Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rahman Tanjung

Mi Instan Pun Tak Benar-Benar Instan

Edukasi | Monday, 23 Jan 2023, 11:52 WIB

Bagi anda yang pernah punya pengalaman menjadi anak kos, tentu tak asing dengan makanan favorit anak kos, yaitu Mi Instan. Selain harganya terjangkau, Mi instan juga diangap praktis dalam penyajiannya.

Teringat Mi instan, teringat juga cerita saat saya ngekos dulu sewaktu kuliah di Purwokerto. Kalau tidak salah saat kami mau masak mi rebus sebelum nonton bola, ternyata minyak tanah di kompor habis, terpaksa kami keluar menuju Warung Mi yang jaraknya sekitar 200 meter dari Kosan.

Foto Makanan Mi Siap Dimakan (Sumber: Leonardo Luz/pexels.com)

waah rame juga ya yang makan mi di sini”, ucap seorang teman yang tampaknya sudah mulai merasa lapar, dia kemudian berseloroh, “katanya instan, tapi koq gak langsung jadi ya man, hehehehe” sambil tertawa tipis agar tak mengganggu konsumen lainnya. Akhirnya dengan sabar kami pun menunggu giliran seporsi mi rebus untuk dihidangkan sang juru racik yang konon katanya berasal dari Kuningan, Jawa Barat.

Bila teringat kembali celoteh teman tersebut, saya jadi berpikir bahwa ada benarnya juga mi instan yang katanya instan tapi ternyata tidak begitu saja bisa langsung disajikan dan siap dimakan. Yang artinya tetap saja agar mi tersebut lebih nikmat dihidangkannya perlu diproses terlebih dahulu. Mulai dari menyiapkan air panas atau merebus air, menuangkan mi ke dalam air yang sudah direbus sampai dengan siap disajikan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kata “Instan” artinya "langsung (tanpa dimasak lama) dapat diminum atau dimakan". Kata instan juga sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang bisa dijalankan atau didapatkan dengan cepat tanpa memandang proses. Misalnya saja ada istilah “gaya hidup instan”, yang dapat dimaknai sebagai gaya hidup bagi orang-orang yang menginginkan segalanya serba cepat dan mudah.

Semua Butuh Proses

Walaupun ada sebagian orang yang kadang mengonsumsi mi instan tanpa memasaknya terlebih dahulu atau langsung dimakan dengan diremukkan seperti makanan ringan pada umumnya, tapi akan terasa lebih nikmat bila mi tersebut dimasak terlebih dahulu, baik itu direbus atau pun digoreng.

Hal itu bisa dianalogikan dalam kehidupan manusia, dimana untuk mendapatkan hasil yang terbaik umumnya membutuhkan suatu proses. Ada istilah yang mengatakan bahwa “hasil tak akan mengkhianati proses”, hal tersebut dapat diartikan bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam suatu aktivitas memerlukan usaha yang serius dan sungguh-sungguh dari diri kita.

Meski ada sebagian orang-orang yang kita lihat saat ini sukses di bidangnya masing-masing, namun dibalik itu semua mereka menempuh sebuah proses terlebih dahulu. Ada yang singkat, menengah bahkan sampai memerlukan proses dengan waktu yang cukup lama.

Foto Proses Pembuatan Sutra (Sumber: pixabay.com)

Tengok saja, misalnya tokoh dunia seperti Thomas Alva Edison sang penemu bola lampu pijar pada tahun 1879 yang telah mengalami sekitar 1.000 kali kegagalan sebelum berhasil dengan penemuannya tersebut. Kemudian ada Walt Disney seorang tokoh industri hiburan dari USA yang sangat terkenal di seluruh dunia yang sukses dengan Walt Disney Production nya. Ternyata dia harus melalui beberapa kegagalan untuk bisa menjadi seperti sekarang ini, dimana pada pekerjaan pertamanya di surat kabar Kansas City Star pernah dipecat karena dianggap tak cukup kreatif.

Dalam bidang Pemerintahan, ada seorang Lee Kuan Yew yang telah berhasil mentransformasikan Singapura dari sebuah negara kecil yang dulunya kumuh dan tidak cukup memiliki sumber daya alam menjadi salah satu negara yang cukup sukses diperhitungkan perekonomiannya di dunia serta menjadi negara termakmur di Asia Tenggara. Semua yang terjadi pada Singapura tentunya tidak diciptakan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan proses di dalamnya.

