Kejahatan Anak Rasa Drakor
Gaya Hidup | 2023-01-30 00:21:36Tunjukkan hukum itu menakutkan! Bahwa menyakiti seseorang akan ada balasannya.
- Hakim Sim Eun Seok (Juvenile Justice)
Melihat berita beberapa waktu ini sungguh mengerikan. Antara percaya dan tidak. Seperti sedang menonton drama korea.
Kejahatan Anak
Makassar digemparkan dengan pembunuhan seorang anak oleh remaja dan seorang dewasa. Tak lama berselang, muncul kasus yang lebih mengagetkan. Tiga orang anak berumur 8 tahun memperkosa anak TK.
Dilansir dari laman Republika.co.id (21/1/2023), siswi TK di Kabupaten Mojokerto menjadi korban perkosaan oleh tiga bocah sepermainanya yang masih duduk di bangku SD. Kronologinya, korban diajak ketiga pelaku saat bermain sendirian. Korban diajak ke sebuah rumah kosong, kemudian dipaksa berbaring dan diperkosa.
Setelah ditelusuri, ternyata korban sudah lima kali diperkosa sejak tahun 2022 oleh salah seorang pelaku yang tinggal di samping rumah korban. Astagfirullah.
Pornografi Biang Keroknya
Menurut kriminolog Haniva Hasna yang juga pemerhati anak dan keluarga, penyebab tindakan asusila ini terjadi pada anak oleh Anak adalah paparan pornografi. Anak-anak yang belum memiliki pengendalian diri, rasa ingin tahu yang besar, masih dalam fase meniru dan cenderung impulsif.
Bagaimana bisa anak-anak terpapar pornografi? Bisa jadi dari hp orangtuanya atau temannya. Apalagi jika anak ditinggalkan tanpa pengawasan saat memakai hp. Konten pornografi bisa muncul saat kita sedang mengakses internet. Walau tidak secara sengaja mengetikkan konten pornografi, tapi iklan yang muncul, atau dari game yang sedang dimainkan bisa mengandung pornografi.
Sayangnya, pornografi tak bisa dihentikan saat ini karena berkaitan dengan hak asasi berperilaku yang dilindungi oleh payung hak asasi manusia. Selain itu, industri pornografi menghasilkan Cuan yang tak sedikit.
Tak hanya itu, lemahnya akidah dan moral akibat salah pola Asuh, faktor ekonomi, lingkungan pergaulan yang buruk, masyarakat yang individual, pendidikan di sekolah yang tidak ideal, juga hukuman yang tidak memberi efek jera. Inilah potret diterapkannya sistem kapitalisme yang rusak dan merusak.
Islam jadi Solusi
Islam tak hanya mengatur tata cara sholat, puasa dan zakat. Tapi, Islam juga mengatur pendidikan, ekonomi, pergaulan pria dan wanita, bahkan media. Ya, Islam detail mengurusi semuanya karena Allah menurunkan Islam sebagai solusi problematika kehidupan.
Dalam Islam, anak adalah amanah terbesar yang Allah titipkan. Amanah ini akan dimintai pertanggungjawaban. Allah pun mengingatkan kita untuk menjaga diri kita dan keluarga dari siksa api neraka. Sebagaimana firman-Nya dalam quran surat At Tahrim ayat 66 yang artinya, " Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. "
Maka, sudah seharusnya kita menjaga diri kita dan keluarga kita dari semua larangan Allah. Termasuk tidak meninggalkan anak tanpa pengawasan agar mereka tak terjerumus ke dalam maksiat. Melainkan, selalu mendampingi agar terbiasa dengan amal sholeh. Agar bisa seperti ini, tentu orangtua harus menyediakan waktu dan tenaga untuk anaknya.
Hal ini dipengaruhi oleh pendidikan orangtua, juga faktor ekonomi. Dalam Islam, negara diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan primer rakyat, melingkupi sandang, pangan, papan, juga pendidikan, kesehatan dan keamanan. Dengan adanya jaminan kebutuhan, maka orangtua bisa tenang mendampingi anaknya. Ekonomi islam pun mengatur pemasukan negara dan nafkah tidak boleh dari hal yang dilarang oleh Allah, seperti bisnis pornografi. Tidak berkah harta yang didapat dari sesuatu yang haram.
Tak hanya itu, islam pun mengajarkan muslim untuk peduli pada sesama. Berapa banyak hadist yang mengingatkan agar berbuat baik pada tetangga sampai hadist tentang dosa yang diterima oleh tetangga saat ada yang berzina. Dilengkapi dengan kewajiban amar makruf nahi munkar akan menjaga lingkungan kondusif dengan amal sholeh.
Sistem pendidikan yang ada pun dibangun berdasarkan akidah islam. Sehingga iman pada Allah. Takut akan murka Allah jika berbuat maksiat dan mengharapkan surga Allah selalu tertanam dalam diri. Ini membuat setiap muslim bersifat wara, berhati-hati pada setiap tingkah lakunya.
Jika masih ada yang berbuat maksiat, maka opsi "mengobati" jadi pilihan. Akan hadir hukuman tegas yang menjadi pencegah dan memberi efek jera. Harapannya tak akan ada kasus yang serupa di masa depan baik oleh pelaku yang sama atau orang lain yang terinspirasi.
Islam tak sembarangan menghukum. Apalagi Allah tetapkan bahwa Allah telah mencabut pena, pencatatan amal, salah satunya pada orang yang belum baligh. Karena akal mereka belum sempurna. Ini akan menjadi tanggungjawab wali. Jadi, bukan dalam hitungan umur, hukuman akan diberikan tapi tergantung baligh belumnya seseorang.
Ada qisas dalam Islam. Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi. Tapi, jika korban dan keluarga memaafkan, maka ada diyat yang harus dibayarkan oleh pelaku. Besarnya diyat disesuaikan oleh kerusakan yang dialami korban dengan pertimbangan hasil ijtihad hakim.
Inilah detailnya islam menjadi solusi problematika kehidupan. Pilihan ada pada kita apakah cukup hanya dengan mempelajarinya atau diterapkan sebagai sistem kehidupan. Bukankah kita semua rindu keberkahan diturunkan Allah pada negeri ini? Maka sudah saatnya kita perjuangkan agama Allah sebagai solusi kehidupan.
Wallahua'lam bish shawab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.