Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

RAS dan Teknologi Digital, Budi Daya Ikan Paling Canggih dan Modern di Dunia

Teknologi | 2023-02-25 22:40:54
Ilustrasi kolam ternak ikan di akwana Bogor (Foto: ig@budidayaikanlelebogor/SS-Darindo)

Ada dua teknologi budi daya ikan yang dikategorikan canggih dan modern. Kedua teknologi tersebut adalah Recirculating Aquaculture System atau RAS dan pemanfaatan teknologi digital.

Keduanya sudah diterapkan di Indonesia. Kedua teknologi ini, dianggap canggih dikarenakan terbukti dapat menghasilkan keefektifan dan keberhasilgunaan dalam berbudi daya ikan.

RAS merupakan sistem budi daya ikan yang menggunakan air daur ulang. RAS pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat pada awal 1960 dan mulai diterapkan sejak 1990-an.

Teknologi RAS pada saat itu menjadi solusi atas permasalahan pencemaran organik sungai dari tempat budidaya bersamaan dengan permintaan benih ikan salmon yang tinggi yang dibutuhkan sepanjang waktu.

RAS banyak dikembangkan dan diterapkan di negara maju seperti: Amerika Serikat, Israel, Singapura, Jerman serta Norwegia selama kurun waktu 20-30 tahun ini. Kemudian dalam perkembangannya banyak diikuti negara lain, termasuk yang diadopsi Indonesia.

Teknologi RAS berbeda dengan budi daya ikan secara konvensional sebagaimana yang dikenal selama ini. Sistem akuakultur resirkulasi (RAS) merupakan cara baru dan unik untuk membudidayakan ikan.

Alih-alih metode tradisional membudidayakan ikan di luar ruangan di kolam terbuka dan jalur balap, sistem ini memelihara ikan dengan kepadatan tinggi, di tangki dalam ruangan dengan lingkungan yang terkendali.

Sistem resirkulasi menyaring dan membersihkan air untuk didaur ulang kembali melalui tangki budidaya ikan. Air baru ditambahkan ke tangki hanya untuk mengganti percikan dan penguapan dan untuk itu digunakan untuk membuang bahan limbah.

Sebaliknya, banyak sistem raceway yang digunakan untuk membudidayakan ikan yang disebut sistem "terbuka" atau "aliran melalui" karena semua air hanya melewati satu kali melalui tangki dan kemudian dibuang. Langkah-langkah dalam RAS meliputi penghilangan padatan, penghilangan amonia, penghilangan Co2 dan oksigenasi.

Ikan yang ditanam di RAS harus dilengkapi dengan semua kondisi yang diperlukan untuk tetap sehat dan tumbuh. Hal yang dibutuhkanadalah pasokan air bersih yang terus menerus dengan suhu dan kandungan oksigen terlarut yang optimal untuk pertumbuhannya.

Sistem penyaringan (biofilter) diperlukan untuk memurnikan air dan menghilangkan atau mendetoksifikasi produk limbah berbahaya dan pakan yang tidak dimakan.

Ikan harus diberi makan dengan nutrisi lengkap setiap hari untuk mendorong pertumbuhan yang cepat dan kelangsungan hidup yang tinggi. RAS saat ini digunakan untuk membudidayakan ikan lele, striped bass, tilapia, crawfish, kepiting biru, tiram, remis, dan hewan peliharaan akuarium.

Zaman berubah. Para pembudi daya ikan pun mengikuti perkembangan zaman. Semua temuan Teknologi yang dapat dioptimalkan dalam rangka menaikkan produksi ikan pun terus digeber. Maka, mengikuti kecanggihan teknologi mereka beradaptasi.

Langkah yang ditempuh adalah menguatkan kapasitas seluruh pembudidaya ikan, dengan membentuk kampung digital berbasis pada komoditas andalan daerah masing-masing di seluruh Indonesia.

Percontohan kampung digital dilaksanakan di Desa Krimun dan Desa Puntang, Kecamatan Losarang, Indramayu, Jabar, pada pengembangan komoditas lele.

Kedua kampung tersebut memanfaatkan teknologi digital, yatu aplikasi eFishery melalui alat pemberi pakan otomatis.

Sejak diperkenalkan pada 2013, aplikasi eFishery sudah digunakan ratusan pembudidaya yang untuk mengontrol penggunaan pakan, dan sukses panen hingga empat kali dalam setahun.

Pemanfaatan aplikasi digital pada perikanan budidaya, yang pasti berdampak dapat menaikkan nilai jual komoditas budidaya, kepastian pasar, sarana dan prasarana usaha menjadi lebih efisien, serta kemudahan akses teknologi produksi.

Sebagaimana diketahui, kabupaten indramayu memiliki lahan berupa kolam budidaya air tawar yang cukup luas yakni 560,87 hektar. Dari luas tersebut, 58,68 persen atau 329,15 hektar digunakan untuk budidaya ikan lele yang sentranya berada di Kecamatan Losarang, Kandanghaur dan Sindang.

Pada 2018 saja Indramayu sanggup mencapai angka produksi sebesar 85.496,85 ton atau naik 79,15 persen dari 2017 yang hanya sanggup mencapai 67.671,84 ton.

Ini artinya mengalami peningkatan 74,57 persen pada periode yang sama yang jika dirupiahkan kisaran Rp996.975.580.000 menjadi Rp1.336.963.249.000.

Penggunaan teknologi digital pada kedua desa tersebut, menjadi yang pertama kali di Indonesia.

Adopsi teknologi digital tersebut, akan membuat kedua desa tersebut melaksanakan budidaya perikanan dengan menerapkan sistem teknologi informasi melalui penggunaan alat pengendali pemberian pakan yang dikendalikan dari aplikasi pintar.

Pembudidaya ikan di masa mendatang bisa lebih siap menghadapi persaingan, terutama menghadapi revolusi industri global yang saat ini sedang berjalan di Indonesia.

Dengan aplikasi digital, pembudidayaan bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan efisiensi usahanya sehingga pendapatan mereka meningkat.

Pemanfaatan Tentu, adopsi digital pada teknologi perikanan secara digital itu akan berdampak positif karena bisa menaikkan nilai jual komoditas budidaya menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.

Selain itu, dengan konsep digital, pembudidaya juga mendapatkan kepastian pasar, sarana dan prasarana usaha menjadi lebih efisien, serta kemudahan akses teknologi produksi.

Kemudahan yang didapatkan para pembudidaya ikan di masa sekarang, melalui revolusi industri 4.0, akan menyebabkan efisiensi bekerja mereka menjadi lebih cepat dan singkat. Produktivitasnya pun semakin mudah diraih.

Dengan penggunaan teknologi digital pada aplikasi, pembudi daya optimis jika permintaan terhadap komoditas lele akan semakin meningkat.

Optimisme ini semakin menguat, sebab para pembudi daya sudah memiliki pengalaman.

Meskipun demikian hal yang tak boleh dilupakan adalah para pembudidaya ikan agar tetap melaksanakan usaha budidaya ikan dengan menggunakan prinsip berkelanjutan.

Penataan kawasan budidaya seperti pengaturan instalasi pengolahan air limbah, sirkulasi keluar masuk air untuk budidaya berkelanjutan harus benar-benar diimplementasikan. ***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image