Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abdul Rojak Lubis

Eksistensi Tuhan

Agama | Friday, 03 Feb 2023, 22:27 WIB

Ketika pesawat ruang angkasa yang mendarat di bulan kembali ke bumi, salah seorang astronotnya yang berpaham atheis menulis di majalah Pravda, “kami telah mencapai langit, tetapi kami tidak bertemu Tuhan. Tidak kami temukan surga, neraka atau malaikat, (dikutip dari buku Laa Tahzan, ‘Aidh al-Qarni).

Begitu juga dengan pertanyaan orang Baduy yang datang dari dusun menghadap Rasulullah. “Muhammad, Tuhan itu sebenarnya jauh atau dekat?. Tanya Baduy itu dengan polosnya. “Maksudmu bagaimana?”. Rasulullah balik bertanya. “Jika Tuhan itu jauh, aku akan memanggil-Nya dengan suara keras-keras. Tetapi bila Tuhan itu dekat, aku akan memanggil-Nya dengan suara cukup pelan-pelan saja,” jawab Baduy itu.

Rasulullah sejenak terdiam. Sulit rasanya memberikan jawaban yang sesuai dengan alam fikiran Baduy dari dusun yang polos dan sederhana itu. Jika dijawab Tuhan itu dekat, pasti orang Baduy itu akan bertanya, mengapa Tuhan tidak kelihatan. Tetapi kalau dijawab Tuhan itu jauh, dia akan berbuat seenaknya., karena mengira Tuhan tak akan melihatnya.

Disaat Rasulullah kebingungan mencari jawaban, tiba-tiba turunlah wahyu Allah sebagaimana yang tercantum dalam al- Qur’an; “Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka jawablah Aku adalah dekat.” (QS. al-Baqarah [2]: 18). Kemudian di ayat lain juga dijelaskan; “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf [50]: 16).

Ayat di atas telah menjawab pernyataan astronot atheis dan pertanyaan orang baduy tentang eksistensi Tuhan. Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah. Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; Dialah pemelihara segala sesuatu.” (QS. al-An’am[6]: 102).

Menurut Prof. Dr. Yunan Yusuf, Allah adalah dzat yang tak terbatas (unlimited), sedangkan manusia adalah eksistensi yang terbatas (limited). Bagaimana mungkin yang terbatas akan mengukur yang tak terbatas? Bagaimana mungkin yang terbatas mewadahi dan menampung yang tak terbatas?. Selanjutnya adalah tentang konsep “ada”. Betapa dangkalnya jika yang dinyatakan “ada” hanya diukur dengan yang terlihat, yang teraba, yang tertangkap pancaindera?. Begitu banyak realitas di muka bumi ini yang ada, tapi tak tertangkap pancaindera.

Kemudian Yunan Yusuf menambahkan, mengenal Allah harus tercebur dalam keimanan, dalam ibadah, dan merasakan kehadiran Allah di sana. Bukan hanya itu. Kita dapat berkomunikasi dengan Allah. Hebatnya, Allah sendiri sudah memberitahu bagaimana kita berkomunikasi dengan-Nya. Melalui salat kita dapat berkomunikasi dengan-Nya. Salat adalah cara khusus untuk berkomunikasi dengan-Nya. Dengan cara inilah, tidak dengan yang lain, manusia dapat berkomunikasi dengan Allah.

Ibnu Taimiyah mengatakan; tidak ada yang mengingkari Allah secara terang-terangan kecuali Fir’aun. Padahal, dalam hatinya dia mengakui eksistensi Allah. Dan di akhir hidupnya ia mengakuinya; “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).” (QS. Yunus [10]: 90).

Jelaslah, untuk mengetahui eksistensi Tuhan harus berdasarkan keimanan. Dengan cara beribadah kepada-Nya, salah satunya melalui salat.

Wallahu a’lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image