Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image BEKTI SAWIJI

ChatGPT: Apa yang Perlu Dikhawatirkan?

Teknologi | Monday, 06 Feb 2023, 08:43 WIB

Saat teknologi baru diperkenalkan, kegaduhan selalu timbul. Yang positif menganggap bahwa teknologi baru akan memberikan harapan bagi kehidupan mereka. Teknologi dianggap akan memudahkan pekerjaan manusia di semua bidang. Sementara reaksi negatif umumnya sikap menolak, meremehkan, atau skeptis dimana sebagian orang merasa ragu akan kehadiran teknologi baru. Bola lampu yang kita nikmati sekarang ini adalah berkat penemuan Thomas Alva Edison. Waktu itu, teknologi ini merupakan ancaman bagi Rockefeller, pemasok utama minyak tanah untuk lampu bertenaga minyak. Takut kehilangan pelanggan, ia kemudian mengarang cerita menyeramkan tentang bahaya lampu listrik yang dapat membunuh manusia. Ketika Alexander Graham Bell menemukan telepon, reaksi negatif muncul. Siapa lagi kalau bukan dari yang merasa tersaingi yaitu perusahan telegraf, Western Union. Saat ditawari untuk membeli paten Bell dengan harga $100.000, perusahan tersebut menolak karena menurut pihak manajemen, peningkatan deviden lebih penting daripada ekspansi. Begitulah, akhirnya waktu yang menjawab keragu-raguan mereka. Terbukti bahwa hingga sekarang manusia sulit hidup tanpa lampu dan telepon.

Kini hadir teknologi baru kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). ChatGPT, robot virtual buatan perusahan OpenAI hadir berbentuk chatbot. Pola interaksinya adalah dengan menggunakan kotak percakapan di platform ChatGPT. Ia adalah model bahasa AI yang dilatih untuk memahami dan menghasilkan bahasa manusia. ChatGPT adalah penghasil teks kelas Dewa. Betapa tidak, dalam hitungan kurang dari satu menit, ia bisa membuat esai dengan panjang 300 kata! Saya butuh waktu 30 menit untuk membuat tulisan sepanjang itu, belum termasuk waktu untuk menyunting dan finalisasi. Teks buatan ChatGPT ini hampir tidak membutuhkan penyuntingan. Dari segi ejaan dan tata bahasa, akurasinya tinggi. Dari segi hubungan antar kalimat hingga organisasi paragraf, kualitasnya sangat bagus. Yang terakhir, dari segi isi, bobotnya luar biasa walaupun ChatGPT sendiri sering jujur mengatakan bahwa bisa saja dia salah dan meminta maaf. Robot virtual buatan perusahan OpenAI ini akan segera membuat perubahan radikal di dunia, mungkin lebih radikal dari penemuan lampu atau telepon.

Mengganti Peran Aplikasi

Apa kehebatan robot virtual ini? Pertama, ChatGPT dapat menggantikan mesin pencari Google karena kepadanya kita bisa bertanya atau mencari informasi apapun. Bahkan yang kita peroleh justru lebih spesifik dan terarah berupa teks beberapa paragraf. Sementara dengan Google, kita mendapatkan feedback jutaan halaman website. Tetapi, tidak bisa dimungkiri bila dua alat ini (ChatGPT dan Google search) dapat saling melengkapi. Buktinya, saat ini ada ekstensi Google chrome yang menempelkan ChatGPT di halaman pencarian. Kedua, ChatGPT juga bisa berperan sebagai penerjemah seperti Google Translate. Sayangnya, untuk saat ini ChatGPT masih lemah karena panjang teks yang diterjemahkan masih menjadi masalah. Google bisa menerjemahkan dokumen, ChatGPT belum bisa karena input dalam chatbot tersebut hanya teks, bukan dokumen. Tetapi hal ini pasti akan segera diatasi. Ketiga, ChatGPT dapat juga menggantikan aplikasi-aplikasi online seperti grammar checker, summarizer, paraphraser, corpus, dan sebagainya. Sekedar informasi, saya sudah pernah meminta robot ini membuat cerpen, menyediakan ayat-ayat alquran tematik, membuat instrumen penelitian, membuat berita jurnalistik, membuat proposal, memperbaiki naskah, membuat skrip film, storyboard, mengejakan soal matematika, dan bahkan sekedar bercakap-cakap layaknya teman setia.

