Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Pramugari Juga Muslimah, Jangan Diskriminasi!

Agama | Monday, 30 Jan 2023, 15:04 WIB

Ikatan Dai Indonesia menyayangkan masih adanya maskapai penerbangan Indonesia yang melarang awak kabinnya mengenakan jilbab. Ketua Umum Ikadi, KH. Ahmad Kusyairi mengatakan adanya larangan mengenakan jilbab oleh maskapai penerbangan merupakan perlakuan diskriminatif berdasarkan agama. “Munculnya kasus maskapai penerbangan di Indonesia yang melarang pramugarinya berjilbab menimbulkan kesan bahwa seolah-olah ada perlakuan diskriminasi yang diterapkan oleh terhadap pramugari yang mendasarkan pada agama atau discrimination based on religion or belief. Padahal sejak era reformasi yang diawali dengan dilakukannya amandemen konstitusi (UUD 1945), Indonesia menjadi salah satu negara yang juga berupaya untuk selalu menjunjung HAM.” ( republika,co.id, 22/1/2023).

KH. Ahmad juga mengatakan salah satu syarat sebuah konstitusi dikatakan sebagai konstitusi yang modern adalah apabila di dalam konstitusi tersebut mengatur tentang HAM. Meskipun pandangan tentang HAM di tiap negara berbeda-beda, namun menurutnya ada satu hak asasi yang pasti dimiliki oleh semua umat manusia yaitu hak alamiah (natural right) yang dimiliki oleh semua umat manusia. Dalam UUD 1945 hak kebebasan beragama ini diatur dalam Pasal 28E ayat (1 dan 2) UUD 1945 serta Pasal 29 ayat (2) UUD 1945.

Anggota Komisi VI DPR RI dari fraksi Gerindra, Andre Rosiade paling kencang menyuarakan agar Garuda Indonesia segera mengevaluasi aturan tentang tata cara berseragam bagi awak kabin. Sebab menurutnya aturan yang berlaku saat ini tidak mengizinkan bagi pramugari Muslim mengenakan jilbab. Andre mengatakan banyak pramugari Muslim di Garuda Indonesia yang dalam kehidupan sehari-harinya mengenakan jilbab. Namun mereka harus mencopot jilbabnya ketika bertugas sebagai pramugari Garuda Indonesia.

Dilansir dari Simple Flying, 19/1/2023, baru-baru saja British Airways mengumumkan seragam baru mereka pada awal tahun 2023, dan mereka menyertakan opsi bagi pemakai hijab. Hal ini membuka ruang diskusi publik mengenai hijab sebagai salah satu alternatif seragam yang hendak digunakan oleh pramugari.

Westjet, Air Canada, dan US Airways juga mengizinkan pramugari mengenakan jilbab untuk tujuan keagamaan. Sebelumnya, seorang pramugari hanya bisa melamar pekerjaan sebagai pramugari di maskapai yang sangat Islami, seperti Rayani Air (sekarang sudah tidak beroperasi), Royal Brunei Airlines, atau Ariana Afghan Airlines. Hijab mulai diterima dan tidak, dipandang sebagai kompromi terhadap keamanan atau layanan.

Kapitalisme Suburkan Islamophobia

Selama ini dunia selalu mengagungkan HAM dan meminta dunia untuk menghormatinya. Sayangnya hal tersebut tak berlaku untuk umat Islam, khususnya dalam penggunaan kerudung bagi pramugari. Adanya larangan tersebut jelas menunjukkan adanya diskriminasi terhadap muslimah.

HAM bukan dari Islam, ide kebebasan lahir dari sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama dianggap sebagai penghalang kebebasan berekspresi, berperilaku dan berkata-kata. Juga berkenaan dengan kebebasan beragama, lebih runyamnya lagi mengatakan jika semua agama sama. Penyikapan ini malah memunculkan berbagai persoalan baru. Mengingat aurat wanita seluruh tubuhnya, maka mau tidak mau harus tunduk, patuh dan taat.

