Rumit Yang Enggan Beranjak Pamit
Sastra | 2023-01-18 20:30:24Tak kutemukan alasan untuk berjuang lagi karena sama saja aku tak akan pernah menjadi prioritas sehebat apapun mencoba. Pada akhirnya hanyut terbawa nelangsa yang selalu menyapa. Tapi kini, kudengar kembali degup kencang jantungku yang selama ini tak berirama, karena hanya suara rintik gerimis yang menyulam musimku dengan suaranya yang sama sekali tak merdu. Gemuruh hati tak terbendung tatkala kulihat teduh mata yang menenangkan saat semua hal mampu mengelabui kontemplasiku.
Makhluk apa yang menembus tembok pertahanan yang kujaga erat saat ku tak lagi percaya. Tiba-tiba menyelinap mendobrak hati yang lama bergeming. Kurasa ia bukan sosok biasa. Mengisi kosongnya logikaku dengan teratur. Mampu mengubah sendu senja jinggaku yang bergerak menuju gelap menjadi larik puisi termanis. Memecah lamunan akan dinginnya malam penuh kekakuan menjadi lirik lagu rindu yang menghibur dengan melodi syahdu yang selalu ingin kudengar. Akulah ranting tandus yg bersiap jatuh, kini bergelora menyambut arunika yang sesekali ingin kuhindari karena tak bersemangat menyambut kedatangannya. Seketika meredakan isakanku menjadi serangkaian senyum yang tadinya tiada dan sudut mata lesu menjadi pancaran binar merona tanpa ku minta.
Aku tak berlebihan, memang begitu kagumku....
Namun aku hanya mampu mengoleksi rasa dan dibiarkan tetap menjadi rahasia tanpa mampu kuberterus terang, aku bahkan bisa memendamnya lebih lekat dan kemasukan dalam keranjang rindu. Sempat kumeragu tapi kian melaju tanpa ingin berhenti. Hanya ku tahu diri dengan dinding perbedaan yang tinggi dan tak ingin saling melukai. Bukan bahasa yang mampu mendefinisikan, aku hanya tau rasa. Kerap merasa serima namun tak tahu nama. Namun yang ku khawatirkan, semua tak berjalan sebagaimana harusnya. Dan pada akhirnya aku berlari entah untuk menjauh dan biarkan mengabu. Semuanya itu adalah konsekwensi atas sebuah rasa yang tak dikehendaki. Terkadang perasaan butuh untuk diperjuangkan, akan tetapi aku lebih sepakat untuk menjaga kewarasan daripada kehilangan logika semakin parah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.