Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Kepemimpinan Berkelanjutan Itu Seperti Lari Estapet

Agama | 2021-12-18 23:44:08

Filosofis-Analogis Lari Estapet dan Kepemimpinan Yang Berkelanjutan

Lari Estafet merupakan salah cabang olah raga atletik. Olah raga lari ini dimainkan dalam sebuah tim lari secara bergantian. Dalam setiap tim biasanya berjumlah empat orang. Masing-masing pelari memegang peran pelari pertama, pelari kedua, pelari ketiga, dan pelari keempat.

Setiap pelari harus mengalihkan tongkat kepada pelari berikutnya. Pelari pertama memberikan tongkat kepada pelari kedua yang sudah menunggu pada jarak tertentu. Demikian pula, pelari kedua memberikan tongkat kepada pelari ketiga, dan seterusnya diberikan kepada pelari keempat yang akan berlari sampai ke garis finish.

Terdapat peraturan yang harus dipatuhi dalam memberikan tongkat kepada pelari berikutnya. Pelari sebelumnya diharuskan memberikan tongkat dengan tangan kanan, dan diterima dengan tangan kiri pelari berikutnya.

Posisi tubuh penerima tongkat harus menghadap ke depan dalam posisi siap berlari. Satu hal lagi yang harus diperhatikan, pada saat alih tongkat dalam lari estafet, ibu jari penerima tongkat harus dibuka lebar sedangkan empat jari lainnya dirapatkan.

Baiklah kita hentikan sampai sini dulu tentang teknik lari estapet. Untuk memahami lebih lengkap tentang olah raga permainan ini, pembaca dapat mencari informasinya di buku-buku teori olah raga atau sumber lainnya. Pada tulisan ini, saya ingin mengambil nilai filosofinya saja, yakni prinsip berkesinambungan.

Jika dihubungkan dengan kehidupan, semua dari kita adalah pelari estapet. Seorang ayah akan memberikan tongkatestapet kehidupan kepada anak-anaknya. Demikian seterusnya, anak-anaknya pun akan memberikan tongkat estapet kehidupan kepada keturunan berikutnya.

Demikian pula halnya dengan misi penciptaan manusia. Seluruh manusia adalah pelari estapet. Ia harus memberikan tongkat estapet kehidupan kepada manusia berikutnya. Jika merujuk kepada al Qur’an, tugas manusia di muka bumi ini adalah melanjutkan kehidupan dan memakmurkan bumi secara berkesinambungan. Tokoh dan pemimpin yang memakmurkan bumi ini datang silih berganti.

Seperti halnya dalam permainan lari estapet, dalam jarak atau periode tertentu pemimpin terdahulu harus rela memberikan kepemimpinan kepada pemimpin periode berikutnya. Dalam konsep al-Qur’an kesinambungan dalam memimpin dan memakmurkan bumi ini disebut khalifah. Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi(Q. S. al-Baqarah : 30).

Makna dari filosofi ini, tangan kanan biasanya melambangkan kerelaan dan kekuasaan. Pelari pertama dengan rela dan percaya memberikan kekuasaan penuh kepada pelari berikutnya untuk melanjutkan permainan atau perlombaan.

Filosofi berikutnya dari permainan lari estapet ini adalah etika memberikan dan menerima tongkat estapet. Pelari sebelumnya memberikan tongkat dengan tangan kanan, sementara penerima tongkat estapet harus sudah siap di tempat dengan tubuh menghadap ke depan, tangan kiri siap menerima, empat jarinya dirapatkan, dan ibu jarinya dibuka lebar.

Sementara, tangan kiri pada umumnya menunjukkan kelemahan . Empat jari yang dirapatkan mengandung makna kesatuan dan persaudaraan, dan ibu jari yang dibuka lebar bermakna mengakui kebaikan dan kelebihan pelari terdahulu. Sedangkan tubuh yang menghadap ke depan menunjukkan kesiapan pelari berikutnya untuk melanjutkan permainan lari yang telah dilakukan pelari sebelumnya, terus maju, dan pantang balik ke belakang.