Bahkan kita wajib menolak HAM, faktanya, dengan dalih HAM di berbagai belahan dunia non Muslim marak melecehkan Islam, simbol dan pemeluknya. Yang terakhir adalah pembakaran Alquran ,pedoman kaum Muslim. Sungguh biadab! Sebenci-bencinya muslim kepada kafir tidak pernah Muslim mengadakan penyerangan bahkan kemudian merusak kitab suci mereka dan tempat ibadah mereka. Dimana hal asasi manusia untuk bebas memeluk agama apapun.

Nyatalah standar ganda kembali diterapkan. Maka sungguh ironis, standar yang diagungkan nyatanya tidak berlaku secara umum. Hal ini menunjukkan secara nyata permusuhan terhadap umat islam yang ingin menjalankan aturan agamanya sendiri. Hal ini memang butuh peran negara, pramugari juga muslimah maka wajib taat, tunduk dan patuh kepada syariat yang dia imani. Jangan sampai kejadian buka tutup Khimar (kerudung) ketika bekerja menjadi hal yang biasa.

Padahal syariat Islam begitu memuliakan wanita. Ketika seorang wanita bekerja di luar rumahnya maka wajib menutup auratnya dengan sempurna, hingga hukumnya mubah tidak menjadi haram karena ia mempertontonkan auratnya baik terpaksa maupun tidak. Namun memang tuntutan kapitalisme keji dan tak sesuai fitrah, wanita dinilai hanya dari penampilan lahiriahnya semata. Semakin terbuka, semakin tabaruj bahkan semakin memalingkan pandangan non mahram maka makin tinggi nilainya. Padahal dalam Islam, jelas sampah!

Islam tidak menjadikan wanita sebagai mesin ekonomi , penghasil uang dan mampu menafkahi keluarga. Namun, sekali lagi kapitalisme telah begitu apik membungkus kemaksiatan dengan slogan-slogan menarik, sehingga memaksa menarik wanita dari fitrahnya dan bekerja pada bidang-bidang yang tidak sesuai. Belum lagi anggapan kapitalisme bahwa perempuan adalah bagian dari faktor produksi yang bisa dihargai lebih murah daripada pria.

Jika kemudian ada fasilitas yang friendly women ( ramah perempuan) misalnya pojok ASI di perkantoran, moda transportasi terpisah dengan pria, dan lainnya sejatinya hal itu tak menyentuh persoalan akar yang membelit wanita hingga harus terjadi diskriminasi. Dalam sistem kapitalisme perempuan tetap harus berjuang sendiri guna mendapatkan kesejahteraannya. Hingga tak pandang risiko dalam pekerjaannya apakah itu melanggar syariat atau tidak.

Mindset bekerja adalah amanah sehingga ia harus tetap terikat dengan hukum syara tidak ada. Yang dimunculkan kapitalisme bahwa bahagia adalah dengan banyak materi, populer, bebas dan tak menunjukkan afiliasi sedikitpun dengan agama yang dianutnya, kalaulah ada , maka agama hanya disematkan sebagai pemanis agar ia dinilai agamis atau shaliha. Astaghfirullah.

Syariat Islam Saja Yang Mampu Sejahterakan Wanita

Inilah bukti sekulerisme di negara ini. Aturan Islam tak dapat diterapkan dalam sistem ini. Umat butuh tegaknya Khilafah yang akan menjamin keterikatan setiap muslim pada aturan agamanya. Kesejahteraan perempuan berkaitan erat dengan sistem ekonomi dan politik, namun yang berasal dari Islam. Sejatinya, Islam bukan sekadar agama yang mengatur akidah penganutnya, namun lebih dalam lagi adalah pedoman bagi kehidupan manusia di dunia.

Allah SWT berfirman yang artinya,”Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (Q.S Thaha: 123, 124).

Sungguh aneh memang kaum Muslim hari ini, untuk dunia mereka serius namun untuk akhiratnya yang pasti hanya ada dua tempat yaitu surga dan neraka mereka malah main-main. Diskriminasi terhadap Islam semestinya disikapi dengan perjuangan menegakkan kembali institusi negara yang menjadi junnah atau tameng, dimana kaum Muslim berlindung di belakangnya dan mendapat keadilan di dalamnya. Wallahu a’lal bish showab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image