Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Caesadila Areshta

Musik Bisa Menyuarakan Emosi?

Eduaksi | Friday, 17 Dec 2021, 06:08 WIB

“Musik adalah bagian dari kehidupan sosial, tingkah laku, kehidupan sehari-hari, serta emosi seseorang.” -Saarikallio (2007).

Pernah gak sih kalian ngerasain sedih dan sakit hati yang mendalam hanya karena mendengar sebuah musik sedih seolah olah hati kita ikut hancur dan merasakan pedihnya hanya dari mendengar alunan dan lirik dari suatu lagu? Atau merasakan semangat yang menggebu-gebu dan antusias untuk mengerjakan suatu hal karena mendengar musik dengan alunan yang semangat dan menyegarkan? Atau hati kita merasa tenang, rileks dan lebih fokus ketika mendengar lagu dengan tempo yang lambat dan instrumen melodik seperti piano?

"Kamu kenapa nangis?" Ucap temanku yang bingung aku tiba-tiba menangis. "Iya, aku baru aja dengerin All Too Well Taylor Swift yang versi 10 menit". Kok bisa ya nangis karena dengerin lagu? ngerasa fokus dalam belajar dengan memutar musik-musik Lo-Fi di YouTube, bahkan kita sendiri merasakannya. Kira-kira kenapa bisa seperti itu ya? Bahkan sekarang kita dapat mengetahui perasaan teman kita hanya dengan melihat lagu yang dia dengar. Seperti yang baru-baru ini, aplikasi Spotify mengeluarkan fitur Spotify Wrapped yang berisi lagu-lagu yang kita dengarkan tahun ini. Dan dapat menyimpulkan mood apa yang kita rasakan hanya dengan melihat list lagu yang sering kita dengar.

Sebenarnya apa sih arti dari musik itu? Pada dasarnya musik merupakan karya seni yang memiliki unsur melodi, harmoni dan irama. Musik itu sendiri memiliki beberapa jenis, ada yang hanya berupa instrumental dan juga yang memiliki lirik di dalamnya. Musik dapat mempengaruhi bagaimana manusia merasa, berpikir dan berperilaku. Dalam Journal of Positive Psychology menemukan bahwa musik upbeat bisa memperbaiki mood dan meningkatkan perasaan bahagia dalam dua minggu.

Apa sih Penyebabnya?

Semua ini berkaitan karena ada dasar biologis yang menyebabkan hal itu. Penelitian mengatakan bahwa musik dengan tempo yang cepat, volume tinggi dan nada yang dimainkan tidak terputus akan menimbulkan rasa marah, seperti lagu lagu Metallica. Musik yang dimainkan dengan tempo yang cepat, volume tinggi dan nada yang dimainkan pendek atau terputus-putus akan menimbulkan kebahagiaan. Dan musik dengan tempo yang lambat, volume rendah dan nada yang tidak terputus akan menimbulkan perasaan sedih. Bahkan musik sekarang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang seperti pendidikan dan kesehatan. Psikologi dan psikiatri sekarang juga mulai memakai metode musik, loh.

Saat kita mendengarkan musik, itu merupakan stimulus yang sangat besar bagi otak kita. Walaupun emosi itu sendiri dirasakan oleh hati, namun stimulus itu akan dikomunikasikan oleh otak. Maka dari itu kita dapat melihat orang menangis saat mendengar lagu sedih dan lompat jingkrak-jingkrak saat mendengar lagu dengan upbeat. Dalam senam mingguan yang diadakan sekolah, kita akan menggunakan lagu upbeat untuk membangkitkan semangat orang-orang saat senam, dan juga kita akan menggunakan lagu dengan tempo yang pelan untuk membantu kita agar tertidur.

Lagu dan musik dapat mengingatkan seseorang pada suatu kejadian dan kenangan tertentu. Dengan memutar lagu tersebut seseorang akan merasakan emosi yang sama sesuai dengan memori masa lalu mereka. Misalnya saya memiliki lagu yang selalu saya putar di masa terberat dalam hidup saya. Ketika masa yang berat itu terlewati, saya akan tetap merasa emosional karena memori tersebut sudah terekam bersama lagu itu.

Dalam dunia kesehatan musik dapat mempengaruhi denyut jantung sehingga menimbulkan efek tenang, dengan irama lembut yang ditimbulkan oleh musik yang didengarkan melalui telinga akan langsung masuk ke otak dan langsung diolah sehingga menghasilkan efek yang sangat baik terhadap kesehatan seseorang (Campbell, 2002 dalam jurnal penelitian oleh Jasmarizal 2011). Lagu-lagu klasik yang biasanya digunakan untuk terapi.

Referensi:

Rinanda Rizky Amalia Shaleha (2019). Psikologi, Musik dan Budaya. https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/37152

https://psikologi.unnes.ac.id/musik-dan-psikologi-benarkah-musik-dapat-mempengaruhi-kondisi-psikologis/

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image