Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Universitas Ahmad Dahlan

Bimbingan Berdimensi Spiritual Jadi Kebutuhan Manusia

Edukasi | Monday, 20 Feb 2023, 16:15 WIB
Dr. Hadi Santosa, M.Pd., pemateri dalam Online Seminar on Guidance and Counseling MBK Univesitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Eka Marcella)

Bimbingan profetik merupakan proses bantuan yang bersumber pada kitab suci Al-Qur’an dengan mengutamakan keteladanan nabi melalui nilai-nilai transendensi, humanisasi, dan liberasi,” papar Dr. Hardi Santosa, M.Pd., dalam Online Seminar on Guidance and Counseling Magister Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Sabtu, 11 Februari 2022 melalui kanal YouTube dan platform Zoom Meeting.

Ia menjelaskan bahwa transendensi artinya melampaui spiritual. Dalam hal ini bukan spiritual yang semua bisa dijadikan Tuhan tetapi jelas spiritual yang berketuhanan. Sementara itu, humanisasi konteksnya yaitu bagaimana memanusiakan manusia, menyadari betul tentang fitrah manusia, paham untuk apa sesungguhnya manusia diciptakan dan hidup di muka bumi. Dan liberasi bermakna tentang pembebasan, lebih pada arah keadilan sosial.

Hardi mengatakan bahwa bimbingan profetik penting karena cara pandang terhadap manusia akan berimplikasi pada bagaimana manusia itu diperlakukan. Cara masyarakat hadir dipastikan bahwa ia tidak terjajah secara struktural tetapi punya kebebasan dan keadilan.

“Jadi mestinya, ketika kita berangkat melakukan layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan dalam perspektif bimbingan prospektif, itu kita tidak semau-maunya sendiri tetapi juga melihat bahwa ada tanggung jawab kepada Tuhan, alam, dan manusia yang lain selain diri sendiri.”

Ia melanjutkan, “Maka implikasinya adalah segala tingkah laku yang ditunjukkan itu tidak akan merusak dan tidak akan membuat kerusakan. Tidak akan merusak bumi, menyakiti diri sendiri maupun orang lain karena merasa bahwa dirinya punya tanggung jawab dengan Tuhannya.”

Hardi pun memaparkan, pada tahun 2020 dirinya telah melakukan riset ketiga provinsi dengan responden sebanyak 133 mahasiswa. Ia mencari tahu dalam konteks budaya dan spiritual aktivitas apa yang dilakukan ketika mahasiswa mengalami kecemasan.

Hasilnya menunjukkan dalam konteks budaya mereka suka berkumpul dengan keluarga, teman, dan lainnya, tetapi ada aktivitas lain. Misalnya ketika mendengarkan tausiah atau membaca kitab suci Al-Qur’an, ternyata membuat mereka lebih tenang. “Ini menunjukkan bahwa bimbingan profetik atau bimbingan yang berdimensi nilai-nilai spiritual menjadi kebutuhan manusia.”

Terakhir, ia menjelaskan mengenai metode sokratik dalam bimbingan profetik. “Metode sokratik merupakan metode yang menggunakan proses penelitian dialektik atau bernalar secara dialektika,” jelasnya.

Metode sokratik ini diyakini mampu meningkatkan pembelajaran siswa karena mengurangi dampak miskonsepsi, membantu siswa mengatur dan mengorganisasi pengetahuannya, menumbuhkan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kreatif dan kritis, serta membantu siswa memantau pembelajaran dirinya sendiri. (eka)

uad.ac.id

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image