
Agar Hidup Berlimpah Ketenangan
Agama | 2023-01-21 09:06:03Saya, Anda dan siapapun pasti mendambakan hidup bahagia, tentram dan tenang. Andai bisa dipilih pasti semua orang akan memilihnya. Hidup yang selalu berkecukupan. Hidup tanpa kekerasan. Hidup yang saling sayang menyayangi.
Namun, sungguh Allah Maha Bijaksana. Memberikan keseimbangan dalam kehidupan hamba-Nya. Mustahil manusia sedih terus menerus, juga tidak mungkin senantiasa tertawa. Senang dan derita adalah ujian, bagi yang memahaminya.
Lalu apa saja resep hidup tenang dan bahagia? Mari kita simak bahasan singkat ini.
1) Menganggap semua orang adalah Sahabat
Apa bisa? Rosulullah SAW memberikan tauladan. Berapa puluh kali Beliau dicaci, dihina oleh kaum kafir Quraisy? Namun Rosul tidak pernah membalas. Apa jawaban Rosul? "Mereka belum tahu". "Mereka membutuhkan sentuhan". "Mereka hamba yang belum menerima hidayah". Tidak pernah kita dengar dan baca dalam sejarah Rosul membalasnya.
Secara tersirat Rosul mengatakan kepada kita, "Mereka sahabatmu, mereka temanmu, Perbaikilah mereka. Siapa tahu kelak mereka akan menjadi sahabatmu di surga". Betapa indahnya jika semua orang yang memusuhi kita, kita anggap sebagai sahabat. Tidak dendam dan tidak dengki.
Jika anda sedang disakiti oleh orang lain, katakan "Dia sahabatku. Allah sedang menegurku. Saya (mungkin saja) akan melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan kepadaku". Nikmat bukan hidup berlimpah kelembutan?
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menggambarkan dampak seorang teman sebagaimana sabda beliau:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).
Hidup sekali jangan pernah ada musuh. Perbanyak sahabat. Jika berselisih selesaikanlah dengan lapang dada. Terhadap teman yang masih belum "baik" dengan kita, bersikaplah biasa. Hidup dendam dan benci akan menjadi racun diri dan orang seperti ini tidak pernah merasakan nikmatnya hidup dan kehidupan.
2. Syukuri yang dekat
Gambaran manusia tamak seperti tergambar dalam hadist nabi berikut ini.
عَنْ عَبَّاسِ بْنِ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِمَكَّةَ فِى خُطْبَتِهِ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقُولُ « لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Dari Ibnu ‘Abbas bin Sahl bin Sa’ad, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Ibnu Az Zubair berkata di Makkah di atas mimbar saat khutbah, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya selain tanah. Dan Allah Maha Menerima taubat siapa saja yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438).
Manusia jenis ini tidak akan menemukan ketentraman sebelum ia menundukkan ego diri. Bila yang setiap kita inginkan harus terpenuhi, lalu apa makna kesabaran? Jika ada keinginan kuat untuk memiliki sesuatu bertanyalah pada diri, "Apakah ini saya butuhkan? Jika jawabannya "Iya saya butuh". Bertanyalah sekali lagi, "Apakah ini sudah mendesak saat ini", dan seterusnya sampai anda menginginkannya dengan hati yang lega, bukan nafsu semata.
Letak penerimaan terhadap nikmat Allah bukan tentang jumlah atau besarnya, namun pada keikhlasan jiwa mensyukuri apa yang ada. Pertajam rasa syukur apa yang ada, maka Allah akan menambahkan di sisi lainnya. Sedikit diterima lapang dada, jika banyak bersyukur kepada Allah yang telah melimpahlan nikmat-Nya.
Jika sudah "memegang" yang ditangan jangan memikirkan milik teman. Jika sudah menikmati yang ada jangan membandingkan yang di luar sana. Kebahagiaan kita ada di hati bukan di materi.
Hadist dibawah ini sebagai penakluk jiwa yang sedang mengembara.
Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278
Bagaimana mungkin Allah menambahkan rizqi, jika yang sedikit belum belajar untuk di syukuri? Mana mungkin Allah memperluas karunia-Nya jika kita belum berusaha lapang dada?
Bersambung.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.