Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maria Ulfah

Belajar Dari Kolaborasi Anak Jalanan dengan Seniman di Bandung

Eduaksi | 2023-01-25 21:20:13

Berdasarkan sumber bogor.pojoksatu.id, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bogor mencatat jumlah anak jalanan di Kota tersebut mencapai 265 orang. Jumlah ini merupakan anak jalanan yang berhasil terjaring razia yang dilakukan sepanjang Januari hingga Oktober 2017. Dari 265 anak tersebut, 20% diantaranya berada diusia SD hingga SMP. Sementara sisanya rata-rata berusia diatas 18 tahun.

Dari data diatas kita bisa melihat bahwa kasus anak jalanan bukan lagi menjadi masalah sepele yang terjadi dimasyarakat. Tidak ada yang salah dari sebuah pekerjaan, selagi halal dalam islam diperbolehkan. Tetapi terkadang cara yang ditempuhnya kurang tepat sehingga membuat pekerjaan tersebut terlihat memalukan. Seperti pekerjaan yang dijalani anak-anak jalanan sebagai badut jalanan, pengamen, pengemis dan lainnya. Maka dari itu, agar profesi anak jalanan tidak dianggap sebagai profesi yang memalukan, diperlukan adanya kreatifitas yang dikembangkan seperti melakukan kolaborasi antara anak jalanan dengan seniman.

Berdasarkan sumber yang didapat dari senimanmurtad.wordpress.com, di Bandung terdapat sebuah komunitas yang diberi nama komunitas Seniman Bangun Pagi, yang dibentuk pada tahun 2009 oleh para seniman jalanan dan tradisional. Mereka menggelar event mingguan yang diadakan bersamaan dengan agenda Car Free Day (hari bebas kendaraan bermotor). Kegiatan tersebut sangat bagus karena potensi bisa semakin dikembangkan dan penghasilan mengalami peningkatan, karena tentu pandangan masyarakat yang melihat penampilan anak jalanan dalam event pertunjukkan akan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi jika dibandingkan hanya sekedar mengamen di jalanan, seperti menambah job anak-anak jalanan untuk mengisi acara-acara hiburan.

Maka kolaborasi anak jalanan dan seniman di Bandung menjadi motivasi untuk anak jalanan di Kota Bogor dalam upaya memperbaiki kehidupan. Apalagi di Kota Bogor banyak tempat umum yang ramai pengunjung sehingga bisa menampilkan kreasi seni yang menarik perhatian banyak orang seperti di Sempur, Alun-Alun Kota, Taman Heulang dan lainnya. Dalam melakukan kolaborasi antara anak jalanan dengan seniman ini tidak semudah yang dibayangkan, ada banyak sekali kendala yang dihadapi.

Berdasarkan sumber merdeka.com, salah satu kendala yang dialami oleh anak jalanan dan seniman Bandung yaitu terlatak pada akses jalan. Wilayah Bandung Selatan mengalami kendala aksebilitas seperti seringnya dilanda kemacetan, padahal sebenarnya Wilayah Selatan Bandung memiliki potensi seni rupa yang lebih besar. Namun karena kendala aksebilitas tersebut membuat seniman wilayah utara lebih banyak diuntungkan karena lebih aksesabel.

Untuk rencana kolaborasi yang dapat memukau penonton bisa dengan melakukan kombinasi kesenian. Namun kolaborasi dibuat beberapa kelompok sesuai dengan usia. Seperti kelompok Anak-anak, Remaja, Dewasa. Masing-masing kelompok berisi 4-6 orang, dalam satu kelompok berisi kesenian yang beragam. Contoh kolaborasinya yaitu untuk kelompok anak-anak bisa memberikan penampilan, seperti ada yang bernyanyi diiringi alunan musik sederhana kemudian diiringi juga dengan tarian sederhana. Kemudian ada juga yang membuat lukisan sesuai dengan isi lagu tersebut.

Kemudian untuk kelompok usia remaja contoh kolaborasinya yaitu bisa dengan menampilkan puisi berantai diiringi dengan alunan musik yang indah. Kemudian untuk kelompok usia dewasa, contoh kolaborasinya yaitu bisa menampilkan pertunjukkan drama dengan isi cerita yang menarik dan diiringi juga dengan alunan musik sesuai dengan scane cerita. Dari setiap kolaborasi yang mereka lakukan, bisa kemudian didokumentasikan lalu diupload di sosial media untuk dijadikan sebuah konten. Jika usaha dilakukan dengan maksimal pasti akan memberikan hasil yang memuaskan. Mereka bisa menjadikan sosial media sebagai penghasilan tambahan. Karena Jika sudah banyak masyarakat yang mengenal mereka, tentu dengan sendirinya undangan-undangan akan banyak berdatangan untuk mengisi berbagai acara hiburan.

Allah memberikan kelebihan kepada manusia tanpa memandang kaya ataupun miskin. Jadi anak jalanan pun sama seperti manusia lainnya, mereka mempunyai kemampuan. Hanya saja kurang dikembangkan karena fokusnya mencari uang dijalanan tanpa mengembangkan keterampilan. Manusia yang Allah ciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya seperti yang terdapat dalam firman-Nya ,"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-tin : 4). Maka sudah seharusnya memanfaatkan kesempurnaan fisik yang dimiliki sebagai bentuk mensyukuri nikmat yang tuhan beri.

Kemudian penciptaan manusia juga Allah sempurnakan lagi dengan pemberian organ tubuh untuk memudahkan kehidupan manusia. Seperti yang terdapat dalam firman-Nya :” Katakanlah, “Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”(QS. Al-Mulk : 23). Jadi kesenian yang dimiliki anak jalanan sudah seharusnya ditingkatkan agar bisa menjadi sebuah profesi dengan penghasilan yang menjanjikan. Dan profesi ini juga tentu akan menjadi sebuah pekerjaan yang mulia karena tidak hanya menghasilkan uang tetapi menghibur banyak orang.

Jadi saling tolong menolong adalah tugas kita semua tanpa memandang golongan. Jika kita merasa tidak mempunyai keahlian dalam mengajarkan ilmu kesenian kepada anak-anak jalanan maka kita bisa membantu dalam memberikan ruang dan kesempatan untuk mereka bisa mengembangkan potensi diri. Tetapi untuk para seniman yang sudah Allah berikan nikmat berupa keahlian seni yang sama seperti mereka, tidak ada salahnya jika mengajarkan ilmunya kepada mereka agar kesenian yang mereka miliki tidak hanya sebatas dijalanan tetapi mampu mengantarkan kepada kesuksesan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image