Sang mantan PM Singapura tersebut tak sungkan dalam awal menjalankan tugasnya langsung memberikan contoh kepada rakyatnya bagaimana menjaga kebersihan dan bersikap disiplin. Kebijakan awal dari Lee Kuan Yew adalah dengan menginisiasi kampanye perbaikan kebersihan dan higienitas lingkungan yang diberi nama "Keep Singapore Clean" dan "Plant Trees".

Selanjutnya ada seorang tokoh yang sangat dihormati di seluruh dunia, yaitu Nabi Muhammad SAW yang dalam buku “The 100: A Ranking of The Most Influential Persons in History” karya Michael H. Hart seorang penulis buku terkenal yang juga sejarawan dari Amerika Serikat ditulis sebagai orang dalam urutan pertama di dunia yang paling berpengaruh.

Dalam satu sumber dikatakan bahwa beliau memerlukan waktu yang cukup panjang dalam melakukan dakwahnya, mulai dari sembunyi-sembunyi sampai melakukannya secara terang-terangan. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjalankan dakwahnya sekitar 23 tahun, mulai dari Mekkah dan Madinah. Bahkan dalam sebuah artikel jurnal yang ditulis oleh Muba Syaroh (2016) yang berjudul “Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad SAW pada Periode Mekkah” pada Jurnal At Tabsyir, menyebutkan bahwa dalam 10 tahun pertama dakwahnya belum mendapatkan kemajuan yang berarti, khsusunya dalam hal jumlah umat Islam.

Masih banyak tokoh-tokoh lainnya dari berbagai bidang, mulai dari politik, agama, ekonomi, pemerintahan dan lainnya yang memiliki kisahnya tersendiri yang menggambarkan bahwa kesuksesan yang diraihnya tidak instan begitu saja, tetapi memerlukan proses lebih lanjut.

Prinsip Kausalitas

Dalam proses terjadinya sesuatu, ada kaitannya dengan hukum atau teori yang menerapkan prinsip sebab-akibat atau dikenal juga dengan “kausalitas”. Dalam prinsip ini dinyatakan bahwa terdapat keterkaitan atau proses antara dua atau lebih kejadian atau kondisi dari suatu peristiwa di mana satu faktor akan menyebabkan faktor lainnya. Misalnya saja ketika kita menekan tombol “on” pada saklar lampu, akan mengakibatkan lampu menyala.

Banyak sekali teori atau tokoh yang mengemukakan tentang prinsip kausalitas ini. Mulai dari para filsuf di Zaman Yunani Kuno seperti Plato dan Aristoteles sampai dengan filsuf di Zaman Modern seperti Newton, David Hume dan Immanuel Kant, pernah mengemukakan teori tentang kausalitas.

Prinsip kausalitas menurut Plato dikemukakan dalam pernyataannya, “everything that becomes, or changes must do so owing to some cause, for nothing can come to be without a cause” atau kurang lebih dapat dimaknai bahwa segala sesuatu yang berubah pasti dikarenakan suatu sebab, sehingga tidak ada yang bisa terjadi tanpa sebab. Hal ini menunjukkan suatu kondisi atau keadaan terjadi karena disebabkan suatu hal yang menjadi penyebabnya.

Seseorang yang telah sukses dalam usaha atau pekerjaannya saat ini, pastinya tidak begitu saja terjadi serta memerlukan proses dna merupakan buah dari tindakan yang telah dilakukan sebelumnya. Sama halnya dengan Mi Goreng atau Mi Rebus tadi, di mana adanya Mi yang nikmat dan siap dimakan disebabkan karena Mi tersebut dimasak dan dibumbui terlebih dahulu.

Sejalan dengan hal tersebut, saya teringat akan sebuah pepatah arab yang mengatakan, “Man Jadda Wajada yang diiringi dengan Man Shabara Zhafira” yang artinya, “Barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia yang akan berhasil, dan barangsiapa yang bersabar maka dia yang akan beruntung”. Jadi, jangan takut mengalami kegagalan, tetap berproses ya teman-teman dan semoga Allah SWT memberikan kesuksesan bagi kita yang terus berikhtiar dan bersabar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image