Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Afifah Fauziah

Schadenfreude: Kamu Kesulitan, Aku Senang

Gaya Hidup | 2021-12-18 22:56:07
Sumber: Unsplash

Pernahkah kamu merasa puas ketika saingan gagal masuk peringkat paralel, tertawa saat teman di hukum, atau senang melihat musuh kesulitan? Pasti diantara pilihan di atas kita pernah mengalami salah satunya. Tetapi kok bisa ya, saat orang lain kesulitan justru timbul rasa senang? Apakah itu normal? Adakah istilah psikologi nya? Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas mari kita simak penjelasannya di bawah ini.

Lebih dekat mengenal schadenfreude

Istilah psikologi dari perasaan senang melihat orang kesulitan adalah schadenfreude. Ortony, Clore dan Colins mengategorikan schadenfreude sebagai jenis kesenangan yang tidak khas. Karena kesenangan dalam schadenfreude lebih mangacu pada situasi orang yang merasa senang ketika orang lain tertimpa kesulitan. Schadenfreude ini berasal dari bahasa Jerman yang merupakan kata majemuk dari schaden, berarti kerugian, dan freude, berarti sukacita.

Jika pada umumnya ketika ada kabar baik yang menggembirakan dari orang lain, kita pun akan turut merasa bahagia. Begitu juga dengan kabar buruk, pastinya akan timbul rasa sedih. Namun, ekspresi emosi dari schadenfreude, berlawanan dengan ekspresi emosi pada umumnya. Sesuai dengan ungkapan yang sering kita dengar, yaitu “menari di atas penderitaan orang lain”. Filsuf Jerman, Arthur Schopenhauer, menyebutkan kalau schadenfreude merupakan emosi terburuk yang mampu dilakukan manusia.

Aspek Schadenfreude

Menurut Smith (Smith, 2018) dalam buku nya terdapat beberapa aspek schadenfreude. Yang terbagi menjadi empat aspek, yaitu:

1. Kesenangan oportunistik (Opportunistic pleasure)

Smith memakai kata oportunistik dan dibarengi dengan kesenangan. Kesenangan oportunistik adalah kesenangan yang diperoleh atas kesengsaraan orang lain yang tidak dilakukan oleh schadenfroh (pelaku schadenfreude) tetapi terjadi karena kesalahan orang itu sendiri. Seperti ketika saingan kamu di kelas mendapatkan nilai yang buruk saat ujian. Kegagalan saingan kamu itu membuat kamu senang dan mendapat keuntungan karena mendapat peringkat diatas nya. Kegagalannya itu terjadi karena kesalahan yang dia perbuat sendiri, yaitu dia kurang mempersiapkan diri untuk ujian.

2. Emosi tersembunyi

Menurut Smith aspek ini sering tidak di sadari oleh schadenfroh, karena emosi ini muncul berbarengan dengan rasa bersyukur diri atas keberhasilan ketika orang lain mengalami kegagalan. Kita tahu bahwa bersyukur termasuk emosi positif, karena bersyukur merupakan cara kita untuk berterima kasih atas nikmat yang diberikan oleh tuhan. Namun, bersyukur yang tergolong schadenfreude adalah ketika kamu bersyukur atas kesengsaraan atau pun kemalangan yang didapat orang lain. Misalnya, kamu bersyukur karena teman kamu mendapat nilai yang buruk.

3. Keberhak-kan dan karma

Kesenangan ini timbul akibat dari kemalangan orang lain yang dianggap sebuah karma atas perbuatannya sehingga orang tersebut memang pantas mendapatkan kemalangan. Seperti saat kamu merasa kalau saingan kamu itu memang pantas mendapat nilai yang buruk karena kesalahan yang dia perbuat sendiri, yaitu dia tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk ujian.

4. Bentuk istirahat (Form of respite)

Ketika orang yang selalu membuat kamu iri mengalami kesulitan dan kamu merasa senang, inilah schadenfreude yang dianggap sebagai bentuk istirahat bagi orang-orang yang hatinya selalu merasa iri hati. Karena schadenfreude membuat hati merasa senang, walaupun kesenangan itu berasal dari kesengsaraan orang lain

Iri hati dan schadenfreude

Iri hati yang biasa disebut envy masih banyak yang mengira memiliki arti yang sama dengan schadenfreude. Tetapi apakah benar kedua kata itu memiliki arti yang sama? Untuk mengetahui kebenarannya mari kita simak penjelasan berikut.

Iri hati (envy) merupakan sebuah perasaan yang timbul saat merasa tidak senang dan sakit atas superior, prestasi, atau kepunyaan orang lain, ketika dia sendiri ingin mempunyainya (Vecchio, 2005). Sedangkan schadenfreude perasaan senang yang muncul karena kesengsaraan yang dialami orang lain dan mendapatkan keuntungan dari kesengsaraan orang lain itu.

Jika dilihat dari pengertiannya iri hati (envy) dan schadenfreude jelas berbeda. Tetapi, orang yang merasakan perasaan schadenfreude sebelumnya mungkin pernah merasa iri terhadap orang lain. Dan ketika orang yang membuat kamu iri mendapati kesulitan saat itulah muncul perasaan senang yang di sebut juga sebagai perasaan schadenfreude.

Jika kamu pernah atau sedang merasakan perasaan schadenfreude, jangan merasa kalau kamu orang paling jahat di dunia. Karena perasaan ini tidak tiba-tiba terjadi, tetapi di dorong oleh sebab yang jelas. Jadi, dapat dikatakan schadenfreude bukanlah suatu penyakit kejiwaan. Tetapi perlu di garis bawahi, walaupun bukan suatu penyakit, jika terbiasa dan kamu menikmati perasaan senang ketika melihat orang lain kesulitan bisa menjadi bahaya juga loh. Mungkin saja nanti kamu sampai melakukan kejahatan, demi melihat orang lain menjadi sengsara dan kamu merasa senang di atas semua itu.

Bagaimana agar tidak terbiasa schadenfreude?

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar perasaan senang di atas penderitaan ini tidak berlarut-larut, yang akhirnya jika dibiarkan dikhawatirkan membuat kita nantinya benar-benar menjadi orang yang jahat.

Pastinya kita harus menumbuhkan rasa empati yang tinggi. Karena dengan memiliki rasa empati tinggi akan membuat kita dapat mengerti perasaan orang lain. Sehingga kita bisa menyesuaikan dan bersikap sesuai dengan yang yang dirasa orang lain. Mulailah sayangi dan cintai diri sendiri. Kenali segala kelebihan dalam diri dan terima semua kekurangan dirimu. Dengan begitu kamu tidak akan mudah merasa iri hati kepada orang lain.

Begitulah kira-kira beberapa cara yang dapat kita lakukan, sehingga perasaan schadenfreude dalam diri tidak dapat mengendalikan perasaan emosi kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image