Jika filosofi tersebut dihubungkan dengan kepemimpinan, setiap terjadi peralihan kepemimpinan, idealnya seorang pemimpin harus siap memberikan tongkat estapet kepemimpinan kepada pemimpin berikutnya dengan penuh kerelaan. Ia memberikan kekuasaan dan kepercayaan penuh kepada pemimpin penggantinya untuk melaksanakan tugas kepemimpinannya

Pemimpin pengganti pun harus siap melanjutkan program-program yang telah dilaksanakan pemimpin sebelumnya, dengan kesiapan menjaga keutuhan, mempererat persaudaraan dan kerjasama dengan pemimpin sebelumnya, seraya mengangkat jempol, yang bermakna mengakui kebaikan, kelebihan, dan program kerja yang telah dilaksanakan pemimpin sebelumnya.

Ia menatap ke depan, siap memajukan organisai atau lembaga yang dipimpinnya, pantang menoleh ke belakang, dalam arti mengungkit-ungkit kejelekan dan kekurangan pemimpin sebelumnya dalam menjalankan program kerja organisasi atau lembaga yang dipimpinnya. Ia akan tetap menghormati sambil mempererat persaudaraan dan persatuan.

Idealnya, regenerasi pemimpin itu adalah mengalihkan progran kerja dan kepemimpin secara berkesinambungan. Pemimpin baru tinggal melanjutkan dan mengevaluasi program-program yang telah dilaksanakan para pemimpin sebelumnya. Memperbaiki yang masih kurang, meningkatkan kualitas program yang sudah dilaksanakan, dan merintis atau melaksanakan program kerja yang belum terlaksana oleh pemimpin sebelumnya.

Namun demikian, filosofi pelari estapet ini jarang diterapkan dalam regenerasi kepemimpinan. Bukan rahasia lagi, ganti pemimpin ganti pula kebijakan dan programnya. Dalam dunia pendidikan misalnya. Sudah mejadi rahasia umum, ganti menteri ganti pula kurikulum dan kebijakannya. Hampir tak ada kesinambungan dengan program-program pemimpin sebelumnya. Demikian pula, dalam program-program lainnya.

Jika melihat konsep kenabian Muhammad saw, ia mengibaratkan dirinya sebagai batu bata penyempurna. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhary-Muslim, ia bersabda, perumpamaanku bersama para Nabi sebelumku, laksana seseorang yang membangun sebuah gedung yang megah.

Orang-orang berkeliling melihat gedung tersebut. Mereka takjub melihat kemegahannya, namun sayang di sudut gedung tersebut terdapat satu lubang yang belum tertutup. Alangkah akan lebih sempurnanya gedung ini, jika ada orang yang menerapkan batu bata untuk menutup lubang tersebut, demikian kata mereka. Maka aku laksana batu bata yang menutup lubang tersebut dan menyempurnakan kemegahan bangunan tersebut.

Para Nabi dan Rasul memiliki program dan tugas yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Tak ada seorang Nabi dan Rasul-pun yang menjelek-jelekan para Nabi dan Rasul sebelumnya. Tugas Nabi dan Rasul pengganti adalah melanjutkan dan menyempurnakan tugas dan program-program kenabian para Nabi dan Rasul sebelumnya.

Pembangunan di negeri ini pun akan sangat elok jika menerapkan filosofi kepemimpinan kenabian atau filosofi pelari estapet. Setiap pemimpin memiliki kesiapan memberikan tongkat estapet kepemimpinan kepada yang lain. Pemimpin yang menerimanya pun siap melanjutkan program-program kerja yang telah dikerjakan, siap bekerjasama, mempererat persaudaraan dan persatuan, mengakui kelebihan pemimpin sebelumnya, memperbaiki kekurangannya tanpa menjelek-jelekkannya.

Seorang pemimpin yang baik, selain berfilosofi seperti yang telah disebutkan, juga akan berupaya memegang kaidah fiqih, al muhafadhatu ‘ala qaul al qadiim, wa al akhdu bi al jadid al ashlah , menjaga tradisi baik yang sudah ada sebelumnya, dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih maslahat.

Maknanya, menjaga dan meneruskan program-program kerja yang baik dan sudah dikerjakan para pemimpin sebelumnya, dan membuat program-program baru yang dapat mendukung peningkatan kualitas program-program kerja sebelumnya.

Jika prinsip-prinsip tersebut dikerjakan dan dikelola dengan baik oleh setiap pemimpin, insya Allah program-program kerja atau pembangunan di negeri ini akan dapat dilaksanakan dengan baik, berkesinambungan, dan mencapai tujuan akhir dari program pembangunan itu sendiri, yakni tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang merata dan berkeadilan. Semoga.

Ilustrasi : Perlombaan Lari Estapet (Sumber Gambar : www.sehatq.com)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

.

 

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image