Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Santuso

Berkunjung Ke Desa Tutul, Belajar Aneka Kerajinan dari Kayu

Eduaksi | Saturday, 25 Feb 2023, 08:13 WIB
Santriwati PKBM STP Khoiru Ummah Jember

Sebanyak 20 Santriwati dan 4 guru pendamping PKBM STP Khoiru Ummah Jember tingkat SMP melaksanakan kegiatan kunjungan pada Sabtu (11/2/2023) di Desa Tutul, Balung, Jember. Desa ini dikenal dengan nama desa produktif dan zero to hero. Penduduk desa ini kebanyakan tak memiliki pendidikan. “Walau tak memiliki pendidikan, mereka mampu menjadi penggerak ekonomi dengan berbagai kreativitasnya dalam membuat aneka kerajinan tangan dari kayu, salah satunya adalah tasbih. Tasbih yang diproduksi di desa ini dapat diekspor ke banyak negara besar,” tutur Imron, pengelola sekaligus pemilik Makrifat Business.

Di sana para santriwati STP Khoiru Ummah Jember diajak melihat karya-karya yang dihasilkan dari kayu. Karya tersebut akan diekspor ke negara-negara besar seperti Malaysia, Rusia, Thailand, Singapura, Amerika, Dubai, Arab Saudi, dan sebagainya. Tasbih yang dihasilkan tidak hanya untuk agama Islam tapi juga agama-agama lain.

Imron menambahkan, desa Tutul ini disebut dengan desa produktif karena memiliki pengrajin sebanyak 3000 orang. Mereka tak hanya membuat tasbih tetapi juga membuat berbagai macam kerajinan yang terbuat dari kayu, seperti kalung, gelang, cincin, gantungan kunci, hingga alat-alat dapur.

Para santriwati juga melihat alat-alat produksi mereka. Setelah puas melihat-lihat alat produksi, santriwati juga diajak masuk ke galeri mereka. Di sana ada banyak sekali kerajinan-kerajinan yang sudah siap dijual. Para santriwati juga diajak ke tempat produksi kaligrafi. Jaraknya tak terlalu jauh dari tempat sebelumnya. Tempat itu bernama Sawunggalih. Di sana santriwati dikenalkan dengan berbagai jenis kaligrafi dengan berbagai bentuk dan corak yang berbeda-beda dan bahan dasarnya tetaplah kayu. “Berawal dari hobi hingga menjadi mata pencaharian bagi saya,” tutur Galih, pemilik Sawunggalih.

Galih menambahkan, zaman saat ini sudah semakin modern. Awalnya membuat kaligrafi itu menggunakan tangan dan cutter, sekarang sudah ada mesin laser yang mempermudah dan mempercepat pekerjaannya untuk membuat kaligrafi. Kaligrafi di sini tidak hanya dijadikan sebagai hiasan dinding namun juga dapat dijadikan sebagai piala, piagam, dan lain sebagainya.

Hampir 80% penduduk desa ini adalah pendatang. Mereka berasal dari dua suku yaitu suku Madura yang terkenal sebagai pekerja keras dan suku Sunda yang kebanyakan dari kalangan pedagang. Kebanyakan dari kedua suku tersebut menikah dan memiliki usaha bersama serta saling melengkapi dan menguntungkan.

Usaha mereka megalami kenaikan pada masa pandemi Covid-19 kemarin. “Pandemi Covid-19 memiliki banyak sekali manfaat bagi pengrajin di sini karena kebanyakan konsumen kita berada di online shop,” pungkas Imron.

*****

Reporter:

Annisa Zahra Iglika Arif

Santriwati Kelas 7 PKBM STP Khoiru Ummah Jember

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image