Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dompet Dhuafa

Jelang Ramadan Peran Lembaga Filantropi Sebagai Upaya Pengentas Kemiskinan

Filantropi | 2023-02-25 09:06:21
Lembaga Filantropi di Indonesia berperan dalam mengentas kemiskinan masyarakatnya. Berdasarkan laman resmi BPS, jumlah penduduk di Indonesia per September 2022 yaitu 7,53% atau sebesar 26,36 juta orang. Jumlah ini terbilang menurun 0,14 juta orang dibandingkan data September 2021. Walau demikian, Lembaga filantropi dan OPZ sangat berperan dalam membantu misi pemerintah menurunkan persentase kemiskinan hingga 0%.

JAKARTA— Dompet Dhuafa menggelar acara diskusi publik bertajuk “Peran Lembaga & Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Pengentasan Kemiskinan (Melegitimasi Dompet Dhuafa sebagai Lembaga Pelayanan Publik)” pada Rabu (22/2/2023). Acara ini berlangsung di Tigalima Kopi Menteng, Jalan K.H. Wahid Hasyim, Gondangdia, Jakarta Pusat.

Narasumber-narasumber yang hadir mengisi acara di antaranya Suci Nuzleni Qadarsih selaku Ketua Ramadan 1444 H Dompet Dhuafa, Prima Hadi Putra selaku Direktur Komunikasi & Teknologi Dompet Dhuafa, Tira Mutiara sebagai salah seorang peneliti IDEAS, Gaib Maruto Sigit selaku Pemred MNC, Ade Rukmana selaku penerima manfaat Program Desa Tani, Pradwita Ghazali selaku General Manager FreakOut Indonesia, Agung Lesmana selaku Head of Sharia Business Development and Product Solution Bank Jago, dan VADS.

Salah satu yang menarik dari Talkshow sesi 1 adalah pemaparan dari Tira Mutiara yang merupakan seorang peneliti IDEAS (Institute for Demographic and Poverty Studies). Yaitu mengenai bagaimana Lembaga Filantropi di Indonesia berperan dalam mengentas kemiskinan masyarakatnya. Berdasarkan laman resmi BPS, jumlah penduduk di Indonesia per September 2022 yaitu 7,53% atau sebesar 26,36 juta orang. Jumlah ini terbilang menurun 0,14 juta orang dibandingkan data September 2021. Walau demikian, Lembaga filantropi dan OPZ sangat berperan dalam membantu misi pemerintah menurunkan persentase kemiskinan hingga 0%.

Tira menjelaskan bahwa rantai kemiskinan di Indonesia sebenarnya terus berjalan “Kemiskinan merupakan masalah yang terus menerus terjadi dan faktornya sangat kompleks. Bukan hanya dinilai dari pendapatan satu dua bulan atau mampunya dia membeli makanan. Namun lebih kepada kemiskinan sendiri terdiri dari beberapa jenis. Ada kemiskinan yang disebabkan oleh faktor ekonomi, turun-temurun. Sehingga ini menjadi tugas bersama khususnya sebagai Lembaga filantropi Islam. Nah, disinilah peran dana zakat”, ungkapnya.

Zakat menjadi salah satu subfaktor yang bertujuan bukan hanya sebagai ibadah, tetapi sekarang juga sebagai penggerak sosial ekonomi kaum dhuafa. Tonggak pengelolaan zakat sendiri sudah ada sejak era kemerdekaan namun sifatnya individu, terus berkembang di era pergerakan reformasi seperti berdirinya Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa pada tahun 1993. Dan berlanjut hingga era baru sentralisasi zakat dengan lahirnya UU No.23/2011.

“Data terbaru dari lima OPZ terbesar di Indonesia seperti Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) yang tumbuh sekitar 29,6% dan jumlah penghimpunannya yang terbaru dari tahun 2012 sebesar 50 M hingga naik menjadi 527,6 M di tahun 2021. Selanjutnya yang kedua Dompet Dhuafa, yang juga mengalami kenaikan sejumlah 7,9%. Total penghimpunannya sendiri sejumlah 413,7 M di tahun 2021,” terang Tira.

