang ia posting bisa membuatnya terjerat hukum atau menjadi barang bukti kasus kejahatan. Dilansir dari laman CNN.com (25/10/2021), Google mencatat Indonesia menjadi negara yang paling banyak menghapus dan mengajukan permintaan penghapusan konten atau informasi.

Bukan hal yang mudah dan murah dilakukan Penghilangan jejak digital tersebut agar bersih dari aib. Butuh biaya yang tidak sedikit pula. Berarti Penghilangan jejak digital hanya bisa dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan dan modal besar. Jangankan jasa penghapusan jejak digital, ternyata saat ini ada jasa pencitraan positif di media sosial.

Semuanya bermuara pada ingin bebas dari jeratan hukum, aman harta kekayaannya, dianggap baik dan bersih oleh orang lain. Contohnya dengan memborong majalah edisi tertentu atau menghapus berita yang sudah terlanjur tersebar di media digital. Inilah potret busuk kapitalisme, melakukan segala cara untuk terlepas dari hukuman. Mereka lupa hari pertanggungjawaban di hadapan Allah. Hari dimana kekuasaan dan harta tak akan berdaya menolong dan menyembunyikan aib dan kemaksiatan mereka di dunia.

Islam Menjaga dari Kecurangan

Beda kapitalisme, beda juga Islam. Islam sebagai way of life memiliki pandangan yang khas tentang hal ini. Islam memiliki pandangan tentang posisi penguasa. Pemahaman khas ada pada tanggungjawab. Semuanya dilandasi oleh keimanan pada Allah swt.

Pertama, posisi pejabat atau penguasa dalam islam bukan berarti mereka lebih tinggi, lebih mulia dari rakyat. Sebaliknya, para penguasa adalah ra'in, pelayan rakyat. Melayani seluruh rakyat menjadi tugas mereka. Semuanya dilakukan dalam mindset beribadah pada Allah. Tentu ada gaji yang dibayarkan, namun dibayarkan sewajarnya dan melihat kondisi rakyat. Ada pula audit kekayaan yang dilakukan negara untuk menjaga aji mumpung para penguasa dalam memperkaya diri dan keluarga.

Kedua, dengan penerapan islam kaffah, nuansa keimanan akan ada dimanapun berada. Dengan bekal keimanan dan ketakwaan, gaya hidup akan khas dengan gaya hidup islam. Sebagaimana Rasul dan para sahabat contohkan, gaya hidup sederhana. Rasul dan para sahabat bukannya tidak punya harta, tapi mereka memilih hidup sederhana dan menggunakan harta kekayaannya untuk beramal sholeh. Untuk investasi akhirat dengan sedekah, digunakan di jalan Allah.

Gaya Hidup hedon dan flexing pun tak ada dalam Islam. Untuk makanan saja, Islam mengajarkan untuk berbagi makanan yang dimasak jika bau makanan tersebut tercium ke tetangga.

Ketiga, standar perbuatan dalam Islam adalah mencari rida Allah. Muslim diajarkan dan ditanamkan senantiasa berhati-hati dalam berperilaku. Selalu bertanya, "Apakah ini diridai Allah? Apakah ini membuat Allah senang? Apakah ini mendatangkan pahala?" Jika jawabannya tidak. Maka, untuk apa dilakukan, lebih baik ditinggalkan. Seperti Islam menganjurkan untuk meninggalkan kesia-siaan.

Drama penghapusan jejak digital takkan ada dalam Islam karena kesadaran penuh walau aman dari hukum di dunia, takkan mungkin lolos dari pengadilan Allah di akhirat sana. Yang ada justru lebih memilih dihukum di dunia dari pada harus merasakan keras dan panasnya siksa di neraka. Takkan ada curang dan pencitraan demi dinilai baik oleh manusia tapi rela busuk di hadapan Allah. Na'udzubillah.

Inilah perbedaan besar potret kapitalisme dan islam. Masihkah kita betah dengan kemunafikan kapitalisme ini? Tidakkah kita rindu akan islam yang suci? Semoga Allah segera datangkan kemenangan islam.

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image