Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tyas Chairunisa

Hanya Bisa DIAM

Sastra | Sunday, 05 Feb 2023, 13:59 WIB

Aku berkata kepadamu,

"Susu anak sudah habis,

beras juga habis,

begitu pula dengan minyak tanah, minyak goreng,

dan gula."

Aku berkata kepadamu,

"Kita belum bayar kontrakan,

token listrik sebentar lagi habis.

SPP sekolah anak juga belum bayar,

padahal sudah jatuh tempo."

Lalu, aku bertanya kepadamu,

"Mengapa kamu hanya DIAM mendengar itu semua?

Apakah kamu tidak merasakan penderitaan kami: aku dan anak-anakmu?

Tak cukupkah kekurangan itu semua membuat kami menderita?"

Dan, kamu hanya DIAM,

seolah tak peduli dengan keluh kesahku itu.

Hei, ini tentang kita!

Kehidupan aku, kamu, dan anak-anak.

Lagi-lagi kamu hanya DIAM.

"Haruskah aku meluapkan emosiku kepadamu?

Memarahimu, membanting benda-benda yang ada di sekelilingmu?"

Ternyata, kamu tetap DIAM!

Itu membuatku begitu kesal kepadamu,

sungguh aku ingin marah terhadapmu.

Tetiba anak kita menangis.

Kamu pun mendekat.

"Cup, cup, Nak! Sabar, ya Nak!"

Aku bertanya kepadamu,

"Bagaimana dengan sekarang?"

Kamu menatapku sendu.

Aku berharap kamu tak lagi DIAM.

"Kita jalani saja apa adanya."

"Karena memang begini kita, keadaan apa adanya."

"Hadapi saja. Hadapi. Semoga kelak semua akan berubah."

Hanya itu yang kamu ucapkan kepadaku.

Dan, kini aku yang DIAM mendengar ucapanmu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image