Pengaruh zakat pada pertumbuhan ekonomi

Ia juga memaparkan lebih lanjut terkait bagaimana zakat berpengaruh terhahap pertumbuhan ekonomi. Yaitu ketika zakat diberikan oleh muzaki kepada mustahiq melalui lembaga filantropi islam berdasarkan programnya, maka daya beli masyarakat meningkat karena untuk membeli konsumsi. Ketika daya beli naik maka juga akan berpengaruh pada produksi industri.

Kenaikan produksi industri juga bisa berpengaruh pada pengurangan pengangguran, dan pajaknya akan meningkat sehingga penerimaan negara juga akan meningkat. Jika penerimaan negara meningkat maka semua masyarakat akan merasakan pembangunan yang meningkat.

“Oleh karenanya, OPZ berharap kelak nantinya mustahiq akan bertransformasi menjadi muzakki. Sehingga efek zakat nantinya akan menjadi lebih positif. Namun perlu dikelola dan perlu ada inovasi, kolaborasi dan lain sebagainya yang membutuhkan waktu dan tentu tidak mudah,” tutur Tira.

Dijelaskan juga oleh Tira terkait penelitian salah satunya oleh Irfan Syauqi Beik terkait “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika” pada 2010. Dari 50 responden Dompet Dhuafa yang diteliti, hasil analisisnya yaitu zakat yang diberikan mampu menurunkan kemiskinan mustahiq sebesar 10% dibandingkan sebelum zakat didistribusikan dan disalurkan.

Pradwita Ghazali selaku General Manager FreakOut Indonesia juga ikut andil dalam menerangkan menganai peranan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang memiliki fungsi dalam menjangkau target masyarakat miskin dalam penyaluran dan penerimaan manfaat kepada mustahik.

“ FreakOut merupakan salah satu platform adversiting yang berbasis teknologi AI, fungsi utamanya adalah memberikan layanan agar dapat menjangkau target audience nya secara menyeluruh, dalam hal ini para donator dompet dhuafa yang ingin berdonasi, sehingga dana yang dihimpun dompet dhuafa dapat disalurkan sesuai target audience agar proses eksekusinya bisa disampaikan tepat sasaran,” tambah Pradwita.

Haryo Mojopahit selaku GM Komunikasi Dompet Dhuafa, juga memaparkan dalam diskusi ini bahwa ada segitiga pemberdayaan yang dilakukan Dompet Dhuafa dalam upayanya mengentas kemiskinan yang ada di Indonesia. Strateginya yaitu: Social Empowering (pemberdayaan sosial), Economic Empowering (pemberdayaan ekonomi), dan Advokasi.

“Kita hilangkan kedaruratannya, kita bangun kemampuanya untuk punya penghasilan sendiri, dan bersama-sama kita bangun sistemnya agar siapapun yang mau berusaha punya keterampilan, sehingga mereka bisa berhasil mewujudkan mimpinya. Inilah yang kita yakini di Dompet Dhuafa sebagai teori perubahan yang ingin kita laksanakan. Kami juga berharap Dompet Dhuafa memiliki sedikit kontribusi untuk mengurangi kemiskinan melalui strategi pemberdayaan ini,” ungkap Haryo.

Gaib Maruto Sigit, selaku Pemred MNC juga menambahi "Tugas mengentas kemiskinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, Lembaga filantropi yang sudah hadir seperti dompet dhuafa harus dapat diandalkan dan dekat dengan masyarakat, hal ini merupakan salah satu akses dalam memperkecil kemiskinanan. Maka dari itu peran lembaga zakat tidak menjadikan donasi sebagai target, melainkan targetnya adalah kemanusiaan," tambah Gaib.

Melalui serangkaian acara Talkshow #RamadanDariHati ini, Tira juga menyampaikan bahwa “Acara ini menjadi pembuka bagi masyarakat agar mereka tahu lebih dalam mengenai gambaran terkait data zakat terkini, sehingga juga bisa meningkatkan potensi zakat. Khususnya zakat fitrah nanti ketika Ramadan di tahun ini.”

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image