Ada yang khawatir

Seperti cerita di awal artikel ini, pasti ada yang khawatir terhadap kehadiran teknologi baru. Setidaknya, yang resah terhadap hal ini adalah raksasa TI dunia dan masyarakat pengguna ChatGPT sendiri. Sebut saja Microsoft. Enggan meniru skeptisisme Rockefeller maupun Western Union, Microsoft akan menggelontorkan investasi di ChatGpt sebesar Rp. 155 Trilyun! Demikian juga dengan Google. Menghadapi ancaman ini, Google menyiapkan produk-produk AI untuk diluncurkan tahun ini. Pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin mengadakan pertemuan dengan para eksekutif perusahaan dengan topik: Chatbot Baru Pesaing. Menurut The New York Times, ChatGPT tersebut mengancam bisnis Google Search senilai $ 149 Milyar. Kedua perusahan ini benar-benar sadar akan ancaman itu dan keduanya membuat langkah yang luar biasa. Mereka tidak skeptis karena tahu bahwa AI adalah masa depan umat manusia. Bahkan, Google telah memiliki apa yang disebut sebagai PaLM (Pathways Language Model) sejak bertahun-tahun lalu, tetapi belum diluncurkan hingga sekarang. Baik ChatGPT maupun PaLM adalah model bahasa AI tetapi kapasitas keduanya jauh berbeda. ChatGPT telah dilatih dengan 175 milyar parameter sedangkan PaLM telah dilatih dengan 540 milyar parameter!

Bagaimana kekhawatiran masyarakat pengguna ChatGPT? Masyarakat yang resah adalah pendidik seperti dosen dan guru. Alat sejenis AI ditengarai telah merusak keterampilan menulis. Grammarly adalah contoh alat AI yang telah ada sebelumnya. Naomi S. Baron dalam studinya tentang penggunaan AI dalam menulis mendapati responden yang tidak merasa bahwa dirinya menulis. AI dianggap memengaruhi suara (pikiran) si penulis.

Para pendidik di perguruan tinggi juga resah terhadap hadirnya Chatbot ini. Begitu resahnya sampai ada yang berpendapat bahwa penugasan membuat esai di dunia pendidikan telah berakhir. Mengapa? Karena mahasiswa tidak lagi berpikir dan menulis sendiri. Dosen sulit menilai karya tulis mahasiswa era AI sekarang ini sebab tidak mudah menentukan apakah itu karya sendiri atau produk ChatGPT.

Menutup tulisan ini, saya ingin mengatakan bahwa tidak ada yang harus dikhawatirkan. ChatGPT dan PaLM tidak mungkin distop. Mereka akan terus berkembang seperti telepon. Manusia harus memikirkan paradigma baru dalam berbagai bidang kehidupan, agar kehadiran alat-alat AI ini tidak menjadi hambatan atau musuh. Sebaliknya, ChatGPT/PaLLM harus dijadikan pendukung kegiatan manusia, sesuai semangat teknologi baru yaitu memudahkan tugas-tugas manusia, bukan hanya menulis artikel. Catatan: artikel ini saya tulis sendiri, bukan bantuan ChatGPT.

REFERENSI

Baron N.S., 2023. Even kids are worried ChatGPT will make them lazy plagiarists, says a linguist who studies tech’s effect on reading, writing and thinking. https://fortune.com/2023/01/19/what-is-chatgpt-ai-effect-cheating-plagiarism-laziness-education-kids-students/

Grant N. 2023. Google Calls In Help From Larry Page and Sergey Brin for A.I. Fight. The New York Times. https://www.nytimes.com/2023/01/20/technology/google-chatgpt-artificial-intelligence.html

History Sky (n.d.). J.P. Morgan. https://www.history.co.uk/biographies/j-p-morgan

Narang S. & Chowdhery A. 2022. Pathways Language Model (PaLM): Scaling to 540 Billion Parameters for Breakthrough Performance. Google Research. https://ai.googleblog.com/2022/04/pathways-language-model-palm-scaling-to.html?m=1

Putri, V.M. 2023. Microsoft Lirik Pencipta ChatGPT, Mau Suntik Dana Rp 155 Triliun . https://inet.detik.com/business/d-6511633/microsoft-lirik-pencipta-chatgpt-mau-suntik-dana-rp-155-triliun

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image