Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabila Annuria

HPSN dan Optimasi Rantai Nilai Sampah Plastik

Eduaksi | Monday, 20 Feb 2023, 10:30 WIB
Ilustrasi sampah plastik

Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada 21 Februari 2023 dilaksanakan untuk menguatkan rantai nilai pengelolaan sampah dan mewujudkan pengelolaan sampah menuju emisi net zero. Tema yang ditetapkan pada HPSN tahun ini adalah "Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat". Hingga kini sampah masih menjadi masalah laten bagi kota-kota besar di tanah air.Penanganan sampah tidak pernah tuntas. Bahkan berbagai kota kesulitan mencari lokasi tempat pembuangan sampah akhir.

Tema HPSN tahun ini ditetapkan guna menjawab salah satu permasalahan global perubahan iklim yang telah lama dan menjadi perhatian masyarakat dunia. Fenomena perubahan iklim berdampak pada berbagai sisi kehidupan seperti kesehatan ketahanan pangan dan ekosistem serta dapat mengancam keseimbangan ekosistem lingkungan dan sumber daya yang terkandung di dalamnya.

Hingga kini belum terwujud optimasi seluruh aspek rantai nilai pengelolaan sampah dari hulu ke hilir untuk menguatkan pengelolaan sampah di sumber, mengurangi timbulan sampah ke TPA dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Kolaborasi yang sinergis di antara para pemangku kepentingan seperti pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, civil society organization dan komunitas masyarakat diperlukan untuk bekerjasama secara erat dalam menguatkan rantai nilai pengelolaan sampah tersebutdan mewujudkan pengelolaan sampah menuju emisi net zero.

Penerapan secara optimal sektor ekonomi sirkular harus dilihat sebagai bentuk baru aktivitas perekonomian yang aman dan adil antara aspek ekosistem (ekologi) dan aspek mendasar pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ekonomi sirkular harus dipandang sebagai sebuah transisi sosial yang memberikan manfaat tidak hanya ekonomi namun juga sosial dan lingkungan secara sinergis. Hal ini hanya bisa terjadi jika seluruh pihak bersama-sama menggali potensi rantai nilai dari pengelolaan sampah yang secara bersamaan juga bisa berkontribusi terhadap pengurangan menuju Zero Emisi.

Kini Indonesia merupakan penghasil sampah plastik nomor dua di dunia setelah Tiongkok. Permintaan plastik dalam negeri terus meningkat. Hampir seluruh industri dalam negeri membutuhkan bahan baku plastik ini. Pengguna terbesarnya adalah industri makanan dan FMCG (fast moving consumer goods) yang mencapai 60 persen dari total kebutuhan plastik nasional.

Sayangnya produsen dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Akibatnya Indonesia terpaksa mengimpor plastik dari negara lain. Setiap saat produk plastik impor memperbesar penetrasi ke pasar negeri ini. Total konsumsi plastik Indonesia pada sekitar 7 juta ton. Dari jumlah diatas, 40 persen dipenuhi dari impor. Adapun sebanyak 80 persen impor tersebut berasal dari negara-negara ASEAN.

Ironi plastik nasional yang diwarnai oleh melonjaknya impor bahan baku juga masih diwarnai dengan impor plastik bekas yang bisa mengancam kondisi lingkungan. Selain itu juga terjadi penurunan utilisasi dan mutu dari sektor industri kantong dan tas plastik, thermoforming, kemasan rigid serta kemasan fleksibel.

Kebijakan 23 kota yang menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar hingga kini tidak optimal hasilnya. Kebijakan tersebut bertujuan mengurangi volume sampah plastik. Sasaran utama kebijakan adalah ritel modern yang tidak lagi menyediakan kantong plastik secara bebas atau gratis. Kebijakan untuk membayar kantong plastik akan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan tas yang ada di rumah seperti ibu-ibu jaman dulu yang membawa keranjang belanja ke pasar.

Sejarah menunjukkan kemasan plastik mulai diperkenalkan pada 1900-an. Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer.

Disamping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat bahan non plastik yang disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik itu sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat dengan berat molekul rendah, yang dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti lekat, dan masih banyak lagi.

Kemasan atau wadah plastik menyimpan bahaya, yaitu bahaya terjadinya migrasi atau berpindahnya zat-zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan. Migrasi monomer terjadi karena dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya.

Selama ini rakyat tidak sadar bahwa kantong keresek bisa merusak kesehatan. Kantong keresek berwarna kebanyakan merupakan produk daur ulang yang berbahaya karena riwayat penggunaan tidak diketahui. Bisa jadi bekas tempat pestisida, limbah rumah sakit, limbah logam berat, dan limbah berbahaya lainnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image