Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Salwa Qotrun Nafi'ah

Nahkoda Handal Tidak Lahir dari Laut yang Tenang

Alkisah | Friday, 17 Feb 2023, 13:24 WIB
Mencari tantangan untuk berkembang

Kisah ini adalah sebuah kisah nyata dari seorang gadis, sebut saja namanya Fia. Ia merupakan seorang anak yang diberi kelebihan berupa kepandaian. Dari kelas satu SD, ia selalu mendapat juara satu. Hingga kelas enam pun ia tetap mempertahankan peringkat tersebut hingga ia dijuluki sebagai bintang kelas. Saat UN, ia mendapatkan nilai yang memuaskan, bahkan nilai matematikanya 10.

Ia memilih untuk melanjutkan pendidikan di SMP yang masih satu yayasan dengan SD nya. Ini adalah kali pertamanya merasakan hidup di pesantren. Masih dengan prestasi yang sama, ia selalu mendapat juara satu kelas. Padahal ia bukanlah anak yang rajin. Ia sering menghabiskan waktunya untuk bercanda dengan teman temannya. Jarang sekali ia belajar, bahkan terkadang ia tidur di kelas. Namun, tetap saja prestasi selalu ia raih. Bahkan ia bisa menyelesaikan hafalannya saat kelas sembilan. Semua ini membuat dirinya terbiasa selalu menjadi yang terbaik dari semua temannya. Dari kecil memang ia selalu mendapat pujian karena kepandaiannya.

Hingga tiba saatnya ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA. Ia pindah ke pesantren yang lumayan susah untuk bisa masuk ke pesantren tersebut. Sehingga santri yang masuk adalah benar-benar hasil seleksi. Untuk UTS pertama kali baginya di SMA itu, ia mendapat juara kedua. Ia berusaha menata hatinya. Sekarang, ia harus lebih rajin belajar, tidak bisa seperti dulu lagi. Saat UAS ia kembali mendapatkan juara pertama. Hal ini membuatnya semakin percaya diri.

Setelah UAS, ia terpilih menjadi OSIS. Kebetulan ia mendapat bagian yang lumayan padat aktivitasnya. Ia sering kali disibukkan dengan kegiatan OSIS yang membuat porsi belajarnya sedikit berkurang. Hingga pada ujian berikutnya, peringkatnya turun drastis menjadi peringkat lima. Ini pertama kali dalam hidupnya mendapatkan peringkat lima. Selama ini ia selalu menjadi bintang kelas. Tapi tidak untuk sekarang. Ia merasa sangat patah dan sedih.. merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Hingga ia jatuh sakit sampai beberapa hari karena kesedihan itu. Ia merasa telah gagal dan sangat terbebani dengan keadaan ini.

Mungkin menurut orang lain, peringkat lima adalah prestasi yang bagus. Tapi tidak baginya. Selama ini ia terbiasa menjadi yang pertama. Hidupnya selalu terpaku pada nilai. Seakan akan nilai adalah segalanya. Pujian dan peringkat satu yang selalu ia dapat membuat mentalnya terlalu lemah. Ia tidak pernah merasakan kegagalan. Mentalnya terlalu nyaman dengan keadaannya selama ini. Hal ini lah yang membuatnya mudah patah.

Orang-orang terdekat mulai menasehatinya, hingga saat ibunya berkata melalui telepon “nak, tujuan kamu pergi ke pesantren adalah menuntut ilmu dan ketahuilah bahwa ilmu itu tidak hanya apa yang kamu dapat di kelas. Dengan berorganisasi, banyak ilmu yang kamu dapat, dengan bersosialisasi banyak pelajaran yang bisa kamu ambil. Bahkan tidak semua orang bisa memiliki ilmu dari pengalamanmu diluar kelas.” Ia pun mulai tergerak untuk membuka pikirannya lebih luas. Ia sadar, bahwa apa yang dia lakukan selama ini telah salah. Jika tujuannya menuntut ilmu hanya karena nilai, maka ilmu itu hanya akan berhenti sampai di atas kertas ujian. Bahkan ia bisa down ketika nilainya turun. Ia ingin memperbaiki semuanya. Ia sekarang merasa lebih nyaman belajar tanpa terlalu memikirkan nilai. Menurutnya sekarang, yang perlu ia perhatikan adalah usahanya bukan hasilnya. Apapun hasilnya ia akan terima dengan lapang dada.

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini adalah jika kamu merasa dirimu itu hebat, maka sesungguhnya kamu perlu tantangan yang lebih, karena jika kamu selalu berada di zona aman, justru mentalmu tidak akan berkembang. Sebagaimana seorang nahkoda yang tidak akan menjadi handal jika selalu berlayar di laut tenang.

Ilmu itu sangat luas, tidak hanya apa yang tertulis di atas kertas. Ilmu bisa datang dari apapun yang kamu temui. Ingatlah! Bukan nilai yang membuatmu mulia, akan tetapi bagaimana ilmu itu bisa mempengaruhi dirimu dan orang-orang di sekitarmu..

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image