Sensasi Kemudaan dalam Ketuaan
Gaya Hidup | 2023-02-12 08:31:16Memasuki usia pensiun membuat saya merasa tua? Sebenarnya bahkan jauh sebelum ini saya sudah merasakannya. Maksudnya, melihat pertambahan usia, setiap kali membuat saya sadar bahwa saya adalah Bapack-bapack Tua.
Akan tetapi, saya masih bisa menikmati keberadaan saya di tengah-tengah orang muda. Barangkali ini salah satu hikmah yang diperoleh dari anak-anak saya yang beranjak dewasa sekarang ini.
Pergaulan dengan anak-anak yang sebenarnya sangat terbatas waktunya ini masih mampu memberi masukan kepada saya tentang apa yang sedang menjadi perhatian kaum muda dan bagaimana kebanyakan mereka menyikapinya.
Pernah suatu hari saya sedang berbelanja di toko material (maksudnya: toko bahan bangunan). Pelayan toko yang biasa melayani sedang sibuk dengan pembeli lain. Jadi ada seorang anak muda yang menghampiri (baru kemudian saya tahu bahwa anak ini adalah putra dari pemilik toko). Dia menanyakan kebutuhan saya.
Saat itu, saya coba mempraktekkan pengetahuan saya tentang hal yang trending di kalangan anak muda.
Bukannya menjawab pertanyaannya, saya malah bilang, "Kamu nanyea?" Kontan anak muda itu ngakak. "Lah, Bapak kok tahu, sih?!" katanya di sela-sela tawanya.
Hal-hal semacam itu sering terjadi. Bisa merasakan kehangatan, keceriaan dan semangat anak-anak muda adalah anugerah. Alhamdulillah.
Juga terima kasih kepada anak-anakku yang mau berbagi cerita sehingga saya masih bisa mengikuti, meski sedikit, kemudaan itu.
=o0o=
Saat saya mengikuti kelas belajar menulis yang diadakan PB PGRI, dimana peserta dan narasumbernya kebanyakan anak-anak muda, saya juga tidak merasa canggung. Bahkan di sana saya temukan kemudaan dalam bentuk lain.
Ada beberapa peserta dari angkatan yang lalu, ikut ambil bagian, menjadi anggota di angkatan ini, hanya untuk menyemangati. Tukang ngomporin. Nah, ada diantara mereka yang baru mulai menulis setelah usianya setengah abad (kira-kira seperti saya).
Ini relate bangedh!
Dalam kelas ini, usia, jenis kelamin, latar belakang dan lain sebagainya, memang tidak dipermasalahkan. Yang jadi fokus adalah pembelajaran dengan pembiasaan. Membiasakan diri menulis agar bisa memantapkan diri jadi penulis. Untuk ini memang perlu semangat yang tinggi dan perlu terus dikobarkan. Semangat anak muda!
Anak-anak saya faham akan hal ini. Jadi, selain ikut memberi semangat, mereka juga berbagi hal yang mungkin bisa membantu. Ada yang menunjukkan buku-buku menarik. Ada yang mengajak ikutan Silent Book Reading. Hal-hal semacam itu yang menjadi keseharian mereka.
Lingkungan seperti ini menjadi pemicu dan pemacu semangat saya untuk terus bertahan dalam belajar menulis. Diantaranya menulis di sini.
Alhamdulillah, saya masih merasakan sensasi semangat itu.
Saya katakan: "Tidak peduli seberapa banyak keriput yang kita punya, semangat itu bisa terus dikobarkan. Sensasi kemudaan itu pun masih bisa terus dirasakan."
Tto
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.